Habibana Munzir Al Musawa :
Jika kita mau merenungi lebih dalam dengan hati dan sanubari yang suci, kita akan temukan bahwa cinta itu adalah Allah subhanahu wata’ala, cinta kepada Allah subhanahu wata’ala semata hal itu adalah yang paling benar, adapun cinta kepada selain-Nya akan menimbulkan permasalahan, dan cinta yang sempurna kepada Allah subhanahu wata’ala dengan cinta yang sebenar-benarnya maka cinta itu pun akan terpancar kepada semua makhluk terlebih kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, terpancar kepada keluarga, anak-anak, orang tua, saudara, tetangga dan lainnya, yang kesemuanya terpancar dari cinta kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka hakikat dari cahaya Allah subhanahu wata’ala adalah terpancarnya cinta, namun diselewengkan oleh iblis hingga tergodalah nabi Adam dan akhirnya turun ke muka bumi karena melanggar larangan Allah subhanahu wata’ala disebabkan cinta tersebut diselewengkan oleh iblis, maka berwaspadalah terhadap cinta, karena cinta itu hanya untuk Yang Maha Memilikinya, Yang Maha Berhak dicintai yaitu Allah subhanahu wata’ala dan Maha melimpahkan cinta-Nya kepada yang menghendaki-Nya, maka yang menghendaki cinta Allah subhanahu wata’ala akan Allah berikan cinta kepadanya. Sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan-Ku (Allah), maka Aku pun ingin berjumpa dengannya”.
Begitu juga firman-Nya dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ فَلْيَظُنَّ بِيْ مَا شَاءَ
“Aku (Allah) tergantung pada prasangka hamba-Ku, maka berperasangkalah kepada-Ku semaunya”
Jika seseorang ingin mencintai Allah subhanahu wata’ala, maka Allah pun ingin mencintainya, begitu juga yang ingin mendekat kepada Allah, maka Allah lebih ingin mendekat kepadanya. Maka tergantung diri kita, apa yang ingin kita perbuat di dunia yang hanya beberapa saat ini untuk mencapai kehidupan yang kekal dan abadi?!.