Bangga Sebagai Santri Al Mahrusiyah
Pendahuluan
Kita sebagai santri dari Madrasah Diniyah Putri Al Mahrusiyah harus merasa bangga. Mengapa? Karena Madrasah Diniyah Putri tempat kita menimba ilmu agama Islam ini sudah benar-benar diakui eksistensinya di masyarakat. Artinya, hampir di seluruh pelosok Indonesia, bahkan di luar negeri, sudah pernah merasakan betapa nikmatnya belajar di sini. Masyarakat awam pun sudah merasakan dan mengakui nikmatnya bimbingan para alumni Madrasah Diniyah Putri ini. Maka, kita sebagai orang yang sedang nyantri di sini, sudah sepatutnya menaruh rasa hormat dan bangga terhadap diri kita sendiri karena sudah diberi kesempatan untuk belajar ilmu agama di sini.
Tentu saja, rasa bangga itu harus kita wujudkan di dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai santri. Nah, makalah singkat ini dimaksudkan untuk membantu Kita untuk menuntun Kita dalam mengaplikasikan kesantrian Kita selama menempuh studi di Al Mahrusiyah ini. Berikut beberapa hal yang secara psikolokis harus dipersiapkan agar nanti bila kita sudah lulus bisa menjadi alumni Madrasah Diniyah Putri yang bisa dibanggakan masyarakat secara khusus maupun umum.
Pertama, sikap mental sebagai santri
Santri harus memiliki sikap mental yang baik. Hal itu harus diwujudkan sejak awal menuntut ilmu di Madrasah Diniyah Putri ini. Misalnya, nawaitu berangkat ke Madrasah Diniyah Putri Al Mahrusiyah ini benar-benar harus diniati untuk menimba ilmu agama Islam yang berbasis salafy. Niat ini perlu sekali ditata sejak awal karena inilah kunci keberhasilan menuntut ilmu di Madrasah Diniyah Putri. Karena jika niatnya sudah salah, maka hasilnya pun sesuai dengan yang diniatinya itu alias salah atau kurang sempurna.
Misalnya, niat kita ke madrasah ini hanya untuk numpang kos, maka yang akan kita peroleh ya cuma murahnya biaya hidup selama di Madrasah Diniyah Putri ini. Tidak lebih. Jangankan ilmunya barokah, nyantolnya di hati pun sulit diharapkan. Implikasi lainnya adalah kita jadi ogah-ogahan belajar di Madrasah Diniyah Putri. Kerja kita hanya makan, tidur, makan, kemudian tidur lagi. Aktivitasnya jauh dari hal-hal yang bermanfaat, baik di dunia ini, apalagi untuk kehidupan di akhirat.
Contoh salah niat yang lain adalah karena kita diharuskan mondok oleh orangtua atau kita merasa menjadi anak buangan dari keluarga sehingga kita merasa diasingkan ke Madrasah Diniyah Putri ini. Ini pasti lebih rumit lagi. Karena biasanya kita malah menjadi santri yang trouble maker bagi teman sekamar atau teman sekelasnya.
Kedua, menghormati guru
Sikap mental tawadhu’ kepada guru ini merupakan kunci dari barokahnya ilmu yang sedang kita tuntut di sini. Artinya, jika kita mau menghormati guru kita dengan tulus ikhlas, maka setelah tamat, ilmu yang kita peroleh dari para guru itu sangat bermanfaat, baik bagi diri maupun orang lain di sekitar kita.
Banyak contoh di Al Mahrusiyah ini tentang berkahnya ilmu itu karena santrinya tunduk dan patuh terhadap gurunya. Mereka yang sewaktu di sini boleh dibilang goblok, tapi karena sangat santun dan sopan kepada gurunya, maka begitu tamat dia malah menjadi kiai yang disegani masyarakatnya walaupun masih terbilang muda. Dan anehnya, santri tersebut bisa dengan sendirinya apa saja pelajaran yang dulunya dia tidak bisa. Sungguh aneh bin ajaib!
Ketiga, istiqomah dalam belajar
Keajegan dalam belajar juga merupakan kunci sukses belajar di Madrasah Diniyah Putri. Betapa pun beratnya belajar di Madrasah Diniyah Putri, terutama masalah hafalan (muhafazhoh) serta ketatnya jadwal kegiatan di sini, kita harus tetap rajin dan disiplin belajar secara terus-menerus. Maka, sebenarnya kita harus bersyukur sebagai santri di Al Mahrusiyah ini, karena jadwal kita benar-benar padat. Boleh di bilang kita hanya memiliki waktu beberapa jam saja untuk tidur bila kita mau menimba ilmu di sini.
Mulai pagi, kita harus salat malam. Kemudian, salat Subuh berjamaah. Disusul dengan belajar sorogan Al Quran maupun di MMQ. Terus ada sorogan kitab. Kemudian, sekolah umum maupun madrasah. Ada musyawarah setelah sekolah diniyah. Dan seterusnya. Maka, waktu jeda bagi kita sangat singkat.
Namun begitu, ini semua harus kita sikapi dengan positif thinking. Artinya, kita malah harus bersyukur dengan adanya jadwal yang ketat tersebut karena menjadikan kita orang yang istiqomah, belajar memanfaatkan waktu dengan baik serta disiplin dalam menggunakan waktu yang ada. Bukankah dengan kegiatan yang padat itu kita tidak lagi bisa berleha-leha yang tiada guna? Bukankah kita tidak berkesempatan lagi ngerumpi di sela-sela waktu senggang yang itu bisa menggerogoti pahala kita sendiri?
Keempat, banggalah sebagai santri Al Mahrusiyah
Tip yang keempat ini mungkin yang paling mudah untuk kita laksanakan dibanding ketiga tip yang awal di atas. Tapi, jangan lupa, tip yang keempat ini bisa kita lakukan bila kita juga melaksanakan ketiga tip yang pertama.
Rasa bangga di sini bukan berarti takabur. Tapi, kita merasa bersyukur bahwa kita bisa diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menimba ilmu di sini. Kita juga sudah memenuhi syarat untuk menuntut ilmu agama Islam di Al Mahrusiyah ini. Kita juga sudah secara resmi menjadi warga besar Madrasah Diniyah Putri Al Mahrusiyah tercinta. Maka, itu artinya pula orang lain di luar Al Mahrusiyah melihat kita sebagai jujugan atau dermaga bagi masyarakat awam untuk bertanya berbagai macam hal tentang agama Islam. Itu artinya pula kita memiliki nilai yang lebih di mata masyarakat awam karena kualitas keilmuan kita. Siapa yang tidak bangga sekaligus bersyukur terhadap nikmat yang demikian besar itu?
Akhirnya, kinilah saatnya kita mengubah sikap mental kita dalam menyantri di Al Mahrusiyah ini. Jadikanlah hari ini harus lebih baik dari hari esok. Singkirkan jauh-jauh rasa malas mulai sekarang. Bukankah malas itu sudah dinyatakan oleh bangsa Jepang sebagai musuh utama? Baca, baca, dan baca selagi punya waktu sisa. Dan seterusnya. Semoga berhasil. Amin.
Pendahuluan
Kita sebagai santri dari Madrasah Diniyah Putri Al Mahrusiyah harus merasa bangga. Mengapa? Karena Madrasah Diniyah Putri tempat kita menimba ilmu agama Islam ini sudah benar-benar diakui eksistensinya di masyarakat. Artinya, hampir di seluruh pelosok Indonesia, bahkan di luar negeri, sudah pernah merasakan betapa nikmatnya belajar di sini. Masyarakat awam pun sudah merasakan dan mengakui nikmatnya bimbingan para alumni Madrasah Diniyah Putri ini. Maka, kita sebagai orang yang sedang nyantri di sini, sudah sepatutnya menaruh rasa hormat dan bangga terhadap diri kita sendiri karena sudah diberi kesempatan untuk belajar ilmu agama di sini.
Tentu saja, rasa bangga itu harus kita wujudkan di dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai santri. Nah, makalah singkat ini dimaksudkan untuk membantu Kita untuk menuntun Kita dalam mengaplikasikan kesantrian Kita selama menempuh studi di Al Mahrusiyah ini. Berikut beberapa hal yang secara psikolokis harus dipersiapkan agar nanti bila kita sudah lulus bisa menjadi alumni Madrasah Diniyah Putri yang bisa dibanggakan masyarakat secara khusus maupun umum.
Pertama, sikap mental sebagai santri
Santri harus memiliki sikap mental yang baik. Hal itu harus diwujudkan sejak awal menuntut ilmu di Madrasah Diniyah Putri ini. Misalnya, nawaitu berangkat ke Madrasah Diniyah Putri Al Mahrusiyah ini benar-benar harus diniati untuk menimba ilmu agama Islam yang berbasis salafy. Niat ini perlu sekali ditata sejak awal karena inilah kunci keberhasilan menuntut ilmu di Madrasah Diniyah Putri. Karena jika niatnya sudah salah, maka hasilnya pun sesuai dengan yang diniatinya itu alias salah atau kurang sempurna.
Misalnya, niat kita ke madrasah ini hanya untuk numpang kos, maka yang akan kita peroleh ya cuma murahnya biaya hidup selama di Madrasah Diniyah Putri ini. Tidak lebih. Jangankan ilmunya barokah, nyantolnya di hati pun sulit diharapkan. Implikasi lainnya adalah kita jadi ogah-ogahan belajar di Madrasah Diniyah Putri. Kerja kita hanya makan, tidur, makan, kemudian tidur lagi. Aktivitasnya jauh dari hal-hal yang bermanfaat, baik di dunia ini, apalagi untuk kehidupan di akhirat.
Contoh salah niat yang lain adalah karena kita diharuskan mondok oleh orangtua atau kita merasa menjadi anak buangan dari keluarga sehingga kita merasa diasingkan ke Madrasah Diniyah Putri ini. Ini pasti lebih rumit lagi. Karena biasanya kita malah menjadi santri yang trouble maker bagi teman sekamar atau teman sekelasnya.
Kedua, menghormati guru
Sikap mental tawadhu’ kepada guru ini merupakan kunci dari barokahnya ilmu yang sedang kita tuntut di sini. Artinya, jika kita mau menghormati guru kita dengan tulus ikhlas, maka setelah tamat, ilmu yang kita peroleh dari para guru itu sangat bermanfaat, baik bagi diri maupun orang lain di sekitar kita.
Banyak contoh di Al Mahrusiyah ini tentang berkahnya ilmu itu karena santrinya tunduk dan patuh terhadap gurunya. Mereka yang sewaktu di sini boleh dibilang goblok, tapi karena sangat santun dan sopan kepada gurunya, maka begitu tamat dia malah menjadi kiai yang disegani masyarakatnya walaupun masih terbilang muda. Dan anehnya, santri tersebut bisa dengan sendirinya apa saja pelajaran yang dulunya dia tidak bisa. Sungguh aneh bin ajaib!
Ketiga, istiqomah dalam belajar
Keajegan dalam belajar juga merupakan kunci sukses belajar di Madrasah Diniyah Putri. Betapa pun beratnya belajar di Madrasah Diniyah Putri, terutama masalah hafalan (muhafazhoh) serta ketatnya jadwal kegiatan di sini, kita harus tetap rajin dan disiplin belajar secara terus-menerus. Maka, sebenarnya kita harus bersyukur sebagai santri di Al Mahrusiyah ini, karena jadwal kita benar-benar padat. Boleh di bilang kita hanya memiliki waktu beberapa jam saja untuk tidur bila kita mau menimba ilmu di sini.
Mulai pagi, kita harus salat malam. Kemudian, salat Subuh berjamaah. Disusul dengan belajar sorogan Al Quran maupun di MMQ. Terus ada sorogan kitab. Kemudian, sekolah umum maupun madrasah. Ada musyawarah setelah sekolah diniyah. Dan seterusnya. Maka, waktu jeda bagi kita sangat singkat.
Namun begitu, ini semua harus kita sikapi dengan positif thinking. Artinya, kita malah harus bersyukur dengan adanya jadwal yang ketat tersebut karena menjadikan kita orang yang istiqomah, belajar memanfaatkan waktu dengan baik serta disiplin dalam menggunakan waktu yang ada. Bukankah dengan kegiatan yang padat itu kita tidak lagi bisa berleha-leha yang tiada guna? Bukankah kita tidak berkesempatan lagi ngerumpi di sela-sela waktu senggang yang itu bisa menggerogoti pahala kita sendiri?
Keempat, banggalah sebagai santri Al Mahrusiyah
Tip yang keempat ini mungkin yang paling mudah untuk kita laksanakan dibanding ketiga tip yang awal di atas. Tapi, jangan lupa, tip yang keempat ini bisa kita lakukan bila kita juga melaksanakan ketiga tip yang pertama.
Rasa bangga di sini bukan berarti takabur. Tapi, kita merasa bersyukur bahwa kita bisa diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menimba ilmu di sini. Kita juga sudah memenuhi syarat untuk menuntut ilmu agama Islam di Al Mahrusiyah ini. Kita juga sudah secara resmi menjadi warga besar Madrasah Diniyah Putri Al Mahrusiyah tercinta. Maka, itu artinya pula orang lain di luar Al Mahrusiyah melihat kita sebagai jujugan atau dermaga bagi masyarakat awam untuk bertanya berbagai macam hal tentang agama Islam. Itu artinya pula kita memiliki nilai yang lebih di mata masyarakat awam karena kualitas keilmuan kita. Siapa yang tidak bangga sekaligus bersyukur terhadap nikmat yang demikian besar itu?
Akhirnya, kinilah saatnya kita mengubah sikap mental kita dalam menyantri di Al Mahrusiyah ini. Jadikanlah hari ini harus lebih baik dari hari esok. Singkirkan jauh-jauh rasa malas mulai sekarang. Bukankah malas itu sudah dinyatakan oleh bangsa Jepang sebagai musuh utama? Baca, baca, dan baca selagi punya waktu sisa. Dan seterusnya. Semoga berhasil. Amin.