Dari ayahandanya beliau mendapatkan pendidikan dasar dan membaca
Al-Qur’an dengan sempurna baik makhroj maupun tajwidnya. Pada tahun 1212
H dengan berbekal apa yang beliau dapatkan dari kampong halaman beliau
diberangkatkan ke Kairo untuk mendalami agama di Al-Azhar. Di mana usia
beliau saat itu sudah genap 14 tahun. Tekadnya belajar di Al-Azhar
sempat terganggu oleh infasi Prancis ke Mesir pada tahun 1213 H sehingga
tertunda tiga tahun dan baru pada tahun 1216 H ketika Prancis menarik
pasukannya beliau bisa masuk kembali ke Al-Azhar dan menekuni pendalaman
agama pada guru-guru besar seperti Syeikh Assyarqowi, Syeikh Muhammad
Al-Fadholi Syeikh Muhammad Amir Al-Kabir dan lain sebagainya
Ketekunan dan semangatnya dalam menggali ilmu tertunjang dengan bakat
kecerdasan yang telah tampak semenjak usia kanak-kanak. Sehingga
menjadikan beliau mampu melewati kemampuan rata-rata sebayanya dan
mendapat kepercayaan menduduki jabatan paling prestisius saat itu,
sebagai rector Al-Azhar yang merupakan perguruan tinggi dambaan semua
pelajar semenjak tahun 1263 H hingga ahir wafat beliau pada tahun 1277
H.
Kesibukanya sebagai rector dan guru besar Al-Azhar tidak menghalangi
beliau untuk menghasilkan karya-karya besar yang bermanfaat dan
ditunggu-tunggu kehadiranya oleh para santri sejak masa hidupnya sampai
setelah puluhan bahkan ratusan tahun dari meninggal beliau. Bukan saja
santri-santri dari Indonesia, melainkan juga dari belahan dunia islam
yang lain.
Disebutkan dalam manakibnya beliau adalah Salah seorang ulama yang amat
menyintai dzurriyatur Rosul SAW. Dan rajin mengunjungi para beliau
baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Sebagai salah
satu bukti bisa kita lihat pada bagian ahir dari salah satu karyanya,
hasyiah ala syarh Ibn qosim. Disana tampak kecintaan beliau pada ahli
bait Nabi SAW dan semangatnya bertabarruk dengan para beliau dan para
sholihin khususnya sayyid Ahmad Albadawi Rodhiyallohum.
Di sana beliau secara khusus menyarankan pada siapapun yang
menghatamkan hasyiahnya tersebut untuk membacakan hadiah Fatihah pada
Sayyid Ahmad Al-Badawi yang kebetulan selesainya beliau dalam
merampungkan kitab tersebut bertepatan dengan hari houl Al-Badawi. Itu
pula barangkali yang menjadikan karya-karya beliau banyak disambut baik
para pelajar dan terasa betul manfaatnya hingga sekarang.
Ketauladanan lainya adalah pemanfaatan waktu yang tiada sedikitpun
terbuang percuma. Lidahnya senantiasa basah dengan dzikir dan membaca
Al-Qur’an sebagai ungkapan syukur atas karunia-karunia yang beliau
dapatkan. Nafa’ana Allohu bihi wabi’ulumih amin
Karya-karya beliau selain hasyiah ala syarh Ibn Qosim diantaranya:
1- Tuhfatul Murid ala Jauharotut Tauhid
2- Hasyiah ala nadzmil burdah
3- Hasyiah ala matni sullam lil Akhdhory
4- Fathul khobir Al-Lathif
5- Tahqiqil maqom hasyiah ala Kifayatil ‘awam
6- Hasyiah ala matni Assyamail
7- Hasyiah ala Assyansyuriah fil Faroidh
8- Syarah Nadlom Imrithi
9- Qothrul ghoits
10- Hasyiah ala maulid
Sumber-sumber:
- حلية البشر في تاريخ القرن الثالث عشر
-
Catatan:
Tentang : Trio tunggal: abi syuja’, Ibn Qosim dan bajury.
Bila goresan tinta Ibn qosim menjadikan taqrib yang mungil menjadi
tampak lebih cantik maka sentuhan Albajury menyempurnakan kecantikan itu
hingga lebih menarik dan bersinar. Begitulah gambaran kasar perpaduan
karya tiga ulama besar Abi Syuja’, Ibn Qosim dan Bajury.
Dalam
prolog yang selalu beliau sisipkan diawal setiap bab memberikan
gambaran pada kita pokok-pokok pembahasan yang akan menjadi kajian bab
perbab, disamping juga dasar-dasar hukum yang dijadikan istimbat baik
dari Al-Qur’an maupun hadits. Begitu pula pembahasan arkan
(komponen-komponen pokok) terutama dalam muamalah yang luput dari
perhatian Ibn qosim dikupas termasuk koreksi atas redaksi sekira
diperlukan.
Koreksi yang beliau lakukan tidak jarang ‘menyerang’ pada komentar yang
dilakukan syarh dan mendukung redaksi asal atau matan. Bahkan melompat
dengan mengkritisi penjelasan yang diberikan syarih yang lain. Seperti bisa dilihat pada bab aiman wan nudzur ketika mengulas nadzar mubah
yang sempat mengkritisi redaksi Assyirbini dalam Al-Iqna’. Seperti
halnya koreksi beliau pada penjelasan Ibn Qosim selain sisi redaksi
sebagai contoh bisa dilihat dalam pembahasan nafaqoh walidain
Namun demikian pada dasarnya Bajury selalu mencoba memberikan pembelaan
pada redaksi yang ada selama mungkin baik redaksi matan maupun syarh.
Seperti bisa dilihat komentar beliau pada pembahasan jual beli buah yang
belum masak yang kajianya disisipkan dalam fasal khiyar. Seperti halnya penyempurnaan yang banyak beliau lakukan dengan tanpa menyinggung redaksi matan maupun syarh.
Ada warna lain dalam hasyiah bajury dari kebanyakan hasyiah yang muncul
di eranya. Bajury tidak banyak menyebut nama-nama rujukan maupun kitab
para ulama seperti yang banyak kita temui dalam I’anah, hawasyil
madaniyyah, syarwani dsb. Dalam beberapa kasus beliau berusaha
mencarikan solusi pembebasan dari taklif yang dirasa teramat berat
seperti dalam kasus nadlor lilajnabiyyah. Bahkan dalam udhhiyyah dan aqiqoh
Pembelaan pada perempuan juga dilakukan dengan memaparkan keharusan
mut’ah (uang obat kecewa) bagi istri yang dicerai yang tidak sempat
terbahas dalam syarh. Lebih jauh beliau memaklumatkan untuk
disosialisasikan pada pada para ibu karena ini adalah hak mereka dimana
banyak dari mereka yang tidak memahaminya. Pembelaan ini bisa dilihat
pada ahir bab kajian mas kawin.
Penulusuran pada karya trio tunggal ini memang benar-benar mengasyikkan
terlebih bila kita tertarik dengan kajian beliau dari sisi lughot yang
banyak kita temukan didalamnya hal-hal baru yang terkadang sulit kita
temukan dalam kitab-kitab nahwu seperti urainya akan keabsahan kalimat: abdan qoimatan wa amatan qoiman. Begitu pula kajian ushul fiqh yang sering beliau sisipkan dan sesekali tentang manthiq.
Tepatlah kiranya apa yang dipesankan sebagian guru bila ingin faham tentang fiqh pahamilah Fathul qorib. Hasyiah Bajuri
adalah pemegang kunci menuju ke sana. Buah karya trio tunggal ini telah
mengantarkan ribuan santri menuju pemahaman fiqh yang menyeluruh hingga
dengan kata lain mereka mendapatkan futuh.
Jazahumulloh ‘anna khoirol jaza’
http://fafank-irfan.blogspot.com/2010/12/biografi-ulama-pengarang-kitab-kitab.html