Para ulama telah sepakat bahwa wanita tidak boleh jadi pemimpin,[1] karena jenis kelamin laki-laki adalah syarat untuk memegang jabatan ini.[2]
Allah Ta’ala berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisaa’ [4]: 34).[3]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
لن يفلح قوم ولّوا أمرهم امرأة
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”[4]
Imam al-Baghawi Rahimahullah berkata, “Para ulama telah sepakat bahwa wanita tidak boleh jadi pemimpin karena seorang pemimpin butuh untuk keluar seperti ketika akan mengkomandoi jihad, mengurusi urusan kaum muslimin, sedangkan wanita adalah aurat, tidak boleh keluar.
Dan wanita sendiri lemah dalam mengurusi segala kepentingan. Oleh karena wanita itu akalnya kurang, sedangkan kepemimpinan adalah kekuasaan yang paling sempurna, maka tidak pantas dipegang kecuali oleh laki-laki yang sempurna.”[5]
Imam al-Juwaini berkata, “Para wanita hendaknya tinggal di dalam rumah mereka, menyerahkan segenap urusan mereka kepada kaum laki-laki yang merupakan pemimpin bagi kaum wanita. Para wanita tidak terbiasa untuk mengatasi berbagai keadaan, janganlah mereka keluar dan tampil berdesakan dengan laki-laki. Para wanita akalnya kurang dalam menetapkan perkara dan pendapat yang dibutuhkan.[6]
Andaikan seorang wanita ikut-ikutan sibuk bekerja seperti laki-laki padahal dirinya akan mengalami haid, hamil, melahirkan, dan punya kewajiban mendidik anak, sungguh wanita ini telah keluar dari tabiat aslinya. Dengan bergaul dan berbaur dengan laki-laki akan rusak dan hancurlah aturan rumah tangga dan akan terlepaslah ikatannya.[7]
Anda ingin beruntung?
Jangan jadikan wanita sebagai pemimpin!!!
Sungguh merugi suatu kaum yang dipimpin oleh wanita.