"Barangsiapa yang mencintai aku hendaklah ia mencintai Usamah."
Maka ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan pinangannya kepada saya, saya berkata, "Urusanku berada di tanganmu, karena itu nikahkanlah saya dengan siapa saja yang engkau kehendaki." Lalu beliau bersabda, "Pindahlah ke rumah Ummu Syarik." Dan Ummu Syarik ini adalah seorang wanita yang kaya dari kalangan Anshar yang suka melakukan infaq di jalan Allah dan biasa dikunjungi tamu-tamu. Lalu saya berkata, "Akan saya laksanakan." Kemudian beliau bersabda, "Jangan lakukan, sesungguhnya Ummu Syarik itu seorang wanita yang sering didatangi tamu-tamu, dan aku tidak suka kerudung (jilbab)mu terlepas atau pakaianmu terbuka dan tampak betismu, lalu dilihat oleh kaum itu apa yang tidak engkau sukai.
Tetapi berpindahlah ke rumah putra pamanmu yaitu Abdullah bin Amr Ibnu Ummi Maktum" (seorang lelaki dari Bani Fihr, yaitu Fihr Quraisy, yang dari kalangan merekalah Abdullah dan Fatimah ini dilahirkan). Lalu saya -kata Fatimah melanjutkan- pindah ke sana. Ketika masa 'iddah ku telah habis, saya mendengar tukang seru Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyerukan Ash-Sholaatu Jaami 'ah (Shalatlah dengan berjama'ah). Lalu saya pergi ke masjid dan shalat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan saya berada di shaf wanita yang ada di belakang shaf laki-laki.
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam usai melakukan shalat, beliau duduk di atas mimbar sambil tersenyum seraya berkata, "Hendaklah tiap-tiap orang tetap berada di tempat shalatnya." Kemudian beliau melanjutkan, "Tahukah kamu, mengapa saya kumpulkan kamu?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengerti." Beliau bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengumpulkan kalian karena senang atau benci. Aku kumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari, seorang pengikut Nasrani, telah berbai'at masuk Islam dan dia bercerita kepadaku tentang suatu masalah yang sesuai dengan apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian mengenai Masih Ad-Dajjal.
la bercerita bahwa ia pernah naik perahu bersama tiga puluh orang yang terdiri atas orang-orang yang berpenyakit kulit dan lepra. Lalu mereka dihempas ombak selama sebulan di laut, kemudian mereka mencari perlindungan ke sebuah pulau di tengah lautan hingga sampai di daerah terbenamnya matahari. Lantas mereka menggunakan sampan kecil dan memasuki pulau tersebut. Di sana mereka berjumpa seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tak kelihatan mana qubulnya dan mana duburnya, karena lebat bulunya. Mereka berkata kepada binatang itu, "Busyet kamu! Siapakah kamu?" Binatang itu menjawab, "Aku adalah Al-Jassasah." Mereka bertanya, "Apakah Al-Jassasah itu?" Dia menjawab. "Wahai kaum, pergilah kepada orang yang berada di dalam biara ini, karena ia sangat merindukan berita kalian." Kata Tamim. "Ketika binatang itu menyebut seseorang, kami menjauhinya, karena kami takut binatang itu adalah syetan.
Lalu kami berangkat cepat-cepat hingga kami memasuki biara tersebut, tiba-tiba di sana ada seorang laki-laki yang sangat besar tubuhnya dan tegap, kedua tangannya dibelenggu ke kuduknya, antara kedua lututnya dan mata kakinya dirantai dengan besi. Kami bertanya, "Siapakah engkau ini?" Dia menjawab, "Kalian telah dapat menguak beritaku, karena itu beritahukanlah kepadaku siapakah sebenarnya kalian ini?" Mereka menjawab. Kami adalah orang-orang dari Arab. Kami naik perahu dan kami terkatung-katung di laut dipermainkan ombak selama satu bulan, kemudian kami mencari tempat berlindung ke pulaumu ini dengan menaiki sampan kecil yang ada di sini lantas kami masuk pulau ini, dan kami bertemu seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tidak kelihatan mana qabulnya dan mana duburnya karena lebat bulunya.
Lalu kami bertanya, "Busyet kamu, siapakah kamu?" Dia menjawab, "Aku adalah Al-Jassasah." Kami bertanya, "Apakah Al-Jassasah itu?" Dia menjawab, "Pergilah kepada lelaki ini di dalam biara, karena dia sangat merindukan berita kalian." Lalu kami bergegas menemui dan meninggalkan dia, dan kami merasa tidak aman jangan- jangan dia itu syetan." Dia (lelaki itu) berkata, "Tolong kabarkan kepada kami tentang desa Nakhl Baisan." Kami bertanya, "Tentang apanya?" Dia berkata, "Tentang kurmanya, apakah berbuah?" Kami menjawab, "Ya." Dia berkata, "Ketahuilah, sesungguhnya pohon-pohon kurmanya itu akan tidak berbuah lagi." Dan dia bertanya lagi, "Tolong beritahukan kepadaku tentang danau Ath-Thabariyah." Kami bertanya, "Tentang apanya?" Dia bertanya, "Apakah ada airnya?" Kami menjawab, "Airnya banyak sekali." Dia berkata, "Ketahuilah sesungguhnya airnya akan habis." Selanjutnya dia berkata lagi, "Kabarkan kepadaku tentang negeri 'Ain Zughor." Kami bertanya, "Tentang apanya?" Dia menjawab, "Apakah sumbernya masih mengeluarkan air yang dapat digunakan penduduknya untuk menyiram tanamannya?" Kami menjawab, "Airnya banyak sekali, dan penduduknya menggunakannya untuk menyiram tanaman mereka." Dia berkata lagi, "Tolong beritahukan kepadaku tentang Nabi orang ummi, apakah yang dilakukannya?" Kami menjawab, "Beliau telah berhijrah meninggalkan Makkah ke Yatsrib." Dia bertanya, " Apakah orang-orang Arab memeranginya?" Kami menjawab, "Ya." Dia bertanya lagi, "Apakah yang dilakukannya terhadap mereka?" Lalu kami beritahukan bahwa beliau menolong orang-orang Arab yang mengikuti beliau dan mereka mematuhi beliau." Dia bertanya, " Apakah benar demikian?" Kami menjawab, "Benar." Dia berkata, "Ketahuilah bahwasanya Iebih baik bagi mereka untuk mematuhinya. Dan perlu saya beritahukan kepada kalian bahwa saya adalah Al-Masih (Ad- Dajjal), dan saya akan diizinkan keluar. yang nantinya saya akan berkelana di muka bumi, maka tidak ada satu pun desa melainkan saya singgahi selama empat puluh malam kecuali Makkah dan Thaibah (Madinah), karena kedua kota ini diharamkan atas saya. Setiap saya hendak memasuki salah satunya, saya dihadang oleh seorang malaikat yang menghunus pedang, dan pada tiap-tiap lorongnya ada malaikat yang menjaganya."
Fatimah berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda sembari mencocokkan (menusukkan) tongkat kecilnya di mimbar, " inilah Thaibah. inilah Thaibah, inilah Thaibah," yakni Madinah. "Ingatlah. Bukankah aku telah memberi tahukan kepadamu mengenai hal itu?" Orang-orang menjawab "ya" selanjutnya beliau bersabda, ,"Saya heran terhadap cerita Tamim yang sesuai dengan apa yang telah saya ceritakan kepada kalian, juga tentang kota Madinah dan Makkah. Ketahuilah bahwa dia berada di laut Syam atau laut Yaman. Oh tidak, tetapi dia akan datang dari arah timur... dari arah timur... dari arah timur..." dan beliau berisyarat dengan tangan beliau menunjuk ke arah timur. Fatimah berkata. "Maka saya hafal ini dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." [Shahih Muslim 18: 78- 83]
Ibnu Hajar berkata, "Sebagian ulama beranggapan bahwa hadits Fatimah binti Qais ini sebagai hadits gharib yang hanya diriwayatkan oleh perseorangan, padahal sebenarnya tidak demikian. Hadits ini di samping diriwayatkan dari Fatimah binti Qais juga diriwayatkan dari Abu Hurairah, Aisyah. Dan Jabir radhiyallahu 'anhum." [Fathul-Bari 13: 328]
AL-MAHDI, NAMANYA SIFAT-SIFATNYA DAN TEMPAT KELUARNYA
AL-MAHDI
Pada akhir zaman akan keluar seorang laki-laki dari golongan Ahlul-Bait (keturunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) dan Allah mengokohkan Dinnul Islam dengannya pada saat itu. Dia berkuasa selama tujuh tahun. Pada waktu itu dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman. Pada masanya umat manusia merasakan nikmat yang belum pernah dirasakan sebelumnya; bumi rnengeluarkan tumbuh-tumbuhan, langit menurunkan hujan, dan memberikan penghasilan (kekayaan) yang tak terhitung banyaknya.
lbnu Katsir rahimahullah berkata, "Pada waktu itu banyak buah-buahan, tanam-tanaman subur, harta melimpah, kekuasaan berjalan dengan baik, agama berdiri tegak, permusuhan sirna. dan kebaikan bersemarak." [An-Nihayah Fil-Fitan wal-Ma-lahim 1:31 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]
NAMANYA DAN SIFAT-SIFATNYA
laki-laki ini namanya seperti nama Rasulullah saw, dan nama ayahnya seperti nama ayah Rasulullah saw. Maka dia bernama Muhammad atau Ahmad bin Abdullah. Dia berasal dari keturunan Fatimah binti Rasulullah Saw, dari anak cucu Hasan bin Ali Radhiyallahu 'anhu
Ibnu Katsir berkata tentang Al-Mahdi, "Dia bernama Muhammad bin Abdullah Al-Alawi Al-Fathimi al-Hasani radhiyallahu 'anhu." [Ibid, halamann 29].
Dan sifat-sifat tubuhnya antara lain mukanya lebar dan hidungnya mancung.
TEMPAT KELUARNYA
Al-Mahdi akan muncul dari arah (kawasan) timur. Dalam sebuah hadits dari Tsauban ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. " Kemudian beliau Saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda: "Maka jika kamu melihatnya, berbai'atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah “Al-Mahdi”. "[1]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Yang dimaksud dengan perbendaharaan didalam hadits ini ialah perbendaharaan Ka'bah. Akan ada tiga orang putera khalifah (ia berperang di sisinya untuk memperebutkannya hingga datangnya akhir zaman, lalu keluarlah Al-Mahdi yang akan muncul dari negeri Timur, bukan dari dalam bangunan di bawah tanah Samira seperti anggapan orang-orang Rafidhah yang jahil bahwa Al-.Mahdi sekarang berada di sana dan mereka menanti keluarnya pada akhir zaman. Anggapan semacam ini merupakan igauan yang hina dari syetan, karena tidak ada dalil dan keterangannya sama sekali baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah, dari perkataan atau pemikiran orang sehat maupun dari istihsam."
Selanjutnya beliau mengatakan, "Dan beliau dikukuhkan oleh penduduk masyriq (kawasan timur) yang membantunya, menegakkan kekuasaannya, dan membangun pilar-pilarnya, dan bendera mereka juga berwarna hitam, yaitu warna yang melambangkan sikap merendahkan diri, karena bendera Rasulullah saw juga berwarna hitam yang diberi nama Al-'Uqab.... Maksudnya, bahwa Al-Mahdi yang terpuji dan dijanjikan akan muncul pada akhir zaman, kemunculannya adalah dari wilayah timur dan dia dibai'at di sisi Baitullah sebagaimana ditunjuki oleh beberapa hadits. "[2]
________
Foote Note
[1]. Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan, Bab Khurujil Mahdi 2: 1467; Mustadrak Al-Hakim 4: 463-464. Dan dia berkata, "Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhain." Perkataan Hakim ini juga disetujui oleh adz-Dzahabi.
Ibnu Katsir berkata. "Ini adalah isnad yang kuat lagi shahih." (An Nihayah fil Fitan 1: 29 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini).
Al-Albani berkata, "Hadits ini shahih maknanya, tanpa perkataan: "Karena dia khalifah Allah Al-Mahdi". Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari jalan Alqamah dari Ibnu Mas'ud secara marfu' seperti riwayat Utsman yang kedua, dan isnadnya hasan, tetapi tanpa perkataan "khalifah" (khalifah / pengganti Allah). Dan tambahan "khalifatullah" ini tidak dimiliki jalan yang shahih serta tidak memiliki syahid (hadits yang senada yang diriwayatkan dari orang lain); karena itu tambahan tersebut adalah munkar. Dan di antara kemungkarannya ialah bahwa di dalam syara' tidak boleh dikatakan ada khalifah Allah, karena kemungkinan orang tersebut berbuat keliru, padahal tidak layak bagi Allah kekurangan dan kelemahan.
Kemudian dikutip dari Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengenai penolakan beliau terhadap orang yang mengatakan bahwa khalifah itu sebagai wakil Allah Ta'ala, karena tidak laik bagi Dia memiliki khalifah (wakil / pengganti), sebab Dia adalah Maha Hidup, Maha Menyaksikan, Maha Melindungi, Berdiri Sendiri, Yang Mengawasi, Maha Pemelihara, Maha Kaya dan tidak membutuhkan alam semesta. Sedang khalifah itu ada karena yang digantikan itu mati atau lenyap, sedangkan Allah Maha Suci dari semua itu." (Vide: Silsilatul Ahaditsih-Dha'ifah wal-Maudhu'ah 1: 119-121, hadits nomor 85).
[2]. An Nihayah fil Fitan wal-Malahim 1: 29-30.
Syekh Abdul Alim Abdul Azhim membicarakan hadits-hadits Al-Mahdi secara panjang lebar dalam thesis beliau untuk memperoleh gelar Magister yang berjudul "Al-Ahaditsul Waridah fil Mahdi fi Mizanil Jarh wat Ta'dil". Dalam thesis ini beliau menyebutkan orang-orang yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut beserta perkataan para ulama mengenai isnad masing-masing hadits beserta keputusannya dan kesimpulannya.
Barangsiapa yang ingin mengetahui secara luas dipersilahkan membaca thesis tersebut, karena ia merupakan pembahasan paling luas mengenai hadits-hadits Al-Mahdi sebagaimana dikatakan oleh Syekh Abdul Muhsin Al-'Abbad dalam majalah al-Jami'ah Al- Islamiyyah nomor 45 halaman 323.
Dalam thesis tersebut beliau menyebutkan ada hadits-hadits marfu' dan atsar-atsar sahabat dan lainnya tentang Al-Mahdi ini sebanyak 336 riwayat. Di antaranya terdapat tiga puluh dua hadits dan sebelas atsar yang berkedudukan diantara shahih dan hasan. Yang menyebutkan Al-Mahdi secara eksplisit sebanyak 9 hadits dan 6 atsar, dan sisanya hanya menyebutkan identifikasinya.
Banyak al-Huffazh yang mengesahkan hadits-hadits Al-Mahdi ini, antara lain Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya "Minhajus Sunnah fi Naqdhi Kalamisy Syi'ah wal Qadariyyah" 4: 211, dan al-'Allamah Ibnu Qayyim dalam kitabnya "Al-Manarul Munif fish Shahih wadh-Dha’if" halaman 142 dan seterusnya dengan tahqiq Syekh Abdul Fattah Abu Ghadah, serta dishahkan oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitabnya "An-Nihayah fil-Fitan wal-Malahim" 1: 24-32 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini. Juga dishahkan oleh ulama- ulama lain sebagaimana akan kami sebutkan.
DALIL-DALIL AS-SUNNAH YANG MENUNJUKKAN AKAN KEMUNCULANNYA
Banyak hadits shahih yang menunjukkan akan munculnya Al-Mahdi ini. Di antaranya ada hadits-hadits yang secara eksplisit menyebutkan Al-Mahdi dan ada pula yang hanya menyebut sifat-sifat atau identifikasinya saja. Di sini akan kami sebutkan beberapa hadits saja yang kami pandang sudah cukup untuk menunjukkan akan munculnya Al-Mahdi pada akhir zaman yang merupakan salah satu tanda sudah dekatnya hari kiamat.
[1]. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Pada masa akhir umatku akan muncul Al-Mahdi. Pada waktu itu Allah me-nurunkan banyak hujan, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan banyak harta (penghasilan), banyak ternak, umat menjadi mulia, dan dia hidup selama tujuh atau delapan tahun." [Mustadrak Al-Hakim 4: 557-558, dan ia berkata, "Ini adalah hadits yang shahih isnadnya, tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya." Dan Adz-Dzahabi menyetujui pendapat Al-Hakim ini. Al-Albani berkata, "Ini adalah sanad yang shahih yang perawi-perawinya terpecaya.” Silsilatul-Ahaditsish-Shalihah 2:336, hadits no. 711. Dan periksa risalah (Thesis) Abdul Alim” Ahaditsul Mahdi Fi Mizanil-Jarhi wat-Ta’dil” halaman 127-128]
[2]. Juga diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al-Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan, dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi menyukainya, dan dia akan membagi-bagikan kekayaan secara tepat (merata)." Lalu ada seseorang yang bertanya kepada beliau, "Apakah yang dimaksud dengan shihah (tepat) ?" Beliau menjawab, "Merata di antara manusia." Dan selanjutnya beliau bersabda, "Dan Allah akan memenuhi hati umat Muhammad saw dengan kekayaan (kepuasan), dan meratakan keadilan kepada mereka seraya memerintahkan seorang penyeru untuk menyerukan: 'Siapakah yang membutuhkan harta? Maka tidak ada seorang pun yang berdiri kecuali satu, lalu Al-Mahdi berkata, "Datanglah kepada bendahara dan katakan kepadanya, 'Sesungguhnya Al-Mahdi menyuruhmu memberi uang. 'Kemudian bendahara berkata, 'Ambillah sedikit'' Sehingga setelah dibawanya ke kamarnya, dia menyesal seraya berkata, 'Saya adalah umat Muhammad yang hatinya paling rakus. atau saya tidak mampu mencapai apa yang mereka capai' Lalu ia mengembalikan uang (harta) tersebut, tetapi ditolak seraya dikatakan kepadanya, 'Kami tidak mengambil kembali apa yang telah kami berikan.' Begitulah kondisinya waktu itu yang berlangsung selama tujuh, delapan, atau sembilan tahun. Kemudian tidak ada kebaikan lagi dalam kehidupan sesudah itu. " [Musnad Ahmad 3: 37. Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya secara ringkas, dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan berbagai sanad, juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan ringkas dan perawi-perawinya terpecaya.” Majma’uz Zawaid 7: 313:314. Dan periksalah "Aqidatu ahlis-Sunnah wal-Atsar fi Al-Mahdi Al-Muntazhar" halaman 177 karya Syekh Abdul Muhsin Al-'Abbad)].
Hadits ini menunjukkan bahwa setelah kematian Al-Mahdi akan muncul keburukan dan muncul fitnah-fitnah yang besar.
[3]. Dari Ali Radhiyallahu 'anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Al-Mahdi itu dari golongan kami, ahli bait. Allah memperbaikinya dalam satu malam. " [Musnad Ahmad 2: 58 hadits nomor 645 dengan tahqiq Ahmad Syakir yang mengatakan. "Isnadnya shahih." Dan Sunan Ibnu Majah 2:1367. Hadits ini juga dishahkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 6: 22 hadits nomor 6611].
Ibnu Katsir berkata, "Allah menerima taubatnya dan memberinya taufiq, memberinya ilham dan bimbingan setelah sebelumnya tidak demikian." [An-Nihayah fil-Fitan wal-Malahim 1: 29) dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]'
[4]. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Al-Mahdi itu dari keturunanku, lebar dahinya dan mancung hidungnya. la memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezhaliman dan penganiayaan.. la berkuasa selama tujuh tahun." [Sunan Abu Daud, Kitab Al-Mahdi 11: 375 hadits nomor 4265. Mustadrak Al-Hakim 4: 557 dan dia berkata, "Ini adalah hadits shahih menurut syarat Muslim, tetapi beliau berdua (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya." Adz-Dzahabi berkata. "lmran, salah seorang perawinya, adalah dha'if dan Muslim tidak meriwayatkan haditsnya." Dan mengenai sanad Abi Daud, Al-Mundziri berkata, "Di dalam sanadnya terdapat Imran Al-Qaththan, yaitu Abul 'Awwam Imran bin Dawur Al-Qaththan Al-Bishri, Al-Bukhari menjadikan haditsnya sebagai syahid. dan dia dianggap kepercayaan oleh Affan bin Muslim dan Yahya bin Sa'id Al-Qaththan memujinya dengan baik. Tetapi dia dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in dan Nasa'i." (Aunul Ma'bud 11: 37). Adz-Dzahabi berkata dalam Mizanul I'tidal, "Ahmad berkata, 'Saya berharap dia itu baik haditsnya.' Abu Daud berkata, 'Dha'if.' (mizanul I'tidal 3: 26). Ibnu Hajar berkata mengenai Imran, "Dia itu jujur tetapi tertuduh berfaham Khawarij. " (Taqribut-Tahdzib 2: 83). Dan Ibnul Qayyim mengomentari sanadnya Abu Daud demikian. "Jayyid (bagus). " (Al-Manarul Munif: 144 dengan tahqiq Syeh Abdul Fattah Abu Ghadah). Al-Albani berkata, "Isnadnya hassan. " (Shahih Al-Jami'ush Shaghir 6: 22-23 hadits nomor 6612)].
[5]. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha, ia berkata : saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Al –Mahdi itu keturunanku, dari anak cucu Fatimah.” [Sunan Abi Daud : 373; Sunan Ibnu Majah 2: 1368. Al-Albani berkata dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir 6: 22 nomor 6610. "Shahih." Dan periksalah Risalah / Thesis Abdul’Alim tentang "Al-Mahdi" halaman 160].
[6]. Dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Isa bin Maryam akan turun, lalu pemimpin mereka, Al-Mahdi, berkata. 'Marilah shalat bersama kami! ’Isa menjawab, Tidak! Sesungguhnya sebagian mereka menjadi amir (pemimpin) bagi sebagian yang lain sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini. '" [Hadits Riwayat Al-Harits bin Abu Usamah dalam musnadnya seperti disebutkan dalam Al-Manarul Munif karya Ibnul Qayyim halaman 147-148, dan diriwayatkan dalam kitab Al-Hawi fi Al-Fatawa karya As-Suyuthi 2: 64. Ibnul Qayyim berkata, "Hadits ini isnadnya jayyid (bagus). " Dan dishahkan oleh Abdul 'Alim dalam Risalahnya tentang Al-Mahdi halaman 144].
[7]. Dari Abi Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah sShallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Dari antara keturunan kami akan ada orang yang Isa Ibnu Maryam melakukan shalat di belakangnya. " [Riwayat Abu Nu’aim dalam Akhbaril Mahdi sebagaimana dikatakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi 2: 64, dan dia memberi tanda dha'if, demikian pula Al-Munawi dalam Faidhul Qadir 6: 17. Al-Albani berkata, Shahih. Periksa: Shahih Al-Jami’ush Shaghir 5: 219 hadits nomor 5796. Abdul 'Alim mengatakan di dalam risalah nya, isnadnya hasan karena syahid-syahidnya." Periksa Risalah/Thesis Abdul 'Alim halaman 241].
[8]. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Tidaklah dunia akan lenyap sehingga negeri Arab dikuasai oleh seorang laki-laki dari ahli baitku (keluarga rumahku) yang namanya sama dengan namaku.’’ [Musnad Ahmad 5: 199 hadits nomor 3573 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dia berkata,”Isnadnya shahih.”Dan Tirmidzi 6:485, dan dia berkata, "Ini adalah hadist hasan shahih. '' Dan Sunan Abu Daud 11: 371]
Dan dalam riwayat disebutkan dengan lafal:
"Namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku. " [Sunan Abi Daud 11: 370. Al-Albani berkata, "Shahih. " (Shahih Al-Jami'ush Shaghir 5: 70-71, hadits nomor 5180). Dan periksa pula Risalah Abdul 'Alim tentang al-Mahdi halaman 202]
SEBAGIAN HADITS SHAHIH YANG BERHUBUNGAN DENGAN AL-MAHDI
[1]. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Bagaimana keadaanmu jika Ibnu Maryam telah turun kepadamu dan imam kamu dari golonganmu?" [Shahih Bukhari, Kitab Ahaditsil Anbiya', Bab Nuzuli Isa bin Maryam 'alaihissalam 6: 491; Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Nuzuli Isa bin Maryam Hakiman 2: 193]
[2]. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda:
"Artinya : Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran hingga datangnya hari kiamat." Kemudian, sabda beliau selanjutnya, "akan turun Isa ibnu Maryam, lalu pemimpin mereka berkata, 'Marilah shalat mengimami kami. ' Lalu Isa menjawab, 'Tidak! Sesungguhnya sebagian kamu adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kehormatan dari Allah. '" [Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Nuzuli Isa bin Maryam Alaihis sallam. Hakim 2: 193-194].
[3]. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Pada masa terakhir umatku akan ada khalifah yang membagi-bagikan harta dengan tiada terhitung. " Al-Juzairii - salah seorang perawi hadits ini berkata, “Saya bertanya kepada Abu Nadharah dan Abul 'Ala'. "Apakah Anda berdua berpendapat bahwa orang tersebut adalah Umar Abdul Aziz?” Mereka menjawab,”Tidak.”[Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa'ah 18: 38-39. Dan diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah pada bab Al-Mahdi 15: 86-87 dengan tahqiq Syu'aib Al-Aznaut. Al-Baghawi berkata. "ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim."].
Hadits-hadits yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim ini menunjukan kepada dua hal:
Pertama.
Bahwa ketika Isa Ibnu Maryam 'Alaihis sallam turun dari langit, yang menjadi pemimpin untuk mengurus urusan kaum muslimin adalah salah seorang laki-laki di antara mereka.
Kedua.
Bahwa kehadiran pemimpin mereka untuk shalat mengimami mereka dan permintaannya kepada Isa ketika turun dari langit itu untuk menjadi imam shalat bersama mereka menunjukkan bahwa pemimpin tersebut adalah orang yang shalih dan mendapat serta menerapkan petunjuk Allah. Meskipun dalam hadits-hadits tersebut tidak disebutkan nama Al-Mahdi secara eksplisit melainkan hanya disebutkan sifat-sifatnya sebagai orang shalih yang mengimani kaum Muslimin pada waktu itu, namun banyak hadits dalam kitab-kitab Sunan dan Musnad serta lain-lainnya yang menafsirkan hadits-hadits yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim itu yang menunjukkan bahwa lelaki yang shalih itu bernama Muhammad bin Abdullah dan disebut juga Al-Mahdi, dan sunnah itu saling menafsirkan antara sebagian terhadap sebagian yang lain. Dan di antara hadits yang menunjukkan hal itu ialah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Isa bin Maryam akan turun, lalu Amir (pemimpin) mereka, Al-Mahdi, berkata. . . "
Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin yang tersebut dalam Shahih Muslim yang meminta kepada Isa Ibnu Maryam untuk mengimami shalat itu bernama Al-Mahdi.
Syaikh Shidiq Hasan mengemukakan sejumlah besar hadits tentang Al-Mahdi di dalam kitabnya Al-idza 'ah dan menempatkan hadits Jabir yang diriwayatkan Imam Muslim ini di bagian terakhir. Selanjutnya Uqbah berkata, "Di dalam hadits ini tidak terdapat sebutan Al-Mahdi secara eksplisit, tetapi hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya tak dapat diartikan lain kecuali Al-Mahdi Al-Muntazhor (yang ditunggu kedatangannya) sebagaimana ditunjuki oleh hadits-hadits dan atsar-atsar terdahulu yang banyak jumlahnya." [Aqidah Ahlis Sunnah wa Atsar fil Mahdil Muntazhor. 175-176 oleh Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-'Abbad, Dosen Al-Jami'ah Al-Islamiyyah Madinah Al-Munawarroh, cetakan pertama tahun 1402 H, terbitan Mathabi'ur Rasyid, Madinah. Dan periksa pula Al-Idza'ah halaman 144]
KEMUTAWATIRAN HADITS-HADITS AL-MAHDI
Hadits-hadits yang telah kami sebutkan di muka di samping banyak hadits lain yang tidak kami sebutkan karena khawatir terkesan terlalu panjang menunjukkan bahwa hadits-hadits tentang Al-Mahdi adalah Mutawatir Maknawi. Hal ini telah dikemukakan oleh beberapa Imam dan ulama, antara lain:
[1]. Al-Hafizh Abul Hasan Al-Aabiri [1] berkata, "Telah mutawatir berita-berita dan telah melimpah riwayat-riwayat dari Rasulullah saw yang menyebutkan tentang Al-Mahdi bahwasanya dia berasal dari keluarga beliau, akan berkuasa selama tujuh tahun, akan memenuhi bumi dengan keadilan, bahwa Isa 'alaihissalam akan muncul dan membantu dia untuk memerangi Dajjal, dan dia mengimami umat ini melakukan shalat dan Isa shalat di belakangnya." [Tahdzibul Kamal Fi Asmair Rijal 3: 1194 karya Abul Hajjaj Yusuf Al-Maziy, dan Al-Manarul Munif: 142 dengan tahqiq Abdul Fattah Abu Ghodah]
[2]. Muhammad Al-Barzanji"[2] berkata, di dalam kitabnya Al-lsya'ah Asyratis Sa'ah yang memuat banyak sekali tanda akan datangnya kiamat dan di antaranya adalah Al-Mahdi yang merupakan tanda yang pertama kali muncul katanya, "Ketahuilah bahwasanya hadits-hadits yang membicarakan Al-Mahdi dengan pelbagai riwayatnya hampir tak terhitung banyaknya." (Al-Isya 'ah li Asyrathis Sa 'ah: 87). Dia berkata lagi, "Saya tahu bahwa hadits-hadits yang membicarakan adanya Al-Mahdi dan keluarnya pada akhir zaman yang dia ini dari keluarga Rasulullah saw dari keturunan Fatimah as mencapai derajat mutawatir maknawi, maka tidak ada artinya orang mengingkarinya." [Al-lsya'ah: 112]
[3]. Al-'Allamah Muhammad As-Sufarini [3] berkata, "Banyak sekali riwayat tentang akan kedatangan Al-Mahdi hingga mencapai derajat mutawatir maknawi. Hal ini sudah tersebar di kalangan ulama sunnah sehingga sudah dianggap sebagai aqidah mereka."
Kemudian beliau menyebutkan sejumlah hadits dan atsar mengenai kedatangan Al-Mahdi dan nama beberapa orang sahabat yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata, "Sungguh telah diriwayatkan dari orang-orang yang menyebutkan nama sahabat dan yang tidak menyebutkan nama sahabat dengan riwayat yang banyak sekali jumlahnya serta dari para tabi'in sesudah mereka yang menghasilkan ilmu (pengetahuan) yang pasti (qath'i). Karena itu mengimani kedatangan al-Mahdi adalah wajib sebagaimana ditetapkan oleh para ahli ilmu dan dibukukan dalam aqidah Ahli Sunnah wa Jama'ah." [Lawami'ul Anwari Bahiyah 2: 84. Dan periksa: Aqidah Ahlis Sunnah wal-Atsar, halaman 173]
[4]. Imam Syaukani berkata. "Hadits-hadits mutawatir mengenai kedatangan Al-Mahdi Al-Muntazhor yang dapat dipegangi sebagai hujjah di antaranya terdapat lima puluh hadits yang terdiri atas hadits shahih, hasan, dan dha'if yang terpuluhkan kedudukannya (karena banyaknya yang shahih dan hasan); dan ini adalah mutawatir tanpa diragukan dan tanpa ada kesamaran. Bahkan dalam jumlah di bawah lima puluh pun sudah dianggap mutawatir menurut istilah yang ditetapkan dalam ilmu ushul. Adapun atsar-atsar dari sahabat mengenai kedatangan Al-Mahdi ini banyak sekali jumlahnya dan dapat dihukumi marfu", mengingat tidak adanya lapangan ijtihad dalam masalah ini (yakni tidak mungkin para sahabat berani mengatakan dengan pendapatnya sendiri bahwa kelak akan datang Al-Mahdi pada akhir zaman. melainkan karena mereka mendengar keterangan dari Rasulullah saw mengenai masalah ini)." [Dari risalah Asy-Syaukani yang berjudul At-Taudhih Fi Tawaturi Maa Jaa-a Fil Mahdil Muntazhor wad-Dajjal wal-Masih sebagaimana dikutip oleh Shidiq Hasan dalam kitab Al-Idza 'ah halaman 113-114 dan Al-Katani dalam kitab Nazhmul Mutanatsir minal Haditsil Mutawaatir" halaman 145-146. Dan periksa pula kitab Aqidah Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdil Muntazhor halaman 173-174]
[5]. Shidiq Hasan [4] berkata, "Hadits-hadits mengenai Al-Mahdi dengan riwayat dan susunan redaksinya yang bermacam-macam banyak sekali jumlahnya hingga mencapai derajat mutawatir maknawi. Hadits-hadits tersebut tercantum dalam kitab-kitab Sunan dan lain-lainnya dari kitab-kitab ke-Islaman, baik yang berupa mu'jam maupun musnad." [Al-Idzaa 'ah limaa Kaana wa maa yakuunu Baina Yadayis Saa' ah, halaman 112]
[6]. Syekh Muhammad bin Ja'far Al-Kattani [5] berkata, "Walhasil, hadits-hadits me-ngenai Al-Mahdi Al-Muntazhor adalah mutawatir. Demikian pula hadits-hadits tentang dajjal dan akan turunnya kembali Nabi Isa Ibnu Maryam 'alaihissalam." [Nazhmul Mutanaatsir minal Hadiitsil Mutawatir karya Syekh Muhammad bin Ja'far Al- Kattani, halaman 147]
_________
Foote Note
[1]. Beliau adalah Imam Al-Hafizh Abul Hasan Muhammad bin Al-Husain As-Sajastani. Beliau meriwayatkan dari Ibnu Khuzaimah dan yang sejajarnya, dan menulis kitab "Manaqib Asy-syafi’I". Beliau wafat tahun 363 H. Semoga Allah merahmati beliau. Vide: Tadzkiratul Huffazh 3: 954-955, dan Syadzaratudz-dzahab 3: 46-47.
[2]. Beliau adalah Syekh Muhammad bin Abdur Rasul bin Abdus Sayyid Al-Hasani Al-Barzanji, salah seorang fuqaha madzhab Syafi'i. Beliau adalah seorang ahli tafsir dan sastra. Beliau pergi ke Baghdad, Damsyiq (Damaskus), dan Mesir, dan akhirnya berdomisili di Madinah dan belajar di sana. Dan di sana pula beliau wafat pada tahun 1103 H. Beliau memiliki banyak karangan. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Al-A'lam, Oleh Az-Zarkali juz 6 halaman 203-204.
[3]. Beliau adalah Al-'Allamah Muhammad bin Salim As-Sufarini, seorang ahli hadits, ahli ushul, ahli sastra, dan muhaqqiq. Beliau dilahirkan di Sufarin, negeri Nablus. Beliau memiliki banyak karangan, juga menyusun nadhoman (syair / puisi) mengenai aqidah dan syarahnya yang diberi judul "Lawami” atau Lawaihul Anwaril Bahiyyah wa Sawathi'ul Asraril dil Firqotil-Mardhiyyah". Di samping itu beliau juga menulis buku "Ghidzaaul Albab Syarhu Manzhuumatil Adab", dan "Nafatsaatu Sha- dril mukmid wa Qurratul 'Aini Mus'id Syarhul Tsudi latsiyyaati Musnadil Imam Ahmad wa Ghairiha." Beliau wafat di Nablus pada tahun 1188 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa biografi beliau dalam kitab Al-A 'lam karya Az-Zarkali 6: 14.
[4]. Beliau adalah Al-'Allamah Muhammad Shiddiq Khon bin Hasan Al-Husaini Al-Bukhari Al-Qanuji. Beliau menulis beberapa buku mengenai tafsir, hadits, fiqih, dan ushul. Beliau berdomisili di Hobal dan kawin dengan budak perempuannya. Beliau wafat pada tahun 1307 H. Periksa: Al-A 'lam karya Az-Zarkali, juz 6, halaman 167-168.
[5]. Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ja'far bin Idris Al-Kattani Al-Hasani Al-Fasi. seorang ahli tarikh dan ahli hadist yang diiahirkan di Fas yang mengembara ke Hijaz dan Damsyiq, kemudian kembali lagi ke Maghrib dan wafat di Fas pada tahun 1345 H., semoga Allah merahmati beliau. Beliau memiliki banyak karangan. (Periksa: Al-A'lam, halaman 72-73).
PARA ULAMA YANG MENYUSUN KITAB TENTANG AL-MAHDI
Di samping adanya kitab-kitab hadits yang masyhur seperti Sunan Yang Empat (Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasai, dan Sunan Ibnu Majah), dan kitab-kitab Musnad seperti Musnad Ahmad, Musnad Al-Bazzar, Musnad Abi Ya'la, Musnad Al-Harits bin Abi Usamah, dan Mustadrak Al-Hakim, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Shahih Ibnu Khuzaimah, dan kitab-kitab lain yang menyebutkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi [1], sebagian ulama juga telah menyusun secara tersendiri mengenai Al-Mahdi Al-Muntazhor ini dalam karya-karya mereka yang memuat sejumlah besar hadits tentang Al-Mahdi ini, antara lain:
[1]. Al-Hafizh Abu Bakar bin Abi Khaitsamah [2] menghimpun hadits-hadits tentang Al-Mahdi, sehagaimana dikutip oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya halaman 556 dari As-Suhaili.
[2]. As-Suyuthi menyusun satu bagian tersendiri yang diberi judul Al-'Arful Wardiy Fi Akhbaril Mahdi dalam Al-Hawi lil Fatawi.
[3]. Dalam kitabnya An-nihayah Fil Fitan wal Malahim juz 1 halaman 30, Ibnu Katsir mengatakan bahwa beliau telah menyusun sebuah kitab tersendiri mengenai Al-Mahdi.
[4]. Ali Al-Muttaqi Al-Hindi [3] memiliki sebuah risalah yang diberi judul Risalah Fi Sya 'nil Mahdi [Al-Isya'ah li Asyrathis Sa'ah halaman 121].
[5]. Ibnu Hajar Al-Makki [4] menyusun sebuah kitab yang diberi judul Al-Qaulul Mukhtashar Fi 'Alaamaatil Mahdil Mahdil Muntazhor. [Al-Isya'ah: 105; Lawami 'ul Anwar 2: 72] ; dan Risalah / Thesis Abdul ' Alim tentang Al-Mahdi halaman 43).
[6]. Al-Mulla Ali al-Qari [5] menyusun sebuah kitab yang diberi judul Al-Masyrabul Wardiy Fi Madzhabil Mahdi. [Al-Isya'ah: 113].
[7]. Mar'i bin Yusuf al-Hanbali [6] menyusun sebuah kitab berjudul Fawaidul Fikri Fi Zhuhuril Muntazhor. [Lawami'ul Anwar 2: 76; dan Al-ldza'aj: 147-148]
[8]. Asy-Syaukani juga menyusun sebuah kitab yang berjudul At-Taudhih Fi Tawaturi Maa Jaa-a Fil Mahdil Muntazhor wad-Dajjal wal-Masih. [Al-Idza'ah. 113].
[9]. Shiddiq Hasan berkata. "As-Sayyid Al-'Allamah Badrul Millah Al-Munir Mu-hammad bin Ismail Al-Amir Al-Yamani [7] telah mengumpulkan hadits-hadits yang menetapkan akan keluarnya Al-Mahdi, yang dia ini berasal dari keluarga Nabi Muhammad saw dan akan muncul pada akhir zaman." [Al-ldza'ah: 114].
________
Foote Note
[1]. Periksa: Aqidah Ahlis Sunnah wal Atsar Fil Mahdil Muntazhor halaman 166-168, karya Syekh Abdul Muhsin Al-'Abbad. Dalam kitab tersebut beliau menyebutkan 36 buah kitab tentang Al-Mahdi dan sejumlah penyusunnya.
[2]. Beliau adalah Al-Hafizh Al-Kabir Abu Bakar Ahmad bin Ani Khaitsamah. Ayahnya adalah Zuhair bin Harb, seorang hafizh yang merupakan salah seorang guru Imam Muslim. Abu Bakar menimba ilmu dari Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Ma'in. Beliau juga menulis kitab At-Tarikh Al-Kabir. Mengenai kitab ini, Adz-Dzahabi berkata, "Saya tidak mengetahui kitab yang lebih banyak faedahnya daripada ini." Beliau wafat tahun 279 H.
[3]. Beliau adalah Ali bin Hisamuddin Al-Hindi, salah seorang yang memiliki perhatian besar terhadap hadits. Beliau berdomisili di dekat Makkah dan wafat di sana pada tahun 975 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahab 8: 370 dan Al-A'lam 4: 271).
[4]. Beliau adalah Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitsami, seorang ahli fiqih madzhab Syafi'i. Beliau memiliki banyak karangan. Beliau wafat di Makkah pada tahun 973 H. Dan ada yang mengatakan 984 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahab 8: 370 dan Al-A'lam 1: 234.
[5]. Beliau adalah Ali bin Sulthan Muhammad Nuruddin AI-Harawi, seorang ahli fiqih Madzhab Hanafi; berdomisili di Makkah dan wafat di sana pada tahun 1014 H. Semoga Allah merahmati beliau. Beliau memiliki banyak karya tulis. (Al-A'lam 5: 12).
[6]. Beliau adalah Mar'i bin Yusuf Al-Karami Al-Muqaddasi seorang ahli tarikh dan ahli sastra, juga termasuk pembesar fuqaha. Beliau memiliki karangan hingga 70 kitab; wafat di Kairo pada tahun 1033 H, semoga Allah merahmati beliau. Periksa Al-A'lam 7: 203.
[7]. Beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Shalah bin Muhammad Al-Hasani Al-Kahlani Ash-Shan'ani, pengarang kitab Subulus Salam Syarah bulughul Maram. Beliau memiliki banyak karangan, dan wafat di Shan'a pada tahun 1182 H. Periksa: Al-A'lam 6: 38.
Maka ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan pinangannya kepada saya, saya berkata, "Urusanku berada di tanganmu, karena itu nikahkanlah saya dengan siapa saja yang engkau kehendaki." Lalu beliau bersabda, "Pindahlah ke rumah Ummu Syarik." Dan Ummu Syarik ini adalah seorang wanita yang kaya dari kalangan Anshar yang suka melakukan infaq di jalan Allah dan biasa dikunjungi tamu-tamu. Lalu saya berkata, "Akan saya laksanakan." Kemudian beliau bersabda, "Jangan lakukan, sesungguhnya Ummu Syarik itu seorang wanita yang sering didatangi tamu-tamu, dan aku tidak suka kerudung (jilbab)mu terlepas atau pakaianmu terbuka dan tampak betismu, lalu dilihat oleh kaum itu apa yang tidak engkau sukai.
Tetapi berpindahlah ke rumah putra pamanmu yaitu Abdullah bin Amr Ibnu Ummi Maktum" (seorang lelaki dari Bani Fihr, yaitu Fihr Quraisy, yang dari kalangan merekalah Abdullah dan Fatimah ini dilahirkan). Lalu saya -kata Fatimah melanjutkan- pindah ke sana. Ketika masa 'iddah ku telah habis, saya mendengar tukang seru Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyerukan Ash-Sholaatu Jaami 'ah (Shalatlah dengan berjama'ah). Lalu saya pergi ke masjid dan shalat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan saya berada di shaf wanita yang ada di belakang shaf laki-laki.
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam usai melakukan shalat, beliau duduk di atas mimbar sambil tersenyum seraya berkata, "Hendaklah tiap-tiap orang tetap berada di tempat shalatnya." Kemudian beliau melanjutkan, "Tahukah kamu, mengapa saya kumpulkan kamu?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengerti." Beliau bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengumpulkan kalian karena senang atau benci. Aku kumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari, seorang pengikut Nasrani, telah berbai'at masuk Islam dan dia bercerita kepadaku tentang suatu masalah yang sesuai dengan apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian mengenai Masih Ad-Dajjal.
la bercerita bahwa ia pernah naik perahu bersama tiga puluh orang yang terdiri atas orang-orang yang berpenyakit kulit dan lepra. Lalu mereka dihempas ombak selama sebulan di laut, kemudian mereka mencari perlindungan ke sebuah pulau di tengah lautan hingga sampai di daerah terbenamnya matahari. Lantas mereka menggunakan sampan kecil dan memasuki pulau tersebut. Di sana mereka berjumpa seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tak kelihatan mana qubulnya dan mana duburnya, karena lebat bulunya. Mereka berkata kepada binatang itu, "Busyet kamu! Siapakah kamu?" Binatang itu menjawab, "Aku adalah Al-Jassasah." Mereka bertanya, "Apakah Al-Jassasah itu?" Dia menjawab. "Wahai kaum, pergilah kepada orang yang berada di dalam biara ini, karena ia sangat merindukan berita kalian." Kata Tamim. "Ketika binatang itu menyebut seseorang, kami menjauhinya, karena kami takut binatang itu adalah syetan.
Lalu kami berangkat cepat-cepat hingga kami memasuki biara tersebut, tiba-tiba di sana ada seorang laki-laki yang sangat besar tubuhnya dan tegap, kedua tangannya dibelenggu ke kuduknya, antara kedua lututnya dan mata kakinya dirantai dengan besi. Kami bertanya, "Siapakah engkau ini?" Dia menjawab, "Kalian telah dapat menguak beritaku, karena itu beritahukanlah kepadaku siapakah sebenarnya kalian ini?" Mereka menjawab. Kami adalah orang-orang dari Arab. Kami naik perahu dan kami terkatung-katung di laut dipermainkan ombak selama satu bulan, kemudian kami mencari tempat berlindung ke pulaumu ini dengan menaiki sampan kecil yang ada di sini lantas kami masuk pulau ini, dan kami bertemu seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tidak kelihatan mana qabulnya dan mana duburnya karena lebat bulunya.
Lalu kami bertanya, "Busyet kamu, siapakah kamu?" Dia menjawab, "Aku adalah Al-Jassasah." Kami bertanya, "Apakah Al-Jassasah itu?" Dia menjawab, "Pergilah kepada lelaki ini di dalam biara, karena dia sangat merindukan berita kalian." Lalu kami bergegas menemui dan meninggalkan dia, dan kami merasa tidak aman jangan- jangan dia itu syetan." Dia (lelaki itu) berkata, "Tolong kabarkan kepada kami tentang desa Nakhl Baisan." Kami bertanya, "Tentang apanya?" Dia berkata, "Tentang kurmanya, apakah berbuah?" Kami menjawab, "Ya." Dia berkata, "Ketahuilah, sesungguhnya pohon-pohon kurmanya itu akan tidak berbuah lagi." Dan dia bertanya lagi, "Tolong beritahukan kepadaku tentang danau Ath-Thabariyah." Kami bertanya, "Tentang apanya?" Dia bertanya, "Apakah ada airnya?" Kami menjawab, "Airnya banyak sekali." Dia berkata, "Ketahuilah sesungguhnya airnya akan habis." Selanjutnya dia berkata lagi, "Kabarkan kepadaku tentang negeri 'Ain Zughor." Kami bertanya, "Tentang apanya?" Dia menjawab, "Apakah sumbernya masih mengeluarkan air yang dapat digunakan penduduknya untuk menyiram tanamannya?" Kami menjawab, "Airnya banyak sekali, dan penduduknya menggunakannya untuk menyiram tanaman mereka." Dia berkata lagi, "Tolong beritahukan kepadaku tentang Nabi orang ummi, apakah yang dilakukannya?" Kami menjawab, "Beliau telah berhijrah meninggalkan Makkah ke Yatsrib." Dia bertanya, " Apakah orang-orang Arab memeranginya?" Kami menjawab, "Ya." Dia bertanya lagi, "Apakah yang dilakukannya terhadap mereka?" Lalu kami beritahukan bahwa beliau menolong orang-orang Arab yang mengikuti beliau dan mereka mematuhi beliau." Dia bertanya, " Apakah benar demikian?" Kami menjawab, "Benar." Dia berkata, "Ketahuilah bahwasanya Iebih baik bagi mereka untuk mematuhinya. Dan perlu saya beritahukan kepada kalian bahwa saya adalah Al-Masih (Ad- Dajjal), dan saya akan diizinkan keluar. yang nantinya saya akan berkelana di muka bumi, maka tidak ada satu pun desa melainkan saya singgahi selama empat puluh malam kecuali Makkah dan Thaibah (Madinah), karena kedua kota ini diharamkan atas saya. Setiap saya hendak memasuki salah satunya, saya dihadang oleh seorang malaikat yang menghunus pedang, dan pada tiap-tiap lorongnya ada malaikat yang menjaganya."
Fatimah berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda sembari mencocokkan (menusukkan) tongkat kecilnya di mimbar, " inilah Thaibah. inilah Thaibah, inilah Thaibah," yakni Madinah. "Ingatlah. Bukankah aku telah memberi tahukan kepadamu mengenai hal itu?" Orang-orang menjawab "ya" selanjutnya beliau bersabda, ,"Saya heran terhadap cerita Tamim yang sesuai dengan apa yang telah saya ceritakan kepada kalian, juga tentang kota Madinah dan Makkah. Ketahuilah bahwa dia berada di laut Syam atau laut Yaman. Oh tidak, tetapi dia akan datang dari arah timur... dari arah timur... dari arah timur..." dan beliau berisyarat dengan tangan beliau menunjuk ke arah timur. Fatimah berkata. "Maka saya hafal ini dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." [Shahih Muslim 18: 78- 83]
Ibnu Hajar berkata, "Sebagian ulama beranggapan bahwa hadits Fatimah binti Qais ini sebagai hadits gharib yang hanya diriwayatkan oleh perseorangan, padahal sebenarnya tidak demikian. Hadits ini di samping diriwayatkan dari Fatimah binti Qais juga diriwayatkan dari Abu Hurairah, Aisyah. Dan Jabir radhiyallahu 'anhum." [Fathul-Bari 13: 328]
AL-MAHDI, NAMANYA SIFAT-SIFATNYA DAN TEMPAT KELUARNYA
AL-MAHDI
Pada akhir zaman akan keluar seorang laki-laki dari golongan Ahlul-Bait (keturunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) dan Allah mengokohkan Dinnul Islam dengannya pada saat itu. Dia berkuasa selama tujuh tahun. Pada waktu itu dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman. Pada masanya umat manusia merasakan nikmat yang belum pernah dirasakan sebelumnya; bumi rnengeluarkan tumbuh-tumbuhan, langit menurunkan hujan, dan memberikan penghasilan (kekayaan) yang tak terhitung banyaknya.
lbnu Katsir rahimahullah berkata, "Pada waktu itu banyak buah-buahan, tanam-tanaman subur, harta melimpah, kekuasaan berjalan dengan baik, agama berdiri tegak, permusuhan sirna. dan kebaikan bersemarak." [An-Nihayah Fil-Fitan wal-Ma-lahim 1:31 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]
NAMANYA DAN SIFAT-SIFATNYA
laki-laki ini namanya seperti nama Rasulullah saw, dan nama ayahnya seperti nama ayah Rasulullah saw. Maka dia bernama Muhammad atau Ahmad bin Abdullah. Dia berasal dari keturunan Fatimah binti Rasulullah Saw, dari anak cucu Hasan bin Ali Radhiyallahu 'anhu
Ibnu Katsir berkata tentang Al-Mahdi, "Dia bernama Muhammad bin Abdullah Al-Alawi Al-Fathimi al-Hasani radhiyallahu 'anhu." [Ibid, halamann 29].
Dan sifat-sifat tubuhnya antara lain mukanya lebar dan hidungnya mancung.
TEMPAT KELUARNYA
Al-Mahdi akan muncul dari arah (kawasan) timur. Dalam sebuah hadits dari Tsauban ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. " Kemudian beliau Saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda: "Maka jika kamu melihatnya, berbai'atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah “Al-Mahdi”. "[1]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Yang dimaksud dengan perbendaharaan didalam hadits ini ialah perbendaharaan Ka'bah. Akan ada tiga orang putera khalifah (ia berperang di sisinya untuk memperebutkannya hingga datangnya akhir zaman, lalu keluarlah Al-Mahdi yang akan muncul dari negeri Timur, bukan dari dalam bangunan di bawah tanah Samira seperti anggapan orang-orang Rafidhah yang jahil bahwa Al-.Mahdi sekarang berada di sana dan mereka menanti keluarnya pada akhir zaman. Anggapan semacam ini merupakan igauan yang hina dari syetan, karena tidak ada dalil dan keterangannya sama sekali baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah, dari perkataan atau pemikiran orang sehat maupun dari istihsam."
Selanjutnya beliau mengatakan, "Dan beliau dikukuhkan oleh penduduk masyriq (kawasan timur) yang membantunya, menegakkan kekuasaannya, dan membangun pilar-pilarnya, dan bendera mereka juga berwarna hitam, yaitu warna yang melambangkan sikap merendahkan diri, karena bendera Rasulullah saw juga berwarna hitam yang diberi nama Al-'Uqab.... Maksudnya, bahwa Al-Mahdi yang terpuji dan dijanjikan akan muncul pada akhir zaman, kemunculannya adalah dari wilayah timur dan dia dibai'at di sisi Baitullah sebagaimana ditunjuki oleh beberapa hadits. "[2]
________
Foote Note
[1]. Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan, Bab Khurujil Mahdi 2: 1467; Mustadrak Al-Hakim 4: 463-464. Dan dia berkata, "Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhain." Perkataan Hakim ini juga disetujui oleh adz-Dzahabi.
Ibnu Katsir berkata. "Ini adalah isnad yang kuat lagi shahih." (An Nihayah fil Fitan 1: 29 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini).
Al-Albani berkata, "Hadits ini shahih maknanya, tanpa perkataan: "Karena dia khalifah Allah Al-Mahdi". Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari jalan Alqamah dari Ibnu Mas'ud secara marfu' seperti riwayat Utsman yang kedua, dan isnadnya hasan, tetapi tanpa perkataan "khalifah" (khalifah / pengganti Allah). Dan tambahan "khalifatullah" ini tidak dimiliki jalan yang shahih serta tidak memiliki syahid (hadits yang senada yang diriwayatkan dari orang lain); karena itu tambahan tersebut adalah munkar. Dan di antara kemungkarannya ialah bahwa di dalam syara' tidak boleh dikatakan ada khalifah Allah, karena kemungkinan orang tersebut berbuat keliru, padahal tidak layak bagi Allah kekurangan dan kelemahan.
Kemudian dikutip dari Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengenai penolakan beliau terhadap orang yang mengatakan bahwa khalifah itu sebagai wakil Allah Ta'ala, karena tidak laik bagi Dia memiliki khalifah (wakil / pengganti), sebab Dia adalah Maha Hidup, Maha Menyaksikan, Maha Melindungi, Berdiri Sendiri, Yang Mengawasi, Maha Pemelihara, Maha Kaya dan tidak membutuhkan alam semesta. Sedang khalifah itu ada karena yang digantikan itu mati atau lenyap, sedangkan Allah Maha Suci dari semua itu." (Vide: Silsilatul Ahaditsih-Dha'ifah wal-Maudhu'ah 1: 119-121, hadits nomor 85).
[2]. An Nihayah fil Fitan wal-Malahim 1: 29-30.
Syekh Abdul Alim Abdul Azhim membicarakan hadits-hadits Al-Mahdi secara panjang lebar dalam thesis beliau untuk memperoleh gelar Magister yang berjudul "Al-Ahaditsul Waridah fil Mahdi fi Mizanil Jarh wat Ta'dil". Dalam thesis ini beliau menyebutkan orang-orang yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut beserta perkataan para ulama mengenai isnad masing-masing hadits beserta keputusannya dan kesimpulannya.
Barangsiapa yang ingin mengetahui secara luas dipersilahkan membaca thesis tersebut, karena ia merupakan pembahasan paling luas mengenai hadits-hadits Al-Mahdi sebagaimana dikatakan oleh Syekh Abdul Muhsin Al-'Abbad dalam majalah al-Jami'ah Al- Islamiyyah nomor 45 halaman 323.
Dalam thesis tersebut beliau menyebutkan ada hadits-hadits marfu' dan atsar-atsar sahabat dan lainnya tentang Al-Mahdi ini sebanyak 336 riwayat. Di antaranya terdapat tiga puluh dua hadits dan sebelas atsar yang berkedudukan diantara shahih dan hasan. Yang menyebutkan Al-Mahdi secara eksplisit sebanyak 9 hadits dan 6 atsar, dan sisanya hanya menyebutkan identifikasinya.
Banyak al-Huffazh yang mengesahkan hadits-hadits Al-Mahdi ini, antara lain Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya "Minhajus Sunnah fi Naqdhi Kalamisy Syi'ah wal Qadariyyah" 4: 211, dan al-'Allamah Ibnu Qayyim dalam kitabnya "Al-Manarul Munif fish Shahih wadh-Dha’if" halaman 142 dan seterusnya dengan tahqiq Syekh Abdul Fattah Abu Ghadah, serta dishahkan oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitabnya "An-Nihayah fil-Fitan wal-Malahim" 1: 24-32 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini. Juga dishahkan oleh ulama- ulama lain sebagaimana akan kami sebutkan.
DALIL-DALIL AS-SUNNAH YANG MENUNJUKKAN AKAN KEMUNCULANNYA
Banyak hadits shahih yang menunjukkan akan munculnya Al-Mahdi ini. Di antaranya ada hadits-hadits yang secara eksplisit menyebutkan Al-Mahdi dan ada pula yang hanya menyebut sifat-sifat atau identifikasinya saja. Di sini akan kami sebutkan beberapa hadits saja yang kami pandang sudah cukup untuk menunjukkan akan munculnya Al-Mahdi pada akhir zaman yang merupakan salah satu tanda sudah dekatnya hari kiamat.
[1]. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Pada masa akhir umatku akan muncul Al-Mahdi. Pada waktu itu Allah me-nurunkan banyak hujan, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan banyak harta (penghasilan), banyak ternak, umat menjadi mulia, dan dia hidup selama tujuh atau delapan tahun." [Mustadrak Al-Hakim 4: 557-558, dan ia berkata, "Ini adalah hadits yang shahih isnadnya, tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya." Dan Adz-Dzahabi menyetujui pendapat Al-Hakim ini. Al-Albani berkata, "Ini adalah sanad yang shahih yang perawi-perawinya terpecaya.” Silsilatul-Ahaditsish-Shalihah 2:336, hadits no. 711. Dan periksa risalah (Thesis) Abdul Alim” Ahaditsul Mahdi Fi Mizanil-Jarhi wat-Ta’dil” halaman 127-128]
[2]. Juga diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al-Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan, dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi menyukainya, dan dia akan membagi-bagikan kekayaan secara tepat (merata)." Lalu ada seseorang yang bertanya kepada beliau, "Apakah yang dimaksud dengan shihah (tepat) ?" Beliau menjawab, "Merata di antara manusia." Dan selanjutnya beliau bersabda, "Dan Allah akan memenuhi hati umat Muhammad saw dengan kekayaan (kepuasan), dan meratakan keadilan kepada mereka seraya memerintahkan seorang penyeru untuk menyerukan: 'Siapakah yang membutuhkan harta? Maka tidak ada seorang pun yang berdiri kecuali satu, lalu Al-Mahdi berkata, "Datanglah kepada bendahara dan katakan kepadanya, 'Sesungguhnya Al-Mahdi menyuruhmu memberi uang. 'Kemudian bendahara berkata, 'Ambillah sedikit'' Sehingga setelah dibawanya ke kamarnya, dia menyesal seraya berkata, 'Saya adalah umat Muhammad yang hatinya paling rakus. atau saya tidak mampu mencapai apa yang mereka capai' Lalu ia mengembalikan uang (harta) tersebut, tetapi ditolak seraya dikatakan kepadanya, 'Kami tidak mengambil kembali apa yang telah kami berikan.' Begitulah kondisinya waktu itu yang berlangsung selama tujuh, delapan, atau sembilan tahun. Kemudian tidak ada kebaikan lagi dalam kehidupan sesudah itu. " [Musnad Ahmad 3: 37. Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya secara ringkas, dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan berbagai sanad, juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan ringkas dan perawi-perawinya terpecaya.” Majma’uz Zawaid 7: 313:314. Dan periksalah "Aqidatu ahlis-Sunnah wal-Atsar fi Al-Mahdi Al-Muntazhar" halaman 177 karya Syekh Abdul Muhsin Al-'Abbad)].
Hadits ini menunjukkan bahwa setelah kematian Al-Mahdi akan muncul keburukan dan muncul fitnah-fitnah yang besar.
[3]. Dari Ali Radhiyallahu 'anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Al-Mahdi itu dari golongan kami, ahli bait. Allah memperbaikinya dalam satu malam. " [Musnad Ahmad 2: 58 hadits nomor 645 dengan tahqiq Ahmad Syakir yang mengatakan. "Isnadnya shahih." Dan Sunan Ibnu Majah 2:1367. Hadits ini juga dishahkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 6: 22 hadits nomor 6611].
Ibnu Katsir berkata, "Allah menerima taubatnya dan memberinya taufiq, memberinya ilham dan bimbingan setelah sebelumnya tidak demikian." [An-Nihayah fil-Fitan wal-Malahim 1: 29) dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]'
[4]. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Al-Mahdi itu dari keturunanku, lebar dahinya dan mancung hidungnya. la memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezhaliman dan penganiayaan.. la berkuasa selama tujuh tahun." [Sunan Abu Daud, Kitab Al-Mahdi 11: 375 hadits nomor 4265. Mustadrak Al-Hakim 4: 557 dan dia berkata, "Ini adalah hadits shahih menurut syarat Muslim, tetapi beliau berdua (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya." Adz-Dzahabi berkata. "lmran, salah seorang perawinya, adalah dha'if dan Muslim tidak meriwayatkan haditsnya." Dan mengenai sanad Abi Daud, Al-Mundziri berkata, "Di dalam sanadnya terdapat Imran Al-Qaththan, yaitu Abul 'Awwam Imran bin Dawur Al-Qaththan Al-Bishri, Al-Bukhari menjadikan haditsnya sebagai syahid. dan dia dianggap kepercayaan oleh Affan bin Muslim dan Yahya bin Sa'id Al-Qaththan memujinya dengan baik. Tetapi dia dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in dan Nasa'i." (Aunul Ma'bud 11: 37). Adz-Dzahabi berkata dalam Mizanul I'tidal, "Ahmad berkata, 'Saya berharap dia itu baik haditsnya.' Abu Daud berkata, 'Dha'if.' (mizanul I'tidal 3: 26). Ibnu Hajar berkata mengenai Imran, "Dia itu jujur tetapi tertuduh berfaham Khawarij. " (Taqribut-Tahdzib 2: 83). Dan Ibnul Qayyim mengomentari sanadnya Abu Daud demikian. "Jayyid (bagus). " (Al-Manarul Munif: 144 dengan tahqiq Syeh Abdul Fattah Abu Ghadah). Al-Albani berkata, "Isnadnya hassan. " (Shahih Al-Jami'ush Shaghir 6: 22-23 hadits nomor 6612)].
[5]. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha, ia berkata : saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Al –Mahdi itu keturunanku, dari anak cucu Fatimah.” [Sunan Abi Daud : 373; Sunan Ibnu Majah 2: 1368. Al-Albani berkata dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir 6: 22 nomor 6610. "Shahih." Dan periksalah Risalah / Thesis Abdul’Alim tentang "Al-Mahdi" halaman 160].
[6]. Dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Isa bin Maryam akan turun, lalu pemimpin mereka, Al-Mahdi, berkata. 'Marilah shalat bersama kami! ’Isa menjawab, Tidak! Sesungguhnya sebagian mereka menjadi amir (pemimpin) bagi sebagian yang lain sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini. '" [Hadits Riwayat Al-Harits bin Abu Usamah dalam musnadnya seperti disebutkan dalam Al-Manarul Munif karya Ibnul Qayyim halaman 147-148, dan diriwayatkan dalam kitab Al-Hawi fi Al-Fatawa karya As-Suyuthi 2: 64. Ibnul Qayyim berkata, "Hadits ini isnadnya jayyid (bagus). " Dan dishahkan oleh Abdul 'Alim dalam Risalahnya tentang Al-Mahdi halaman 144].
[7]. Dari Abi Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah sShallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Dari antara keturunan kami akan ada orang yang Isa Ibnu Maryam melakukan shalat di belakangnya. " [Riwayat Abu Nu’aim dalam Akhbaril Mahdi sebagaimana dikatakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi 2: 64, dan dia memberi tanda dha'if, demikian pula Al-Munawi dalam Faidhul Qadir 6: 17. Al-Albani berkata, Shahih. Periksa: Shahih Al-Jami’ush Shaghir 5: 219 hadits nomor 5796. Abdul 'Alim mengatakan di dalam risalah nya, isnadnya hasan karena syahid-syahidnya." Periksa Risalah/Thesis Abdul 'Alim halaman 241].
[8]. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Tidaklah dunia akan lenyap sehingga negeri Arab dikuasai oleh seorang laki-laki dari ahli baitku (keluarga rumahku) yang namanya sama dengan namaku.’’ [Musnad Ahmad 5: 199 hadits nomor 3573 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dia berkata,”Isnadnya shahih.”Dan Tirmidzi 6:485, dan dia berkata, "Ini adalah hadist hasan shahih. '' Dan Sunan Abu Daud 11: 371]
Dan dalam riwayat disebutkan dengan lafal:
"Namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku. " [Sunan Abi Daud 11: 370. Al-Albani berkata, "Shahih. " (Shahih Al-Jami'ush Shaghir 5: 70-71, hadits nomor 5180). Dan periksa pula Risalah Abdul 'Alim tentang al-Mahdi halaman 202]
SEBAGIAN HADITS SHAHIH YANG BERHUBUNGAN DENGAN AL-MAHDI
[1]. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Bagaimana keadaanmu jika Ibnu Maryam telah turun kepadamu dan imam kamu dari golonganmu?" [Shahih Bukhari, Kitab Ahaditsil Anbiya', Bab Nuzuli Isa bin Maryam 'alaihissalam 6: 491; Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Nuzuli Isa bin Maryam Hakiman 2: 193]
[2]. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda:
"Artinya : Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran hingga datangnya hari kiamat." Kemudian, sabda beliau selanjutnya, "akan turun Isa ibnu Maryam, lalu pemimpin mereka berkata, 'Marilah shalat mengimami kami. ' Lalu Isa menjawab, 'Tidak! Sesungguhnya sebagian kamu adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kehormatan dari Allah. '" [Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Nuzuli Isa bin Maryam Alaihis sallam. Hakim 2: 193-194].
[3]. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Pada masa terakhir umatku akan ada khalifah yang membagi-bagikan harta dengan tiada terhitung. " Al-Juzairii - salah seorang perawi hadits ini berkata, “Saya bertanya kepada Abu Nadharah dan Abul 'Ala'. "Apakah Anda berdua berpendapat bahwa orang tersebut adalah Umar Abdul Aziz?” Mereka menjawab,”Tidak.”[Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa'ah 18: 38-39. Dan diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah pada bab Al-Mahdi 15: 86-87 dengan tahqiq Syu'aib Al-Aznaut. Al-Baghawi berkata. "ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim."].
Hadits-hadits yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim ini menunjukan kepada dua hal:
Pertama.
Bahwa ketika Isa Ibnu Maryam 'Alaihis sallam turun dari langit, yang menjadi pemimpin untuk mengurus urusan kaum muslimin adalah salah seorang laki-laki di antara mereka.
Kedua.
Bahwa kehadiran pemimpin mereka untuk shalat mengimami mereka dan permintaannya kepada Isa ketika turun dari langit itu untuk menjadi imam shalat bersama mereka menunjukkan bahwa pemimpin tersebut adalah orang yang shalih dan mendapat serta menerapkan petunjuk Allah. Meskipun dalam hadits-hadits tersebut tidak disebutkan nama Al-Mahdi secara eksplisit melainkan hanya disebutkan sifat-sifatnya sebagai orang shalih yang mengimani kaum Muslimin pada waktu itu, namun banyak hadits dalam kitab-kitab Sunan dan Musnad serta lain-lainnya yang menafsirkan hadits-hadits yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim itu yang menunjukkan bahwa lelaki yang shalih itu bernama Muhammad bin Abdullah dan disebut juga Al-Mahdi, dan sunnah itu saling menafsirkan antara sebagian terhadap sebagian yang lain. Dan di antara hadits yang menunjukkan hal itu ialah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Isa bin Maryam akan turun, lalu Amir (pemimpin) mereka, Al-Mahdi, berkata. . . "
Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin yang tersebut dalam Shahih Muslim yang meminta kepada Isa Ibnu Maryam untuk mengimami shalat itu bernama Al-Mahdi.
Syaikh Shidiq Hasan mengemukakan sejumlah besar hadits tentang Al-Mahdi di dalam kitabnya Al-idza 'ah dan menempatkan hadits Jabir yang diriwayatkan Imam Muslim ini di bagian terakhir. Selanjutnya Uqbah berkata, "Di dalam hadits ini tidak terdapat sebutan Al-Mahdi secara eksplisit, tetapi hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya tak dapat diartikan lain kecuali Al-Mahdi Al-Muntazhor (yang ditunggu kedatangannya) sebagaimana ditunjuki oleh hadits-hadits dan atsar-atsar terdahulu yang banyak jumlahnya." [Aqidah Ahlis Sunnah wa Atsar fil Mahdil Muntazhor. 175-176 oleh Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-'Abbad, Dosen Al-Jami'ah Al-Islamiyyah Madinah Al-Munawarroh, cetakan pertama tahun 1402 H, terbitan Mathabi'ur Rasyid, Madinah. Dan periksa pula Al-Idza'ah halaman 144]
KEMUTAWATIRAN HADITS-HADITS AL-MAHDI
Hadits-hadits yang telah kami sebutkan di muka di samping banyak hadits lain yang tidak kami sebutkan karena khawatir terkesan terlalu panjang menunjukkan bahwa hadits-hadits tentang Al-Mahdi adalah Mutawatir Maknawi. Hal ini telah dikemukakan oleh beberapa Imam dan ulama, antara lain:
[1]. Al-Hafizh Abul Hasan Al-Aabiri [1] berkata, "Telah mutawatir berita-berita dan telah melimpah riwayat-riwayat dari Rasulullah saw yang menyebutkan tentang Al-Mahdi bahwasanya dia berasal dari keluarga beliau, akan berkuasa selama tujuh tahun, akan memenuhi bumi dengan keadilan, bahwa Isa 'alaihissalam akan muncul dan membantu dia untuk memerangi Dajjal, dan dia mengimami umat ini melakukan shalat dan Isa shalat di belakangnya." [Tahdzibul Kamal Fi Asmair Rijal 3: 1194 karya Abul Hajjaj Yusuf Al-Maziy, dan Al-Manarul Munif: 142 dengan tahqiq Abdul Fattah Abu Ghodah]
[2]. Muhammad Al-Barzanji"[2] berkata, di dalam kitabnya Al-lsya'ah Asyratis Sa'ah yang memuat banyak sekali tanda akan datangnya kiamat dan di antaranya adalah Al-Mahdi yang merupakan tanda yang pertama kali muncul katanya, "Ketahuilah bahwasanya hadits-hadits yang membicarakan Al-Mahdi dengan pelbagai riwayatnya hampir tak terhitung banyaknya." (Al-Isya 'ah li Asyrathis Sa 'ah: 87). Dia berkata lagi, "Saya tahu bahwa hadits-hadits yang membicarakan adanya Al-Mahdi dan keluarnya pada akhir zaman yang dia ini dari keluarga Rasulullah saw dari keturunan Fatimah as mencapai derajat mutawatir maknawi, maka tidak ada artinya orang mengingkarinya." [Al-lsya'ah: 112]
[3]. Al-'Allamah Muhammad As-Sufarini [3] berkata, "Banyak sekali riwayat tentang akan kedatangan Al-Mahdi hingga mencapai derajat mutawatir maknawi. Hal ini sudah tersebar di kalangan ulama sunnah sehingga sudah dianggap sebagai aqidah mereka."
Kemudian beliau menyebutkan sejumlah hadits dan atsar mengenai kedatangan Al-Mahdi dan nama beberapa orang sahabat yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata, "Sungguh telah diriwayatkan dari orang-orang yang menyebutkan nama sahabat dan yang tidak menyebutkan nama sahabat dengan riwayat yang banyak sekali jumlahnya serta dari para tabi'in sesudah mereka yang menghasilkan ilmu (pengetahuan) yang pasti (qath'i). Karena itu mengimani kedatangan al-Mahdi adalah wajib sebagaimana ditetapkan oleh para ahli ilmu dan dibukukan dalam aqidah Ahli Sunnah wa Jama'ah." [Lawami'ul Anwari Bahiyah 2: 84. Dan periksa: Aqidah Ahlis Sunnah wal-Atsar, halaman 173]
[4]. Imam Syaukani berkata. "Hadits-hadits mutawatir mengenai kedatangan Al-Mahdi Al-Muntazhor yang dapat dipegangi sebagai hujjah di antaranya terdapat lima puluh hadits yang terdiri atas hadits shahih, hasan, dan dha'if yang terpuluhkan kedudukannya (karena banyaknya yang shahih dan hasan); dan ini adalah mutawatir tanpa diragukan dan tanpa ada kesamaran. Bahkan dalam jumlah di bawah lima puluh pun sudah dianggap mutawatir menurut istilah yang ditetapkan dalam ilmu ushul. Adapun atsar-atsar dari sahabat mengenai kedatangan Al-Mahdi ini banyak sekali jumlahnya dan dapat dihukumi marfu", mengingat tidak adanya lapangan ijtihad dalam masalah ini (yakni tidak mungkin para sahabat berani mengatakan dengan pendapatnya sendiri bahwa kelak akan datang Al-Mahdi pada akhir zaman. melainkan karena mereka mendengar keterangan dari Rasulullah saw mengenai masalah ini)." [Dari risalah Asy-Syaukani yang berjudul At-Taudhih Fi Tawaturi Maa Jaa-a Fil Mahdil Muntazhor wad-Dajjal wal-Masih sebagaimana dikutip oleh Shidiq Hasan dalam kitab Al-Idza 'ah halaman 113-114 dan Al-Katani dalam kitab Nazhmul Mutanatsir minal Haditsil Mutawaatir" halaman 145-146. Dan periksa pula kitab Aqidah Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdil Muntazhor halaman 173-174]
[5]. Shidiq Hasan [4] berkata, "Hadits-hadits mengenai Al-Mahdi dengan riwayat dan susunan redaksinya yang bermacam-macam banyak sekali jumlahnya hingga mencapai derajat mutawatir maknawi. Hadits-hadits tersebut tercantum dalam kitab-kitab Sunan dan lain-lainnya dari kitab-kitab ke-Islaman, baik yang berupa mu'jam maupun musnad." [Al-Idzaa 'ah limaa Kaana wa maa yakuunu Baina Yadayis Saa' ah, halaman 112]
[6]. Syekh Muhammad bin Ja'far Al-Kattani [5] berkata, "Walhasil, hadits-hadits me-ngenai Al-Mahdi Al-Muntazhor adalah mutawatir. Demikian pula hadits-hadits tentang dajjal dan akan turunnya kembali Nabi Isa Ibnu Maryam 'alaihissalam." [Nazhmul Mutanaatsir minal Hadiitsil Mutawatir karya Syekh Muhammad bin Ja'far Al- Kattani, halaman 147]
_________
Foote Note
[1]. Beliau adalah Imam Al-Hafizh Abul Hasan Muhammad bin Al-Husain As-Sajastani. Beliau meriwayatkan dari Ibnu Khuzaimah dan yang sejajarnya, dan menulis kitab "Manaqib Asy-syafi’I". Beliau wafat tahun 363 H. Semoga Allah merahmati beliau. Vide: Tadzkiratul Huffazh 3: 954-955, dan Syadzaratudz-dzahab 3: 46-47.
[2]. Beliau adalah Syekh Muhammad bin Abdur Rasul bin Abdus Sayyid Al-Hasani Al-Barzanji, salah seorang fuqaha madzhab Syafi'i. Beliau adalah seorang ahli tafsir dan sastra. Beliau pergi ke Baghdad, Damsyiq (Damaskus), dan Mesir, dan akhirnya berdomisili di Madinah dan belajar di sana. Dan di sana pula beliau wafat pada tahun 1103 H. Beliau memiliki banyak karangan. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Al-A'lam, Oleh Az-Zarkali juz 6 halaman 203-204.
[3]. Beliau adalah Al-'Allamah Muhammad bin Salim As-Sufarini, seorang ahli hadits, ahli ushul, ahli sastra, dan muhaqqiq. Beliau dilahirkan di Sufarin, negeri Nablus. Beliau memiliki banyak karangan, juga menyusun nadhoman (syair / puisi) mengenai aqidah dan syarahnya yang diberi judul "Lawami” atau Lawaihul Anwaril Bahiyyah wa Sawathi'ul Asraril dil Firqotil-Mardhiyyah". Di samping itu beliau juga menulis buku "Ghidzaaul Albab Syarhu Manzhuumatil Adab", dan "Nafatsaatu Sha- dril mukmid wa Qurratul 'Aini Mus'id Syarhul Tsudi latsiyyaati Musnadil Imam Ahmad wa Ghairiha." Beliau wafat di Nablus pada tahun 1188 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa biografi beliau dalam kitab Al-A 'lam karya Az-Zarkali 6: 14.
[4]. Beliau adalah Al-'Allamah Muhammad Shiddiq Khon bin Hasan Al-Husaini Al-Bukhari Al-Qanuji. Beliau menulis beberapa buku mengenai tafsir, hadits, fiqih, dan ushul. Beliau berdomisili di Hobal dan kawin dengan budak perempuannya. Beliau wafat pada tahun 1307 H. Periksa: Al-A 'lam karya Az-Zarkali, juz 6, halaman 167-168.
[5]. Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ja'far bin Idris Al-Kattani Al-Hasani Al-Fasi. seorang ahli tarikh dan ahli hadist yang diiahirkan di Fas yang mengembara ke Hijaz dan Damsyiq, kemudian kembali lagi ke Maghrib dan wafat di Fas pada tahun 1345 H., semoga Allah merahmati beliau. Beliau memiliki banyak karangan. (Periksa: Al-A'lam, halaman 72-73).
PARA ULAMA YANG MENYUSUN KITAB TENTANG AL-MAHDI
Di samping adanya kitab-kitab hadits yang masyhur seperti Sunan Yang Empat (Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasai, dan Sunan Ibnu Majah), dan kitab-kitab Musnad seperti Musnad Ahmad, Musnad Al-Bazzar, Musnad Abi Ya'la, Musnad Al-Harits bin Abi Usamah, dan Mustadrak Al-Hakim, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Shahih Ibnu Khuzaimah, dan kitab-kitab lain yang menyebutkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi [1], sebagian ulama juga telah menyusun secara tersendiri mengenai Al-Mahdi Al-Muntazhor ini dalam karya-karya mereka yang memuat sejumlah besar hadits tentang Al-Mahdi ini, antara lain:
[1]. Al-Hafizh Abu Bakar bin Abi Khaitsamah [2] menghimpun hadits-hadits tentang Al-Mahdi, sehagaimana dikutip oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya halaman 556 dari As-Suhaili.
[2]. As-Suyuthi menyusun satu bagian tersendiri yang diberi judul Al-'Arful Wardiy Fi Akhbaril Mahdi dalam Al-Hawi lil Fatawi.
[3]. Dalam kitabnya An-nihayah Fil Fitan wal Malahim juz 1 halaman 30, Ibnu Katsir mengatakan bahwa beliau telah menyusun sebuah kitab tersendiri mengenai Al-Mahdi.
[4]. Ali Al-Muttaqi Al-Hindi [3] memiliki sebuah risalah yang diberi judul Risalah Fi Sya 'nil Mahdi [Al-Isya'ah li Asyrathis Sa'ah halaman 121].
[5]. Ibnu Hajar Al-Makki [4] menyusun sebuah kitab yang diberi judul Al-Qaulul Mukhtashar Fi 'Alaamaatil Mahdil Mahdil Muntazhor. [Al-Isya'ah: 105; Lawami 'ul Anwar 2: 72] ; dan Risalah / Thesis Abdul ' Alim tentang Al-Mahdi halaman 43).
[6]. Al-Mulla Ali al-Qari [5] menyusun sebuah kitab yang diberi judul Al-Masyrabul Wardiy Fi Madzhabil Mahdi. [Al-Isya'ah: 113].
[7]. Mar'i bin Yusuf al-Hanbali [6] menyusun sebuah kitab berjudul Fawaidul Fikri Fi Zhuhuril Muntazhor. [Lawami'ul Anwar 2: 76; dan Al-ldza'aj: 147-148]
[8]. Asy-Syaukani juga menyusun sebuah kitab yang berjudul At-Taudhih Fi Tawaturi Maa Jaa-a Fil Mahdil Muntazhor wad-Dajjal wal-Masih. [Al-Idza'ah. 113].
[9]. Shiddiq Hasan berkata. "As-Sayyid Al-'Allamah Badrul Millah Al-Munir Mu-hammad bin Ismail Al-Amir Al-Yamani [7] telah mengumpulkan hadits-hadits yang menetapkan akan keluarnya Al-Mahdi, yang dia ini berasal dari keluarga Nabi Muhammad saw dan akan muncul pada akhir zaman." [Al-ldza'ah: 114].
________
Foote Note
[1]. Periksa: Aqidah Ahlis Sunnah wal Atsar Fil Mahdil Muntazhor halaman 166-168, karya Syekh Abdul Muhsin Al-'Abbad. Dalam kitab tersebut beliau menyebutkan 36 buah kitab tentang Al-Mahdi dan sejumlah penyusunnya.
[2]. Beliau adalah Al-Hafizh Al-Kabir Abu Bakar Ahmad bin Ani Khaitsamah. Ayahnya adalah Zuhair bin Harb, seorang hafizh yang merupakan salah seorang guru Imam Muslim. Abu Bakar menimba ilmu dari Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Ma'in. Beliau juga menulis kitab At-Tarikh Al-Kabir. Mengenai kitab ini, Adz-Dzahabi berkata, "Saya tidak mengetahui kitab yang lebih banyak faedahnya daripada ini." Beliau wafat tahun 279 H.
[3]. Beliau adalah Ali bin Hisamuddin Al-Hindi, salah seorang yang memiliki perhatian besar terhadap hadits. Beliau berdomisili di dekat Makkah dan wafat di sana pada tahun 975 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahab 8: 370 dan Al-A'lam 4: 271).
[4]. Beliau adalah Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitsami, seorang ahli fiqih madzhab Syafi'i. Beliau memiliki banyak karangan. Beliau wafat di Makkah pada tahun 973 H. Dan ada yang mengatakan 984 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahab 8: 370 dan Al-A'lam 1: 234.
[5]. Beliau adalah Ali bin Sulthan Muhammad Nuruddin AI-Harawi, seorang ahli fiqih Madzhab Hanafi; berdomisili di Makkah dan wafat di sana pada tahun 1014 H. Semoga Allah merahmati beliau. Beliau memiliki banyak karya tulis. (Al-A'lam 5: 12).
[6]. Beliau adalah Mar'i bin Yusuf Al-Karami Al-Muqaddasi seorang ahli tarikh dan ahli sastra, juga termasuk pembesar fuqaha. Beliau memiliki karangan hingga 70 kitab; wafat di Kairo pada tahun 1033 H, semoga Allah merahmati beliau. Periksa Al-A'lam 7: 203.
[7]. Beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Shalah bin Muhammad Al-Hasani Al-Kahlani Ash-Shan'ani, pengarang kitab Subulus Salam Syarah bulughul Maram. Beliau memiliki banyak karangan, dan wafat di Shan'a pada tahun 1182 H. Periksa: Al-A'lam 6: 38.