Recents in Beach

header ads

TERJEMAH NASHOIHUL 'IBAD



Fasal 6
Makalah  ke enam : Dari ‘Aly RA wa KarramaLlaahu Wajhah. (Barang siapa yang mencari ilmu maka surgalah
sesungguhnya yang ia cari. Dan barang siapa yang emncari ma;siyat maka sesungguhnya nerakalah yang ia
cari)
Artinya barang siapa yang menyibukkan diri denagn mencari ilmu yang bermanfaat, yang mana tidak boleh
tidak bagi orang yang aqil baligh untuk mengetahuinya maka pada hakekatnya ia mencari surga dan mencari
ridho Allah SWT. Dan barang siapa yang menginginkan ma’siyat, maka pada hakekatnya nerakalah yang ia
cari, dan kemarahan Allah Ta’ala.


Fasal 7Makalah  ke tujuh : Dari Yahya bin Muadz RA. (Tidak akan durhaka kepada Allah orang-orang yang mulia)
yaitu  orang yang baik tingkah lakunya Yaitu mereka yang memuliakan dirinya dengan menghiasinya dengan
taqwa dan menjaga diri dari ma’siyat. (Dan tidak akan memilih dunia dari pada akhirat orang-orang yang
bijaksana) Artinya orang bijak / hakiim tidak akan mendahulukan atau mengutamakan urusan dunia dari pada
urusan akhirat. Adapun orang hakiim adalah orang yang mencegah dirinya dari pada bertentangan dengan
kebenaran akal sehatnya.


Fasal 8Makalah  ke delapan : Dari A’Masy, naam lengkapnya adalah Abu Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA.
(Barang siapa yang bermodalkan taqwa, maka kelulah lidah untuk menyebutkan sifat keberuntungannya da n
barang siapa yang bermodalkan dunia, maka kelulah lidah untuk menyebut sebagai kerugian dalam hal
agamanya). Artinya barang siapa yang bermodalkan taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi
laranganNya dimana dasar dari amal perbuatannya adalah selalu bersesuaian dengan syari’at, maka baginya
pasti mendapatkan kebaikan yang sangat besar tanpa dapat dihitung dalam hal kebaikan yang diperolehnya.
Dan kebalikannya barang siapa yang perbuatannya selalu berseberangan dengan hukum syari’at, maka baginya
kerugian yang sangat besar bahkan lidahpun sampai tidak dapat menyebutkannya.


Fasal 9Makalah  ke sembilan : Diriwayatkan dari Sufyan  Atsauri, beliau adalah guru dari Imam Malik RA. ( Setiap
ma’siyat yang timbul dari dorongan syahwat yaitu keinginan yangteramat sangat akan sesuatu maka dapat
diharapkan akan mendapat ampunanNya. Dan setiyap ma’siyat yang timbul dari takabur atau sombong yaitu
mendakwakan diri lebih utama atau mulia dari yang lain , maka maksiyat yang demikian ini tidak dapat
diharapkan akan mendapat ampunan dari Allah). Karena maksiyat iblis berasal dari ketakaburannya yangtidak
mau hormat kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah dimana ia menganggap dirinya lebih mula dari Nabi
Adam AS yang diciptakan dari tanah sedangkan ia/iblis diciptakan dari api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi
Adam AS adalah karena keinginannya yang teramat sangat untuk memakan buah yang dilarang oleh Allah
untuk memakannya.


Fasal 10Dari sebagian ahli zuhud yaitu mereka yang menghinakan kenikmatan dunia dan tidak peduli dengan nya akan
tetapi mereka mengambil dunia sekedar dharurah/darurat sesuai kebutuhan minimumnya. (Barang siapa yang
melakukan perbuatan dosa dengan tertawa bangga, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dalam
keadaan menangis-  karena seharusnya ia menyesal dan memohon ampunan kepada Allah bukannya berbangga
hati. Dan barang siapa yang ta’at kepada Allah dengan menangis-  karena malu kepada Allah dan Takut
kepadaNya karena merasa banyak kekurangan dalam hal ta’at kepaadNya Maka Allah akan memasukkanNya
ke dalam surga dalam keadaan tertawa gembira. ) dengan sebenar-benar gembira karena mendapatkan apa yang
menjadi tujuannya selama ini yaitu ampunan dari Allah.


Fasal 11Makalah  ke sebelas : dari sebagian ahli hikmah / Aulia’ (Janganlah kamu menyepelekan dosa yang kecil)
kerana dengan selalu menjalankannya maka lama kelamaa akan tumbuhlah ia menjadi dosa besar. Bahkan
terkadang murka Tuhan itu ada pada dosa yang kecil-kecil.


Fasal 12Makalah  ke dua belas : Dari Nabi SAW : (Tidaklah termasuk dosa kecil apabila dilakukan secara terus
menerus) karena dengan dilakukan secara terus menerus, maka akan menjadi besarlah ia. (Dan tidaklah
termasuk dosa besar apabila disertai dengan taubat dan istighfar) Yaitu taubat dengan syarat-syaratnya. Karena
sesungguhnya taubat dapat menghapus bekas-bekas dosa yang dilakukan meskipun yang dilakukan tersebut
dosa besar. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-dailamy dari Ibni Abbas RA.


Fasal 13Makalah  ke tiga belas : (Keinginan orang arifiin adalah memujiNya) maksudnya keinginan orang ahli ma’rifat
adalah memuji Allah Ta’ala dengan keindahan sifat-sifatnya. (dan keinginan orang-orang zuhud adalah do’a
kepadaNya) yaitu permintaan kepaad Allah sekedar hajat kebutuhannya dari du nia dengan segenap hatinya,
dimana yang dimaksud do’a adalah meminta dengan merendahkan diri kepadaNya dengan memohon diberi
kebaikan kepadanya. (Karena keinginan orang arif/ ahli ma’rifat dari Tuhannya bukanlah pahala ataupun surga)
sedangkan keinginan orang zuhud adalah untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk kemanfatan dir inya
dari pahala dan surga yang didapatkannya. Maka demikianleh perbedaan orang yang keinginan hatinya
mendapatkan bidadarii dan orang yang cita-citanya adalah keterbukaab hatinya.


Fasal 14Makalah  ke empatbelas : (diriwayatkan dari sebagian hukama’) yaitu orang yang ahli mengobati jiwa manusia,
dan mereka itulah para wali Allah. -(Barang siapa yang menganggap ada pelindung yang lebih utama dari Allah
maka  sangat sedikitlah ma’rifatnya kepada Allah) Maknanya adalah barang siapa yang menganggap ada
penolong yang lebih dekat daripada pertolongan Allah, maka maka sesungguhnya dia belul mengenal Allah.
(Danbarang siapa yang menganggap ada musuh yang lebih berbahaya daripada nafsunya sendiri, maka
sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya tentang nafsunya) Artinya adalah brang siapa yang berperasangka ada
musuh yang lebih kuat dari pada hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada kejahatan, maka sedikitlah
ma’rifatnya/pengetahuannya akan hawa nafsunya sendiri.



Fasal 15dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Menafsiri firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah nyatalah kerusakan baik di
daratan maupun di lautan, maka beliau memberikan tafsirannya (Yang dimaksud Al-Barr/daratan adalah lisan.
Sedangkan yang dimaksud Al-Bahr / lautan adalah hati). Apabila lisan telah rusak dikarenakan mengumpat
misalnya, maka akan menangislah diri seseorang / anak cucu adam. Akan tetapi apabila hati yang rusak
disebabkan karena riya’ misalnya, maka akan menangislah malaikat. Dan diperumpamakan hati/qalb dengan
lautan adalah dikarenkan sangat dalmnya hati itu.



Fasal 16(Dikatakan, karena syahwat maka seorang raja berubah menjadi hamba sahaya/budak) karena sesungguhnya
barang siapa yang mencintai sesuatu maka  ia akna menjadi hamba dari sesuatu yang dicintainya. (dan sabar
akan membuat seorang hamba sahaya berumab menjadi seorang raja) karena seoang hamba dengan
kesabarannya akan memperoleh apa yang ia inginkan. (apakah belum kita ketahui kisah seorang hamba yang
mulia putra seorang yang mulia, putera seorang yang mulia Sayyidina Yusuf AS Ash-Shiddiq, putera Ya’qub
yang penyabar, putera Ishaq yang penyayang, putera Ibrahim Al-Khalil AS dengan Zulaikha. Sesungguhnya ia
zulaikha sangat cinta kepada Sayyidina Yusuf  AS dan Sayyidina Yusuf bersabar dengan tipudayanya.



Fasal 17maklah ke tujuh belas : (beruntunglah orang yang menjadikan akalnya sebagai pemimpin) dengan mengikuti
petunjuk akalnya yang sempurna (sedangkan hawa nafsunya menjadi tahanan) (dan celakalah bagi orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai penguasanya, dengan melepaskannya dalam menuruti apa yang di
inginkannya, sedangkan akalnya menjadi hambanya yaitu akal tersebut terhalang untuk memikirkan ni’mat
Allah dan keagungan ALlah)



Fasal 18Makaalah ke  delapan belas : (Barang siapa yang meninggalkan perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya),
maka hati tersebut akan senang menerima nasihat dan ia khusyu’/memperhatikan akan nasihat tersebut. (Barang
siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram) baik dalam hal makanan, pakaian dan yang lainnya (dan ia
memakan sesuatu yang halal maka akan jerniglah pikirannya) didalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah
yang menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu setelah kematiannya
demikian pula menjadi petunjuk akan keEsaan Allah dan kekuasaanNya dan ilmuNya. Dan yang demikian ini
terjadi apabila ia mempergunakan fikirannya dan melatih akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala yang
menciptakan dia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal
daging, kemujdian Allah menjadikan tulang dan daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan
baginya. Kemudian Alah memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan, kemudian Allah
memudahkannya keluar sebagai janian dari dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham untuk menyusu
ibunya, dan Allah menjadikannya pada awwal kejadian dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah
menumbuhkan gigi tersebut untuknya, kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun kemudian
Allah menumbuhkan kembali gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan keadaan hambanya selalu berubah
dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda berubah menjadi tua renta dan dari keadaan sehat
berubah menjadi sakit.  Kemudian Alah menjadikan bagi hambaNya pada setiap hari mengalami tidur dan jaga
demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan tumbuh lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan siang yang selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan
timbulnya yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari, rembulan, bintang-bintang dan awan dan hujan
yang semuanya datang dan pergi. Demikian pula bertafakur tentang rembulan yang berkurang pada setiap
malamnya, kemudian menjadi purnama, kemudian berkurang kembali. Seperti itu pula pada gerhana matahari
dan rembulan ketika hilang cahayanya keudian cahaya itu kembali lagi. Kemudian berfikir tentang bumiyang
gersang lagi tandus maka Allah menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah
menghilangkan lagi tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita akan dapat
berkesimpulan bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian ini tentu mampu untuk menghidupkan
sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi hamba untuk selalu bertafakur pada hal yang demikian sehingga
menjadi kuatlah imannya akan hari kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti
membangkitkannya da membalas segala amal perbuatannya. Maka dengan seberapa imannya dari hal yang
demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.



Fasal 19Makalah  ke 19 : Telah diwahyukan kepada sebagian Nabi ( Ta’atlah kepadaKu akan apa yang Aku perintahkan
dan janganlah bermaksiyat kepadaku dari apa yang Aku nasehatkan kepadamu). Artinya dari nasihat yang
dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dan dengan apa yang dilarang maka seorang hamba
akan tehindar dari kerusakan.


Di poskan oleh santri ISBANA Al-bantani
di nukil dari http://pondok-tugung.blogspot.com
semoga bermanfaat