Berlokasi di Kecamatan Kasemen, 10km dari pusat Kota Serang, didirikan pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1566M atau tanggal 5 Zulhijah 966 H, kemudian pembangunan dilanjutkan pada pemerintahan Sultan Maulana Yusuf.
Dengan luas 13 Ha hampir seluruh bangunan masjid atapnya terdiri dari lima susun yang tingginya lebih kurang 23 m yang bentuknya seperti mercusuar. Pada zaman dahulu digunakan sebagai menara pandang ke lepas pantai. Tiyamah (Paviliun) merupakan bangunan tambahan yang terletak di selatan masjid, berbentuk empat persegi panjang dan bertingkat. Pada masa jaman keemasan Kerajaan Islam Banten, Paviliun ini digunakan sebagai tempat musyawarah dan berdiskusi soal-soal keagamaan. Disekitar lingkungan masjid terdapat juga makam para Sultan Banten dan Keluarga seperti Makam Sultan Maulana Hasanudin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abdul Mufasir Muhammad Aliyudin dan lain-lain.
Jalan menuju lokasi dengan kondisi baik, tersedia sarana parkir luas, warung makan serta kios-kios cenderamata.
Makam Keramat Panjang
Makam Keramat Panjang dengan luas satu hektar berada di Kampung Keramat Desa Sukawali Kecamatan Pakuaji, berjarak 30 Km dari Kota Tangerang. Makam ini adalah tempat dimakamkannya Habib Abdullah bih Ali yang wafat pada tahun 300 Hijriyah. Diperkirakan makam Keramat Panjang telah berumur 1124 tahun. Peziarah yang datang kesana selain dari Tangerang, juga datang dari Jakarta, Indramayu, Bogor, Depok, Madura dan bahkan ada peziarah yang datang dari Turki. Umumnya datang pada setiap malam Jum’at dan hari-hari besar Islam.
Mesjid Raya Al A’Zhom
Bentuk dan desain arsitektur masjid ini unik, dengan atap gedung berbentuk melengkung tanpa tiang tengah. Inilah satu-satunya Masjid di Indonesia yang dibangun dengan desain arsitektur tanpa tiang. Di dalamnya terdapat sebuah bedug terbesar di Indonesia yang menjadi salah satu ciri khas Masjid Raya Al A’Zhom.
Dibangun diatas tanah seluas 2,225 hektar dengan luas bangunan 5.775 m2 terdiri dari lantai bawah 4.845,08 M2 dan lantai atas 909.92 M2 berkapasitas 15.000 jemaah, berfungsi bukan semata tempat beribadah sholat, tetapi juga sebagai pusat penyiaran pengkajian dan pusat Informasi dan kegiatan sosial.
Peziarah Solear
Terletak di Desa Solear Kecamatan Cisoka. Objek wisata ini berada ditengah hutan Solear yang dihuni oleh fauna khas hutan ini, yakni sejenis Monyet Macca yang jumlahnya (konon) tidak pernah bertambah atau berkurang, sebanyak 32 ekor. dilengkapi sejumlah kios dan warung makan yang menyajikan makanan tradisional.
Masjid Pintu Seribu
Di Kota Tangerang, Banten terdapat Masjid Pintu Seribu Nurul Yakin di Kampung Bayur Kelurahan Periuk Jaya, Kecamatan Periuk kota Tangerang. Masjid yang didirikan tahun 1960 oleh al Faqir Mahdi asal Batu Ceper, Tangerang ini memiliki daya tarik tersendiri sebagai objek wisata relegius karena keunikan arsitektur bangunan dan cerita yang didalamnya. Masjid ini mempunyai banyak sekali pintu, orang yang masuk Masjid ini akan sulit keluar melalui pinu yang sama. Menurut cerita para orangtua dan sesepuh, masjid tersebut dibangun oleh para Wali sebagai tempat dakwah sekaligus persembunyian dari gangguan penentang syiar Islam.
Masjid Salafiah Caringin
Didirikan sekitar tahun 1884 oleh penduduk Caringin secara bergotong royong, dipimpin oleh seorang Ulama Syekh Asnawi, terletak di Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang. Bangunan Masjid terletak disisi kanan jalan raya Labuan-Carita, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Banyubiru dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desan Teluk, sekitar 43 Km dari Kota Pandeglang.
Masjid Caringin merupakan suatu komplek dengan luas lahan 250 M2, terdiri dari ruang utama, ruang serambi, kolam istiwa dan makam. Sama halnya dengan masjid-masjid tradisional di jawa, Mesjid Caringin ditandai oleh denah empat persegi panjang, pada keempat sisinya terdapat serambi. Arsitektur Masjid dipengaruhi oleh unsur arsitektur lokal, terlihat dari bentuk atapnya dan ditopang oleh arsitektur asing terlihat pada bentuk jendela serta pintu dalam dengan ukuran relatif besar juga pilar-pilar yang mengelilingi Masjid.
Disekitar mesjid terdapat makam KH. Muhammad Asnawi (SYekh Asnawi bin abdul Rohman) yang wafat pada tahun 1356bH (1937 M). Makam ini sangat ramai dikunjungi para peziarah.
Perkampungan Cina
Banten memiliki banyak pecinan (perkampungan Cina) yang tersebar di sejumlah daerah, salah satunya di wilayah Kecamatan Teluk Naga sebagai tempat pertama yang didatangi orang Tionghoa yang dipimpin Tjien Tjie Lung (Halung). Mereka mendarat melalui Muara Sungai Cisadane yang sekarang Populer di beri nama Teluk Naga pada tahun 1407. Di daerah inilah kini terdapat beberapa Vihara dan Klenteng, tempat peribadatan agama Budha dan Konghucu.
Pecinan dan Vihara juga terdapat di Tegal Pasir (kali Pasir), Sukasari Tangerang, daerah yang menjadi tempat pendaratan orang Tionghoa gelombang kedua yang diusir oleh VOC dari Batavia tahun 1740. Di sinilah kemudian Pemerintah Hindia Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal dengan nama Petak Sembilan. Para penghuni Perkampungan Petak Sembilan secara gotong royong mendirikan sebuah Kelenteng pada tahun 1684 yang di beri nama Kelenteng Boen Tek Bio. Kelenteng ini diyakini sebagai salah satu kelenteng tertua di Indonesia dan hingga saat ini banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Vihara Avalokitesvara
Salah satu Vihara tertua di Indonesia adalah Vihara Avalokitesvara yang dibangun pada abad ke-16. Disini terdapat patung Dewi Kwam Im peninggalan pada masa Kaisar China, pada masa Dynasti Ning.
Vihara yang lokasinya berdekatan dengan Benteng Spelwijk ini berfungsi sebagai tempat ibadah Agama Budha dan kondisinya terawat dengan baik. Di dalam komplek Vihara terdapat penginapan untuk pengunjung yang hendak bermalam. Terletak di Kampung Kasunyatan Desa Banten, Kasemen Serang.
Benteng Speelwijk
Dahulu Benteng ini merupakan bekas Kesultanan Banten, pada tahun 1785 di hancurkan oleh Belanda, kemudian dibangun Benteng baru lengkap dengan ruangan bawah tanah, disekitarnya terdapat beberapa makam orang eropa yang tewas melawan prajurit Kesultanan Banten.
Keraton Kaibon
Keraton yang diperuntukan bagi ibunda Sultan Maulana Rafiudin ini berasal dari kata Ka-ibi-an, dimana saat Sultan berusia 5 tahun, ayahnya Sultan Muhammad Safiudin mangkat, untuk melanjutkan pemerintahan, ibunya yang bernama Ratu Aisyah menggantikan kedudukan putra mahkota sampai Sultan dewasa.
Makam Para Sultan dan Syekh
Tempat berziarah yang banyak dikunjungi adalah makam para Sultan dan Syekh atau ulama besar, yaitu seperti di areal komplek Masjid Agung Banten yang terdapat Makam Sultan Hasannudin dan Sultan Ageng Tirtayasa. Juga makam Ki Buyut Bela (Syekh Tubagus Achmad) seorang ulama dan sufi penyebar agama Islam dan selalu membela kaum lemah.
Di pinggir jalan Raya Banten tepatnya sebelum Keraton Kaibon di Kampung Kroya, Kecamatan Kasemen terdapat makam Pangeran Arya Mandalika yang merupakan putra Sultan Maulana Yusuf dengan istrinya yang lain (bukan Permaisuri Ratu Khadijah). Di Kecamatan yang sama, yaitu Desa Kasunyatan berada Makam Pangeran Astapati, seorang pertama pemeluk agama Islam dari masyarakat Baduy, yang kemudian mengabdikan dirinya kepada Sultan Banten.
Masih di Kabupaten Serang, yaitu Desa Karundang (Sempu) Cipocok, terdapat dua makam yang dianggap sebagai makam kakak beradik, yakni Ki Jong dan Agus Ju. Keduanya penduduk Banten Girang yang pertama masuk Islam dan menjadi pengikut seti Sultan Hasanuddin. Sedangkan di Desa Tanara (Timur Laut Kota Serang) adalah tempat kelahiran Syekh Nawawi, seorang ulama yang telah menghasilkan banyak buku yang menjadi pegangan dan kajian ulama dalam dan luar negeri. Beliau wafat di Mekah. Selain itu di Kecamatan Bojonegara, terdapat peziarahan Gunung Santri, tempat makam Syekh Muhammad Sholeh.
Adapula makam Syekh Maulana Mansyuruddin, beliau adalah Sultan Banten terakhir yang wafat pada tahun 1672 dan dimakamkan di Cikaduen, Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Kemudian makam Pangeran Jaga Lautan di Pulau Cangkir Desa Kronjo Kabupaten Tangerang. Beliau adalah putra Sultan Maulana Hasanuddin dengan istrinya yang lain (bukan Nyi Ratu Kirana).
Terdapat pula tempat peziarahan yang banyak dikunjungi yaitu Cibulakan, karena orang lebih mengenal tempat ini dengan Batu Quran. Juga makam Kyai Haji Wasyid, seorang ulama Banten yang menentang Belanda dan memimpin pertempuran Geger Cilegon, dimana beliau gugur pada pertempuran tersebut. Letak makamnya di Kampung Jambangan Wetan, Kota Cilegon.
Palagan Lengkong
Palagan Lengkong di Kecamatan Lengkong merupakan lokasi yang dulunya sebagai tempat Akademi militer pertama di Indonesia. Penyerbuan tentara Jepang mengakibatkan seluruh taruna di Akademi ini gugur. Tragedi ini di kenal dengan Peristiwa Lengkong. Sekarang lokasi ini telah dibangun Tugu Peringatan Pahlawan.
Situs Purbakala
Situs Sangyang Dengdek, berupa batu menhir besar di Desa Sanghyang Dendek, Kecamatan Saketi kabupaten Pandeglag. Situs Menhir Pasir Petay, berupa lima buah menhir yang berdiri di lereng Gunung Karang. Batu Trongtong Pandeglang bentuknya menyerupai Kentrong yang terbuat dari kayu atau bambu yang berada di Kecamatan Cimanuk.
Situs Lebak Cibeduk
Situs Labak Cibeduk terletak di kampung Cebeduk Desa Citorek, Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak. Lokasi situs ini berada 8 km dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Situs ini mempunyai areal 2 Ha, pada pintu masuk terdapat menhir berukuran tinggi 235cm, diameter 336cm, merupakan menhir terbesar diantara menhir yang ada.
Situs ini berbentuk punden berundak dengan tujuh trap yang terbuat dari bahan bebatuan andesit. Situs Lebak Cibedug merupakan peninggalan kebudayaan megalitik pada jaman neolitikum (prasejarah).***
SEMOGA BERMANFAAT
NYANDAK TI BLOG : http://goermunsorif.blogspot.com