Recents in Beach

header ads

Basa Basi

Judul di atas adalah tradisi perbudakan terhadap anak laki-laki yang diambil paksa dari keluarganya untuk memenuhi hasrat seksual kaum pria. Prakteknya, anak laki-laki disuruh mengenakan pakaian perempuan dan ber-make up tebal, kemudian ia dihadapkan sekelompok pria dewasa untuk menari dengan gerakan-gerakan yang erotis dan menggairahkan.

Tradisi ini telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu yang sering disebut tradisi bawah tanah. Umumnya hal ini terjadi di negara-negara yang sedang mengalami konflik, seperti di Afghanistan yang hingga saat ini masih dilanda konflik dengan Amerika Seriikat. Jumlah anak laki-laki yang terlibat dalam bacha bazi di Afghanistan masih belum diketahui.

Anak laki-laki bermain –sebutan korban bacha bazi– biasanya disuruh menari di acara-acara pesta atau di tempat lain. Setelah itu anak laki-laki bermain disekap di suatu ruangan dan diperkosa oleh majikan dan atau tamunya.



Pada mulanya, korban bacha bazi adalah anak laki-laki normal, kemudian oleh seseorang dijebak di suatu tempat dan disuguhi hal-hal yang dapat meningkatkan gairah seperti video mesum atau gambar-gambar nyleneh. Dengan gairah yang tinggi, secara leluasa sang penjebak dapat memperkosa korban, yang akhirnya korban menjadi budak tetap.



Korban bacha bazi mayoritas adalah anak laki-laki berusia 17 tahun hingga 20 tahun. Melihat anak laki-laki yang usianya masih muda, seorang pria dewasa akan tergoda dan tergiur oleh ketampanannya. Saking hobinya, mereka menamakan anak laki-laki yang belum berjenggot dengan nama bacha bereesh.



Dalam agama Islam praktek bacha bazi sangat dilarang. Meski demikian, praktek ini sampai sekarang masih belum bisa dihentikan. Salah satu faktor masih berlangsungnya tradisi ini adalah buruknya budaya. Di samping itu hukuman untuk pelakunya sangat minim dan tidak jelas. Mengapa demikian? Karena negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan lainnya menganut paham seks bebas, yang hanya memikirkan kepuasan pribadi tanpa melihat sisi dan dampak negatif pada orang lain.

Selain menjadi anak bacha bazi, para korban tradisi ini juga mendapatkan honor yang cukup banyak, yakni sekitar 300.000 rupiahan untuk setiap kali tampil. Namun, hal ini hanya terjadi pada anak bacha bazi yang statusnya tidak lagi menjadi budak tetap. Uang itu digunakan oleh anak bacha bazi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pada dasarnya anak bacha bazi juga ingin mencari nafkah dengan cara yang normal seperti anak-anak lainnya, namun hanya itu yang hanya dapat mereka lakukan. Tidak banyak dari mereka yang mampu keluar dari jerat pahit bacha bazi yang meresahkan kaum anak laki-laki, khususnya yang berada di negara-negara Islam.

Saat ini tradisi perbudakan anak laki-laki dapat terjadi di negara mana saja, baik  yang sedang konflik atau tidak. Banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Indonesia yang berada di luar negeri menjadi korban bacha bazi. Namun, jika dilihat dari segi kriteria, orang indonesdia tidak sesuai. Karena orang Indonesia yang menjadi TKI rata-rata berusia 20 tahun keatas.

Tradisi ini dengan cepat telah meracuni pikiran orang-orang yang sebelumnya tidak mengenalnya, seperti di Arab Saudi. Arab merupakan salah satu Negara Islam yang telah teracuni tradisi bacha bazi. Di Negara ini, orang-orang yang belum atau tidak berjenggot  menjadi sasaran para penggila bacha bazi yang mayoritas penduduk asli Arab. Biasanya hal ini terjadi saat musim haji tiba.

Banyak jema’ah haji yang digoda oleh orang Arab, terutama orang-orang Indonesia yang merupakan jema’ah haji terbanyak. Bagi jema’ah yang tidak mengetahui hal semacam ini pasti tidak terima atas perlakuan dan pelecehan orang-orang Arab. Namun untuk saat ini kejadian semacam  itu telah dijelaskan oleh orang yang mengetahuinya sebelum berangkat ke Arab Saudi.

Mungkin orang akan heran dan kaget saat mendengar penjelasan mengenai tradisi ini dari seseorang yang mengetahuinya. Mereka beranggapan bahwa hal itu sudah melewati batas normal. Terlebih, tradisi ini terjadi di negara Arab, yang notabenenya merupakan pusat peradaban Islam.

Menurut pribadi orang Arab, hal ini dianggap wajar yang seolah-olah telah menjadi tradisi dari kakek nenek mereka. Tempo dulu, hal semacam ini memang pernah terjadi di Arab, tetapi prakteknya berbeda dengan bacha bazi yang terjadi di negara lain yang sedang dilanda konflik seperti Afghanistan.

Penyebaran tradisi ini bisa saja terjadi melalui interaksi antar warga negara satu dengan yang lainnya. Kemudian tradisi ini disebarkan lagi didalam lingkup negara sendiri, yang akhirnya menyebar dengan cepat hingga ke daerah-daerah terpencil.

Kemungkinan hal serupa juga terjadi di sekitar kita, tetapi kita tidak bisa merasakannya. Sebenarnnya penyebaran tradisi ini telah menyentuh sekitar kita, seperti yang terjadi di lokalisasi-lokalisasi penyedia waria, ataupun juga fenomena amrod  yang nampaknya akan terus ada. Wallahu ‘Alam.