DAKWAH, FUNGSI AGAMA
DAN
AYAT – AYAT YANG MENGANDUNG KATA
ISLAM DAN MUSLIM
Dosen Pembimbing :
Drs.H.M. Jasir Masjhud
Disusun Oleh :
Eka Novitasari
( Bd.DH.2007.18 )
AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA
KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2007/2008
DAKWAH
Manusia tidak dapat hidup tanpa makanan, apabila mnusia tidak makan, dia akan menjadi lemah dan semakin lemah sehingga akhirnya binasa.
Dakwah adalah makanan bagi agama. Apabila dakwah ditinggalkan, maka agama secara keseluruhan akan menjadi lemah, semakin lemah akhirnya iman akan tercemar, sehingga seorang tidak akan menganggap bahwa haram sebagai sesuatu yang berbahaya, shalat dilalaikan, puasa ditinggalkan, dan kemudian perbuatan-perbuatan buruk seperti kebiasaan minum alcohol dianggap sesuatu yang biasa, dan sunah-sunah Rasullulah saw. Dianggap sesuatu yang ketinggalan zaman.
Untuk menghindar dari landasan yang licin ini kerja dakwah sangat penting. Dakwah semestinya menjadi maksud dan tujuan hidup yang tetap bagi setiap orang muslimin. Pertama, ia adalah seorang da’i, kemudian baru sebagai pengusaha; pertama seorang da’i, kemudian seorang dokter; pertama seorang da’i, kemudian seorang insinyur; pertama seorang da’i, kemudian menjadi seorang petani: pertam seorang da’i, menjadi imam masjid, dan sebagainya.
Janganlah kita berputus asa jika tidak ada yang mau mendengar dakwah kita. Apabila menjumpai keadaan seperti itu, kita bayangkan contoh yang dihadapi oleh nabi Nuh a.s.. Telah kita ketahui bahwa beliau berdakwah selama 950 tahun akan tetapi hanya mempunyai pengikut 83 orang. Berarti setiap 10 tahun beliau hanya mendapatkan satu orang beriman. Walaupun demikian, beliau tidak meninggalkan usaha dakwahnya. Tugas seorang da’i adalah melaksanakan kerja dakwah dan hasilnya, diserahkan kepad Allah Swt..
Q.S An – Nahl : 125
Artinya :
Seluruh ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Penjelasan
Dalam ayat 125 ini, Allah menerangkan hokum dan metode dakwah dalam menghadai orang-orang yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Ayat ini menggunakan kata ud’u ( serulah! ) yang merupakan bentuk kata perintah ( fi’il amr ). Dalam kaidah ushul fiqh, dikenalkan bahwa bentuk kata perintah menunjukkan arti wajib. Jadi, menyeru orang lain untuk mengikuti agama Allah dengan menjalankan segala syari’at-Nya merupakan suatu kewajiban.
Adapun mengenai metode ( cara ) yang harus ditempuh, secara umum Allah menjelaskan untuk menggunakan kalimat yang bijak, lemah lembut, tidak kasar, apalagi mencerca, bersifat persuasive dan dapat menyentuh hati orang yang diajaknya. Sedangkan ketika menghadapi orang-orang yang tidak mau menerima ajakan tersebut maka ajaklah mereka untuk berdialok dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang kuat dan meyakinkan, serta tetap dalam suasana yang ramah dan kelembutan.
Tugas seorang mukmin hanyalah sekedar menyampaikan kebenaran dengan bijak. Memberikan hidayah adalah wewenang Allah. Dialah yang maha mengetahui keadaan setiap manusia, baik yang mendapat petunjuk- Nya maupun yang tidak.
Sarimakna
Dalam menyampaikan dakwah, seorang da’i harus memperhatikan audiens yang dihadapi. Pertama, bila audiens itu kaum cendikiawan dari kalangan muslim, maka ia harus menyampaikannya secara ilmiah ( bil hikmah ). Kedua, bila audiensnya golongan awam maka ia harus menyampaikan dakwahnya dengan penuh nasihat yang menyejukkan hati mereka ( bil mau’izhatil hasanah ). Ketiga, bila audiensnya golongan rasional baik dari kalangan muslim maupun non muslim, maka ia harus menyampaikan dakwahnya dengan argument-argumen yang bias diterima mereka.
Surat lain yang berhubungan dengan dakwah adalah :
Q.S. Yusuf : 108
Artinya :
Katakanlah : “ Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”
Penjelasan
Dalam ayat tersebut di atas, Allah memerintah kepada nabi muhamad dan orang-orang mukmin lainnya untuk menyeru manusia agar mengesakan-Nya dengan mentaati segala perintah-Nya. Dakwah yang mereka serukan dan metode yang mereka tempuh itu sangat jelas karena dibarengi dengan berbagai argumentasi atas segala penjelasan yang telah diberikannya. Mereka benar-benar meyakini kebenaran dakwah yang disampaikan karena mereka menyadari akan bukti-bukti yang memperkuat keyakinan yang mereka anut itu. Mereka merupakan kelompok yang mengesakan Allah, bukan golongan yang menyekutukan-Nya.
Sarimakna
Seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya harus menggunakan dalil-dalil yang diambil dari Al Qur’an atau hadist nabi.
Awal Perintah Dakwah Kepada Nabi SAW
Dalam Q.S Asy-Syu’ara ayat 214, Allah memerintahkan nabi Muhamad untuk terlebih dahulu memberi peringatan kepada keluarga terdekatnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada yang menyangka bahwa nabi tidak bersikap tegas kepada keluarganya. Jika beliau jelas-jelas bersikap tegas walaupun kepada keluarga dekatnya, maka segala pembicaraan dan ucapannya pasti akan lebih diperhatikan oleh orang yang dihadapinya.
Bila terhadap orang-orang musyrik Allah menyuruh nabi Muhammad untuk bersikap tegas, maka dalam ayat 215 Allah menyuruh Rasul-Nya untuk bersikap lemah lembut kepada orang-orang mukmin. Artinya, jika orang-orang itu menerima ajakan dan peringatan nabi maka mereka harus disikapi dengan keramahan dan kelemah lembutan.
Sedangkan kalau mereka tidak mau menerima peringatan dan menolak ajakan Nabi maka, melalui ayat 216 Allah Swt menyatakan bahwa hal itu bukanlah merupakan tanggung jawab Nabi lagi. Nabi tidak menanggung dosa atas keingkaran dan perbuatan jahat yang mereka lakukan.
Dakwah Dengan Lemah-Lembut
Dalam Q.S. Ali Imran :159-160, Allah memperingatkan kepada Muhammad saw. Agar bersikap lemah lembut dan sopan santun ketika mengajak umatnya kepada ajaran agama Islam. Jangan sekali-kali berlaku kasar kepada mereka meskipun belum menerima ajakannya. Bahkan Allah menganjurkan kepada Muhammad untuk mendoakan kebaikan bagi mereka yang belum taat.
Dan dalam ayat 160, Allah menegaskan kembali bahwa Allah akan selalu memberi pertolongan kepadahamba-Nya yang bekerja dan berdakwah untuk kepentingan agama-Nya. Kita dianjurkan untuk bekerja dan bertawakal
Adapun hadist mengenai perintah bersikap lunak adalah sebagai berikut :
Artinya :
Dari Abi Burdah ia berkata : Nabi saw. mengutus kakekku Abu Musa dan Mu’adz ke Yaman lalu bersabda : “ Permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan menjauhkan, dan berlemah-lembutlah.” ( H.R. Bukhari Muslim )
Penjelasan
Hadist ini menunjukkan bagaimana langkah seorang da’i dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat, yaitu : Pertama, materi yang diberikan harus yang lebih mudah sebelum menyampaikan yang sulit. Kedua, materi yang diberikan yang berkaitan dengan pahala-pahala kebajikan dahulu sebelum ancaman dan siksa. Ketiga, sikap seorang da’i harus lemah-lembut sesuai dengan petunjukAl-Qur’an di atas. Jadi, diantara prinsip-prinsip yang harus diperhatikan seorang da’i adalah :
Prinsip memudahkan dan tidak menyulitkan
Prinsip menggembirakan dan tidak menyedihkan
Prinsip mengayomi dan tidak menggurui
Balasan Bagi Orang Yang Berdakwah
Menurut Q.S Fushshilat ayat 33 ini menunjukkan bahwa kedudukan seorang da’i dengan orang yang mengerjakan amal salih itu sederajat. Ini dapat ipahami karena seorang yang beramal salih itu sederajat. Ini dapat dipahami karena seorang yang beramal salih disebabkan oleh petunjuk dari seorang da’i. Hal ini sesuai juga dngan hadits Rasul SAW.
Artinya :
“ Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan akan memperoleh pahala seperti yang melaksanakannya. “
Dalam ayat 34, Allah menegaskan bahwa kebaikan dan kejaatan itu memang berbeda. Maksudnya, bahwa dakwah Rasul yang mengajak manusia kepada agama yang benar berbeda dengan propaganda orang-orang kafir yang mengajak umat manusia kepada jalan yang sesat. Oleh karena itu, dalam menangkal segala kejahatan dari musuh-musuh Islam itu tetap harus menggunakan cara-cara yang baik. Cara-cara yang baik itu adalah :
Hadapi kejahatan denga kebaikan
Hadapi kesalahan dengan memberi maaf
Hadapi rasa benci dengan kesabaran dan ketabahan
Bila sikap ini yang dipeegang oleh seorang da’i maka hasilnya yang semula terjadi permusuhan akhirnya menjadi persaudaraan. Adapun hadist tentang balasan bagi yang berdakwah adalah sebagai berikut :
Artinya :
“ Dari Abi Hurairah ia berkata : Rasulullah saw. Brsabda : “ Barang siapa yang mengajak kejalan kebenaran maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang mengajak ke jalan kesesatan maka ia memperoleh dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurang dosa mereka sedikitpun. “ ( H.R. Abu Daud )
Penjelasan
Hadist ini menunjukkan betapa besarnya pahala orang yang mengajak kepada kebajikan. Dan sebaliknya juga ancaman orang yang mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Akan tetapi, hadist ini harus juga dipahami bahwa mengajak bukan sekedar mengajak, tetapi memberi contoh yang benar. Sebab bila ini dilakukan maka ia akan terkena ancaman Allah.
Balasan Bagi Mereka Yang Menolak Seruan Allah
Dalam Q.S Al-Kahfi : 57, dijelaskan bahwa orang-orang yang berpaling dari ajakan-ajakan kebenaran yang dibawa oleh para Rasul dan dianjutkan oleh para sahabat, para ulam dan para da’i, adalah orang yang paling zalim. Dan kalaupun mareka itu diajak untuk mengikuti jala yang benar, mereka tidak akan menerimanya karena hatinya sudah tertutup dan pendengarannya sudah tersumbat.
Ayat- Ayat yang Mengandung Kata Islam-Muslim
Q.S Al Baqarah 132
Artinya :
“ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. ( Ibahim berkata ) : “ Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi mu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. “
Q.S Al Baqarah 136
Artinya :
“ Katakanlah ( Hai orag-orang mukmin ) : Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dan Tuhannya. Kami tidak membed-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. “
Q.S Ali Imran 80
Artinya :
“ Dan ( tidak ajar pula baginya ) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan. Apakah ( patut ) dia menyuruhmu berbuat kekafiran diwaktu kamu sudah ( menganut ) agama Islam ? “
Q.S Ali Imran 83
Artinya :
“ Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa da hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. “
Q.S Ali Imran 84
Artinya :
“Katakanlah : “ Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturukan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka.Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri. “
Q.S Ali Imran 85
Artinya :
“ Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima ( agama itu ) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. “
Q.S Ali Imran 102
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. “
Q.S Al Hajj 78
Artinya :
“ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. ( ikutilah ) agama orang tua mu Ibrahim. Dia ( Allah ) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan ( begitu pula ) dalam ( Al Quran ) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu dari tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. “
DAN
AYAT – AYAT YANG MENGANDUNG KATA
ISLAM DAN MUSLIM
Dosen Pembimbing :
Drs.H.M. Jasir Masjhud
Disusun Oleh :
Eka Novitasari
( Bd.DH.2007.18 )
AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA
KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2007/2008
DAKWAH
Manusia tidak dapat hidup tanpa makanan, apabila mnusia tidak makan, dia akan menjadi lemah dan semakin lemah sehingga akhirnya binasa.
Dakwah adalah makanan bagi agama. Apabila dakwah ditinggalkan, maka agama secara keseluruhan akan menjadi lemah, semakin lemah akhirnya iman akan tercemar, sehingga seorang tidak akan menganggap bahwa haram sebagai sesuatu yang berbahaya, shalat dilalaikan, puasa ditinggalkan, dan kemudian perbuatan-perbuatan buruk seperti kebiasaan minum alcohol dianggap sesuatu yang biasa, dan sunah-sunah Rasullulah saw. Dianggap sesuatu yang ketinggalan zaman.
Untuk menghindar dari landasan yang licin ini kerja dakwah sangat penting. Dakwah semestinya menjadi maksud dan tujuan hidup yang tetap bagi setiap orang muslimin. Pertama, ia adalah seorang da’i, kemudian baru sebagai pengusaha; pertama seorang da’i, kemudian seorang dokter; pertama seorang da’i, kemudian seorang insinyur; pertama seorang da’i, kemudian menjadi seorang petani: pertam seorang da’i, menjadi imam masjid, dan sebagainya.
Janganlah kita berputus asa jika tidak ada yang mau mendengar dakwah kita. Apabila menjumpai keadaan seperti itu, kita bayangkan contoh yang dihadapi oleh nabi Nuh a.s.. Telah kita ketahui bahwa beliau berdakwah selama 950 tahun akan tetapi hanya mempunyai pengikut 83 orang. Berarti setiap 10 tahun beliau hanya mendapatkan satu orang beriman. Walaupun demikian, beliau tidak meninggalkan usaha dakwahnya. Tugas seorang da’i adalah melaksanakan kerja dakwah dan hasilnya, diserahkan kepad Allah Swt..
Q.S An – Nahl : 125
Artinya :
Seluruh ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Penjelasan
Dalam ayat 125 ini, Allah menerangkan hokum dan metode dakwah dalam menghadai orang-orang yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Ayat ini menggunakan kata ud’u ( serulah! ) yang merupakan bentuk kata perintah ( fi’il amr ). Dalam kaidah ushul fiqh, dikenalkan bahwa bentuk kata perintah menunjukkan arti wajib. Jadi, menyeru orang lain untuk mengikuti agama Allah dengan menjalankan segala syari’at-Nya merupakan suatu kewajiban.
Adapun mengenai metode ( cara ) yang harus ditempuh, secara umum Allah menjelaskan untuk menggunakan kalimat yang bijak, lemah lembut, tidak kasar, apalagi mencerca, bersifat persuasive dan dapat menyentuh hati orang yang diajaknya. Sedangkan ketika menghadapi orang-orang yang tidak mau menerima ajakan tersebut maka ajaklah mereka untuk berdialok dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang kuat dan meyakinkan, serta tetap dalam suasana yang ramah dan kelembutan.
Tugas seorang mukmin hanyalah sekedar menyampaikan kebenaran dengan bijak. Memberikan hidayah adalah wewenang Allah. Dialah yang maha mengetahui keadaan setiap manusia, baik yang mendapat petunjuk- Nya maupun yang tidak.
Sarimakna
Dalam menyampaikan dakwah, seorang da’i harus memperhatikan audiens yang dihadapi. Pertama, bila audiens itu kaum cendikiawan dari kalangan muslim, maka ia harus menyampaikannya secara ilmiah ( bil hikmah ). Kedua, bila audiensnya golongan awam maka ia harus menyampaikan dakwahnya dengan penuh nasihat yang menyejukkan hati mereka ( bil mau’izhatil hasanah ). Ketiga, bila audiensnya golongan rasional baik dari kalangan muslim maupun non muslim, maka ia harus menyampaikan dakwahnya dengan argument-argumen yang bias diterima mereka.
Surat lain yang berhubungan dengan dakwah adalah :
Q.S. Yusuf : 108
Artinya :
Katakanlah : “ Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”
Penjelasan
Dalam ayat tersebut di atas, Allah memerintah kepada nabi muhamad dan orang-orang mukmin lainnya untuk menyeru manusia agar mengesakan-Nya dengan mentaati segala perintah-Nya. Dakwah yang mereka serukan dan metode yang mereka tempuh itu sangat jelas karena dibarengi dengan berbagai argumentasi atas segala penjelasan yang telah diberikannya. Mereka benar-benar meyakini kebenaran dakwah yang disampaikan karena mereka menyadari akan bukti-bukti yang memperkuat keyakinan yang mereka anut itu. Mereka merupakan kelompok yang mengesakan Allah, bukan golongan yang menyekutukan-Nya.
Sarimakna
Seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya harus menggunakan dalil-dalil yang diambil dari Al Qur’an atau hadist nabi.
Awal Perintah Dakwah Kepada Nabi SAW
Dalam Q.S Asy-Syu’ara ayat 214, Allah memerintahkan nabi Muhamad untuk terlebih dahulu memberi peringatan kepada keluarga terdekatnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada yang menyangka bahwa nabi tidak bersikap tegas kepada keluarganya. Jika beliau jelas-jelas bersikap tegas walaupun kepada keluarga dekatnya, maka segala pembicaraan dan ucapannya pasti akan lebih diperhatikan oleh orang yang dihadapinya.
Bila terhadap orang-orang musyrik Allah menyuruh nabi Muhammad untuk bersikap tegas, maka dalam ayat 215 Allah menyuruh Rasul-Nya untuk bersikap lemah lembut kepada orang-orang mukmin. Artinya, jika orang-orang itu menerima ajakan dan peringatan nabi maka mereka harus disikapi dengan keramahan dan kelemah lembutan.
Sedangkan kalau mereka tidak mau menerima peringatan dan menolak ajakan Nabi maka, melalui ayat 216 Allah Swt menyatakan bahwa hal itu bukanlah merupakan tanggung jawab Nabi lagi. Nabi tidak menanggung dosa atas keingkaran dan perbuatan jahat yang mereka lakukan.
Dakwah Dengan Lemah-Lembut
Dalam Q.S. Ali Imran :159-160, Allah memperingatkan kepada Muhammad saw. Agar bersikap lemah lembut dan sopan santun ketika mengajak umatnya kepada ajaran agama Islam. Jangan sekali-kali berlaku kasar kepada mereka meskipun belum menerima ajakannya. Bahkan Allah menganjurkan kepada Muhammad untuk mendoakan kebaikan bagi mereka yang belum taat.
Dan dalam ayat 160, Allah menegaskan kembali bahwa Allah akan selalu memberi pertolongan kepadahamba-Nya yang bekerja dan berdakwah untuk kepentingan agama-Nya. Kita dianjurkan untuk bekerja dan bertawakal
Adapun hadist mengenai perintah bersikap lunak adalah sebagai berikut :
Artinya :
Dari Abi Burdah ia berkata : Nabi saw. mengutus kakekku Abu Musa dan Mu’adz ke Yaman lalu bersabda : “ Permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan menjauhkan, dan berlemah-lembutlah.” ( H.R. Bukhari Muslim )
Penjelasan
Hadist ini menunjukkan bagaimana langkah seorang da’i dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat, yaitu : Pertama, materi yang diberikan harus yang lebih mudah sebelum menyampaikan yang sulit. Kedua, materi yang diberikan yang berkaitan dengan pahala-pahala kebajikan dahulu sebelum ancaman dan siksa. Ketiga, sikap seorang da’i harus lemah-lembut sesuai dengan petunjukAl-Qur’an di atas. Jadi, diantara prinsip-prinsip yang harus diperhatikan seorang da’i adalah :
Prinsip memudahkan dan tidak menyulitkan
Prinsip menggembirakan dan tidak menyedihkan
Prinsip mengayomi dan tidak menggurui
Balasan Bagi Orang Yang Berdakwah
Menurut Q.S Fushshilat ayat 33 ini menunjukkan bahwa kedudukan seorang da’i dengan orang yang mengerjakan amal salih itu sederajat. Ini dapat ipahami karena seorang yang beramal salih itu sederajat. Ini dapat dipahami karena seorang yang beramal salih disebabkan oleh petunjuk dari seorang da’i. Hal ini sesuai juga dngan hadits Rasul SAW.
Artinya :
“ Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan akan memperoleh pahala seperti yang melaksanakannya. “
Dalam ayat 34, Allah menegaskan bahwa kebaikan dan kejaatan itu memang berbeda. Maksudnya, bahwa dakwah Rasul yang mengajak manusia kepada agama yang benar berbeda dengan propaganda orang-orang kafir yang mengajak umat manusia kepada jalan yang sesat. Oleh karena itu, dalam menangkal segala kejahatan dari musuh-musuh Islam itu tetap harus menggunakan cara-cara yang baik. Cara-cara yang baik itu adalah :
Hadapi kejahatan denga kebaikan
Hadapi kesalahan dengan memberi maaf
Hadapi rasa benci dengan kesabaran dan ketabahan
Bila sikap ini yang dipeegang oleh seorang da’i maka hasilnya yang semula terjadi permusuhan akhirnya menjadi persaudaraan. Adapun hadist tentang balasan bagi yang berdakwah adalah sebagai berikut :
Artinya :
“ Dari Abi Hurairah ia berkata : Rasulullah saw. Brsabda : “ Barang siapa yang mengajak kejalan kebenaran maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang mengajak ke jalan kesesatan maka ia memperoleh dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurang dosa mereka sedikitpun. “ ( H.R. Abu Daud )
Penjelasan
Hadist ini menunjukkan betapa besarnya pahala orang yang mengajak kepada kebajikan. Dan sebaliknya juga ancaman orang yang mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Akan tetapi, hadist ini harus juga dipahami bahwa mengajak bukan sekedar mengajak, tetapi memberi contoh yang benar. Sebab bila ini dilakukan maka ia akan terkena ancaman Allah.
Balasan Bagi Mereka Yang Menolak Seruan Allah
Dalam Q.S Al-Kahfi : 57, dijelaskan bahwa orang-orang yang berpaling dari ajakan-ajakan kebenaran yang dibawa oleh para Rasul dan dianjutkan oleh para sahabat, para ulam dan para da’i, adalah orang yang paling zalim. Dan kalaupun mareka itu diajak untuk mengikuti jala yang benar, mereka tidak akan menerimanya karena hatinya sudah tertutup dan pendengarannya sudah tersumbat.
Ayat- Ayat yang Mengandung Kata Islam-Muslim
Q.S Al Baqarah 132
Artinya :
“ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. ( Ibahim berkata ) : “ Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi mu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. “
Q.S Al Baqarah 136
Artinya :
“ Katakanlah ( Hai orag-orang mukmin ) : Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dan Tuhannya. Kami tidak membed-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. “
Q.S Ali Imran 80
Artinya :
“ Dan ( tidak ajar pula baginya ) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan. Apakah ( patut ) dia menyuruhmu berbuat kekafiran diwaktu kamu sudah ( menganut ) agama Islam ? “
Q.S Ali Imran 83
Artinya :
“ Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa da hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. “
Q.S Ali Imran 84
Artinya :
“Katakanlah : “ Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturukan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka.Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri. “
Q.S Ali Imran 85
Artinya :
“ Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima ( agama itu ) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. “
Q.S Ali Imran 102
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. “
Q.S Al Hajj 78
Artinya :
“ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. ( ikutilah ) agama orang tua mu Ibrahim. Dia ( Allah ) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan ( begitu pula ) dalam ( Al Quran ) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu dari tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. “