Wim Lustenhouwer/VU University Amsterdam
Torehan pada cangkang Pseudodon vondembuschianus trinilensis berusia 500.000 tahun,
dinyatakan sebagai torehan tertua di dunia.
dinyatakan sebagai torehan tertua di dunia.
Torehan tertua di dunia yang terdapat pada cangkang ternyata berasal dari
tanah Jawa, tepatnya dari situs Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Penelitian yang dipublikasikan di
Nature pada Senin (1/12/2014) mengungkapnya.
tanah Jawa, tepatnya dari situs Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Penelitian yang dipublikasikan di
Nature pada Senin (1/12/2014) mengungkapnya.
Josephine CA Jordens, peneliti pada Fakultas Arkeologi di Universitas Leiden, Belanda, beserta
rekannya adalah pihak yang mengonfirmasi bahwa torehan tersebut merupakan yang tertua,
berasal dari masa 500.000 tahun lalu.
rekannya adalah pihak yang mengonfirmasi bahwa torehan tersebut merupakan yang tertua,
berasal dari masa 500.000 tahun lalu.
Jordens sedang mengerjakan proyek penelitian tentang penggunaan sumber daya laut oleh
spesies manusia purba Homo erectus di situs Trinil, Jawa Timur. Ia kemudian menganalisis
cangkang kerang air tawar spesies Pseudodon vondembuschianus trinilensis.
Saat menganalisis, ia menemukan perforasi atau lubang-lubang kecil selebar beberapa milimeter
pada permukaan cangkang kerang. Menurut dia, hal itu merupakan indikasi adanya orang pada
masa itu yang berupaya membuka cangkang dengan alat tajam macam gigi hiu.
spesies manusia purba Homo erectus di situs Trinil, Jawa Timur. Ia kemudian menganalisis
cangkang kerang air tawar spesies Pseudodon vondembuschianus trinilensis.
Saat menganalisis, ia menemukan perforasi atau lubang-lubang kecil selebar beberapa milimeter
pada permukaan cangkang kerang. Menurut dia, hal itu merupakan indikasi adanya orang pada
masa itu yang berupaya membuka cangkang dengan alat tajam macam gigi hiu.
Rekan Jordens kemudian memotret cangkang tersebut dan mengamatinya lebih detail. Lewat
pengamatan saksama, diketahui bahwa permukaan cangkang tersebut memiliki torehan-torehan
berbentuk zig-zag.
pengamatan saksama, diketahui bahwa permukaan cangkang tersebut memiliki torehan-torehan
berbentuk zig-zag.
Pengamatan di bawah mikroskop kemudian menguak bahwa pola zig-zag itu dibuat secara
sengaja. Garis zig-zag yang masing-masing memiliki panjang 1 cm tersebut kontinu, tidak putus-
putus, menunjukkan bahwa pembuatnya menaruh perhatian pada detail.
sengaja. Garis zig-zag yang masing-masing memiliki panjang 1 cm tersebut kontinu, tidak putus-
putus, menunjukkan bahwa pembuatnya menaruh perhatian pada detail.
Jordens dan rekannya melakukan penanggalan pada sedimen yang terdapat pada cangkang
dengan argon dan luminescence. Hasil penanggalan mengungkap bahwa pola zig-zag itu berasal
dari masa 500.000 tahun lalu, bukan dibuat oleh Homo sapiens, melainkan Homo erectus.
dengan argon dan luminescence. Hasil penanggalan mengungkap bahwa pola zig-zag itu berasal
dari masa 500.000 tahun lalu, bukan dibuat oleh Homo sapiens, melainkan Homo erectus.
"Penemuan ini sangat spektakuler dan berpotensi mengubah cara pandang kita tentang
Homoawal (manusia purba)," kata Nick Barton, arkeolog dari Universitas Oxford yang tak
terlibat studi.
Homoawal (manusia purba)," kata Nick Barton, arkeolog dari Universitas Oxford yang tak
terlibat studi.
Apakah torehan tersebut merupakan bentuk seni? Jordens mengatakan, "Jika Anda tidak
mengetahui tujuan dari seseorang yang membuatnya, maka tidak mungkin untuk menyebutnya
sebagai seni."
mengetahui tujuan dari seseorang yang membuatnya, maka tidak mungkin untuk menyebutnya
sebagai seni."
"Akan tetapi, di sisi lain, ini adalah gambar purba. Ini adalah cara untuk mengekspresikan diri. Apa
tujuan dari orang yang membuatnya, kita tidak tahu," ungkap Jordens seperti dikutip Nature,
Rabu (3/12/2014).
tujuan dari orang yang membuatnya, kita tidak tahu," ungkap Jordens seperti dikutip Nature,
Rabu (3/12/2014).
Clive Finlayson, pakar hewan dari Museum Gibraltar yang juga terlibat dalam studi, mengatakan,
yang terpenting dari temuan ini adalah bahwa manusia purba sudah punya kemampuan berpikir
abstrak, sama seperti manusia modern.
yang terpenting dari temuan ini adalah bahwa manusia purba sudah punya kemampuan berpikir
abstrak, sama seperti manusia modern.
Cangkang kerang yang dianalisis ditemukan oleh paleontolog Eugene Dubois di situs Trinil pada
tahun 1896. Dubois juga menemukan kerangka Homo erectus. Kerangka dan cangkang itu lalu
dikirim ke Museum Leiden pada tahun 1930.
tahun 1896. Dubois juga menemukan kerangka Homo erectus. Kerangka dan cangkang itu lalu
dikirim ke Museum Leiden pada tahun 1930.