Puncak manusia yang cerdas adalah selalu ingat kepada Allah dan mengaitkan setiap kejadian dengan ketentuanNya. Semisal kita mendengar suara guruh, melihat hujan lebat, maka yang selalu harus diingat adalah Masya Allah, di sana ada ilmu tentang gelombang, tentang cuaca dan padanya ada hukum hukum Allah. Pun ketika kita melihat pemandangan alam yang luar biasa menakjubkan, sebutlah Masya Allah. Kita ingat bahwa Allah lah yang telah menciptakan keseimbangan alam di Dunia ini, ingat bahwa Allah pula yang menganugerahkan kedua mata kita sebagai penglihatan yang telah sempurna dibandingkan dengan lensa kamera yang paling canggih buatan manusia abad ini.
"Setiap detiknya dalam keadaan apa pun, kita mengingat Allah, dan mengaitkan segala sesuatunya di Dunia ini dengan Sang Penciptanya."
Sekalipun ketika kita dalam kondisi diberikan masalah oleh Allah. Kita hanya harus percaya bahwa Allah tidak pernah membiarkan hambaNya sendirian, Allah juga akan memberikan sebagian kekuasaanNya. Dia Yang Maha Hidup dan Maha Menyelesaikan Masalah. Allah telah berjanji “Aku sudah menyediakan rezeki untuk semua makhlukKu.” Allah yang memberikan kita hidup dan menjamin rezeki. Tugas kita adalah meyelesaikan permasalahan hidup ini dengan melibatkan Allah dalam setiap kondisi. Dan tentunya kita beribadah kepada Allah sebagai salah satu tanda syukur. Kita patut bersyukur.
Makna syukur sendiri ada banyak pandangan, namun praktisnya jika kita menerima dengan sadar anugerah yang Allah berikan dan menggunakannya sesuai dengan yang dikehendakiNya itulah syukur. Juga ketika kita beribadah kepada Allah, menaati perintahNya dan menjauhi laranganNya itu termasuk syukur yang dapat kita lakukan. Atau dengan hati kita yang selalu mengingat Allah.
Rasulullah sebagai suri tauladan kita pun telah memberikan contohnya secara langsung dalam menganjurkan umatnya untuk selalu bersyukur. Rasulullah sering shalat malam sehingga kakinya menjadi bengkak. Ketika ditanya, mengapa beliau melakukan hal itu padahal seluruh dosanya sudah diampuni Allah, beliau menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?” (HR Bukhari dan Muslim). Masya Allah, lalu bagaimana dengan kita? :’)
Ada salah satu doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah agar diberikan kekuatan untuk selalu bersyukur, “Allahumma a’iini ‘alaa dzikrika, wa syukrika, wa huzni ‘ibadatik. Wahai Allah, tolonglah aku untuk mengingatMu, bersyukur, dan beribadah kepadaMu dengan baik.” (HR Bukhari dan Muslim).
Maka perlunya kita meminta pertolongan Allah agar kita senantiasa dapat bersyukur kepadaNya, supaya kita tidak termasuk orang yang sombong. Orang yang menganggap keberhasilan atas pencapaiannya adalah hasil usahanya sendiri, tanpa campur tangan Allah padanya. Jangan sampai kita seperti Qorun pada masa kini.
Bisa merasakan syukur (tasykuruun) dalam kondisi apa pun adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri pula. Karena memang pada dasarnya seseorang bersyukur karena ketika mendapat rezeki, keberhasilan pencapaian dan sebagainya, langsung bersyukur baik dengan lisan maupun dengan berbagi kenikmatan yang diterimanya (tahadduts bin ni’mah). Sedang ketika seseorang diberikan masalah, lalu ia mampu bersyukur dan bersabar atasnya, maka itu pun patut disyukuri, sebab ia telah lulus ujian dari Allah dan tidak lama lagi ia akan mendapatkan hikmah atas masalah yang diterimanya.