Bukit Sabak sukabumi adalah bukit kecil yang tingginya sekitar 1000 M di atas permukaan laut, bukit asri dengan flora pinus yang lebat dan pepohonan rindang lainnya menjadi daya tarik petualang untuk berkunjung.
Saya adalah salah satu dari Putra Banten telah mencoba menapakkan kaki di bukit sabak yang berada di jawa barat, nama saya Syamsul Hiadayat. lahir di sebuah desa yang ada di banten pada tanggal 10 mei 1991, tepatnya di kecamatan Pabuaran, Serang, Banten. pada saat itu saya sedang berada di sebuah lembaga di wilayah perbatasan sukabumi-cianjur, pesantren ini masuk ke wilayah Sukabumi karena sebagian besar tanahnya memasuki kota tersebut. Al-Himmah namanya, pesantren yang baru berdiri sekitar 5 tahun ini memiliki pemandangan alam yang luar biasa dan tepat di belakang pesantaren terlihat bukit yang dari jauh begitu indah, bukit hijau di selimuti pohon pinus yang rindang ini memberikan kesan yang asri karena suguhan pemandangan di bukit maupun pemandangan yang terlihat dari puncak bukit.
Saya berangkat pada tanggal 31 Jui 2011, saat itu adalah hari dimana bulan Ramadhan hampir tiba. saya mencoba melakukan ekspedisi ini bersama teman-teman dari pemuda pribumi yang siap untuk beranjak dari kediaman.
Dengan tekad yang bulat kami mulai berangkat dari pesantren menuju bukit, awalnya kami hanya menelusuri jalan perkampungan kaki bukit yang sudah padat dengan penduduk, namun setelah melintasi perkampungan kami mulai menapaki jalan hutan yang tidak biasa di lalui oleh masyarakat sekitar, sampai Hampir saja kami tersesat di tengah perjalanan karena track kami ternyata terhalang oleh sungai yang melintasi bukit. namun semangat kami tak memudar sama sekali karena tingginya kemauan diri dan saling memberi dorongan dari satu orang kepada kawan lainnya yang begitu kuat.
kami pun berjalan kembali setelah meneguk sedikit air sungai yang bening untuk mengurangi rasa dahaga dan bersepakat sepakat untuk terus bergerak dan memotong aliran sungai sampai akhirnya menemukan sebuah jalan setapak yang di lukis penduduk kaki bukit karena ternyata jalan ini sering di lalui penduduk untuk mencari batang-batang kayu bakar dan lainnya.
Kami pun menyusuri Jalan setapak sampai ke hutan pinus yang lebat, dan tak di sangka kami bertemu dengan laki-laki tua penduduk kampung yang usai bekerja memebawa hasil panen getah pinus. kamipun tak meninggalkan kesempatan untuk menanyakan arah menuju bukit sabak, dan tak salah lagi setelah mendapatkan jawaban dari orang tua tersebut ternyata kita telah tersesat. Tapi bapak tadipun memberikan petunjuk menuju jalur bukit sabak, “kalau terus ke jalan ini kita akan menuju bukit yang lain” jelas bapak tersebut.
Kamipun mengikuti perintah bapak yang sudah pulang menuju kediamannya sampai pada akhirnya menemukan jalan yang di tunjuk dan mulai menelusuri kembali jalan menuju bukit sabak. Rintangan tak berhenti di situ saja, ternyata jalan itu juga memlintasi lereng bukit yang curam sampai-sampai kami melintasinya dengan saling berpegangan tangan.
Setelah berhasil melintasi lereng bukit. Tibalah kita di tempat yang penuh semak-semak yang tingginya sekitar 1 meter. Namun ternyata itulah cikal dari tempat yang di namakan Bukit Sabak, karena di semak itu terdapat lapangan yang luasnya hampir sama dengan lapangan sepak bola, setelah tiba mereka pun tak sendiri lagi. banyak pengunjung lain yang sudah tiba lebih awal.
Namun mereka tidak berhenti di situ saja, mereka berjalan ke puncak bukit, karena di atas bukit terdapat Hutan Pinus untuk berteduh dan sekedar santai sambil menikmati makanan yang sudah di bawa sebelumnya. mendengar kicauan burung yang berada di dahan-dahan pinus membuat kami semakin Mensyukuri Pemberian Ilahi dan ingin berusaha untuk menjaga hutan tersebut.
Tak sia-sia perjalanan kami meskipun banyak rintangan yang di hadapi. Saya seorang putra dari Banten berpesan dimana pun kita berada, jangan kita hancurkan lingkungan kita, karena kitalah yang menempati maka kita pula yang harus menjaga, dan jangan biarkan orang lain menghancurkan lingkungan kita.