Akhir - akhir ini, kita semua mungkin tidak asing lagi jika mendengar, melihat ataupun menyaksikan secara langsung maupun tidak langsung (media). Kemerosotan akhlak dan kemunduran peradaban telah menimpa bangsa ini. Dari mulai maraknya kasus-kasus asusila, perzinaan, pembegalan, narkoba, minuman oplosan, korupsi, pertikaian antar pimpinan maupun kasus-kasus yang lain. Semua itu antara lain diakibatkan oleh kurangnya pendidikan agama (akhlak) dan lemahnya sikap saling nasihat-menasihati di antara sesama.
Dalam dunia pendidikan, kita semua tahu jika ada seorang siswa atau siswi yang dikenal cerdas namun terkadang mudah terjerumus dalam pergaulan negatif. Salah satunya mungkin diakibatkan oleh kurangnya masukan atau nasihat dalam dirinya, baik dari keluarga, teman maupun orang-orang di sekitarnya. Demikian juga di luar dunia pendidikan, kasus-kasus yang menjerat orang dewasa, baik seorang pengangguran maupun seorang pimpinan. Pada intinya karena kurangnya asupan ilmu agama (akhlak) dan kurangnya nasihat dari orang-orang di sekitarnya.
Allah swt. telah menjelaskan dalam surah Al - ‘Ashr ayat 2 dan 3, bahwa semua manusia akan berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang mau beriman, beramal sholih, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Jadi, jelaslah bahwa kita semua diperintahkan oleh Allah untuk saling mengingatkan, menasihati dan memberi masukan positif kepada orang lain agar kita termasuk orang-orang beruntung. Karena kita tahu bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
اَلْإِنْسَانُ مَحَلُ الْخَطَاءِ وَالنِّسْيَانِ
“Manusia adalah tempatnya salah dan lupa.” (al-Hadits)
Dampak negatif dari maraknya kasus-kasus di atas, tidak hanya akan menimpa dirinya sendiri namun juga akan menimpa orang-orang di sekitarnya. Jadi, jika kita tidak mau menderita ataupun tertimpa dampak negatif itu, maka sudah seharusnya sebagai manusia yang beriman kita harus menjalankan perintah Allah untuk saling nasihat-menasihati kepada sesama. Sekecil apa pun nasihat kita, akan sangat bernilai bagi kemaslahatan bersama.
Saya teringat musibah tsunami yang menimpa Aceh, menurut beberapa sumber, malam hari sebelum terjadinya musibah pada pagi hari itu, ada sekelompok orang Islam yang merayakan suatu pesta dengan mengonsumsi barang-barang yang memabukkan di kawasan salah satu makam Waliyullah Aceh. Mungkin hal itu adalah salah satu sebab diantara sebab-sebab mengapa Allah menimpakan musibah besar tsunami di tanah Serambi Mekah. Berkaitan dengan musibah tsunami Aceh, Romo KH. Sya’roni Ahmadi, Kudus (Mustasyar PBNU) pernah menuturkan bahwa hal itu ada kaitannya dengan salah satu firman Allah swt. :
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُوْآ أَنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan (musibah) yang tidak hanya akan menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal : 25)
Dari ayat itu, bisa sedikit digambarkan bahwa perbuatan negatif yang dilakukan oleh satu atau segelintir orang, bisa mengakibatkan banyak orang menjadi korban. Dan mengapa ayat itu memakai lafadz ( ظلموا ) bukan lafadz (كفروا)? Menurut sebagian ahli tafsir, orang zalim adalah orang yang menganiaya dirinya. Orang zalim bisa dari orang Islam maupun non-Islam. Sedangkan orang kafir adalah orang yang mengingkari Allah, ini berlaku bagi orang yang non-Islam.
Tentang dampak dan akibat dari perbuatan negatif yang akhir-akhir ini marak terjadi, Rasulullah saw. telah menjelaskan dalam beberapa sabdanya.
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوْا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ
"Sesungguhnya orang yang melihat kezaliman kemudian tidak mencegah dengan tangannya, maka sangat dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksa kepada mereka secara merata." (HR. Abu Dawud)
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِالْمَعَاصِي ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوْا ثُمَّ لَا يُغَيِّرُوْا إِلَّا يُوْشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ
"Tidaklah kemaksiatan yang dilakukan pada suatu kaum, kemudian mereka mampu mencegahnya tetapi tidak mau mencegah, melainkan Allah akan meratakan siksa kepada mereka." (HR. Abu Dawud)
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الإِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
"Seorang manusia telah ditentukan nasib perzinaannya yang tidak mustahil dan pasti akan dijalaninya. Zina kedua mata adalah melihat (yang haram), zina kedua telinga adalah mendengar (yang haram), zina lidah adalah berbicara (yang haram), zina kedua tangan adalah menyentuh (yang haram), zina kedua kaki adalah melangkah (yang haram), dan zina hati adalah berkeinginan dan berangan-angan (yang haram), sedangkan semua itu akan ditindak lanjuti atau ditolak oleh kemaluan (alat vital)." (HR. Muslim)
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَفْشُوَ الزِّنَا وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَذْهَبَ الرِّجَالُ وَتَبْقَى النِّسَاءُ حَتَّى يَكُوْنَ لِخَمْسِيْنَ امْرَأَةً قَيِّمٌ وَاحِدٌ
“Di antara tanda-tanda kiamat adalah hilangnya ilmu (wafatnya para ulama), maraknya kebodohan, merajalelanya perzinaan, banyaknya orang yang meminum minuman keras (miras dan narkoba), berkurangnya populasi kaum pria dan bertambahnya kaum wanita, hingga akhirnya seorang pria akan menjadi penanggungjawab bagi lima puluh orang wanita.” (HR. Muslim)
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِيْنَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِيْنَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَكِنَّ التَّوْبَةَ مَعْرُوْضَةٌ
"Tidaklah seorang pezina melakukan perzinaan sedangkan dia berstatus sebagai seorang mukmin yang sempurna imannya, dan tidaklah seorang pencuri melakukan pencurian sedangkan dia berstatus sebagai seorang mukmin yang sempurna imannya. Tetapi pintu taubat tetap ditawarkan kepadanya." (HR. Tirmidzi)
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
"Sesungguhnya dunia itu indah dan mempesonakan. Dan sesungguhnya Allah telah menguasakannya kepadamu sekalian. Kemudian Allah menunggu (memperhatikan) apa yang kamu kerjakan (di dunia itu). Karena itu, takutlah kamu sekalian kepada dunia dan wanita, karena sesungguhnya sumber bencana (musibah) Bani Israil adalah wanita." (HR. Muslim)
Mudah-mudahan, Allah swt. senantiasa memberi kita hidayah dan inayah-Nya. Agar kita bisa berusaha terus belajar dan meningkatkan solidaritas sesama manusia dengan saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran dengan perbuatan, ucapan maupun tulisan. Karena, kita hanyalah manusia biasa yang tidak akan pernah luput dari salah dan lupa. Jadi, tidak ada salahnya kalau kita saling mengingatkan satu sama lain.
Wallahu A’lam
al-Faqier Ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
05-03-15, Kaliwungu Kota Santri