السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم الحمدلله رب العالمين والعاقبة للمتقين ولاعدوان الاعلى الظالمين والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ولاحول ولاقوة الابالله العلى العظيم أما بعد :
Kepada para pembaca dan teman santri kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk menulis makalah dan berdialog tentang metodologi dakwah, dengan penulisan yang begitu acak-acakan karena terdesak waktu dan kesibukan yang begitu padat. Tentunya banyak kekurangan-kekurangan terlebih dari sisi bahasa, namun semoga tidak mengurangi esensi dari makalah ini dan bisa membawa manfaat. Amin.
Sebelum kita berbicara tentang metodologi dakwah, terlebih dahulu kita harus tahu arti dakwah itu sendiri agar mengarah pada sasaran.
Devinisi Dakwah
Secara etimologi (bahasa) adalah mengajak baik untuk kebaikan atau kejelekan, bisa juga berarti memanggil, juga bisa diartikan meminta. Secara terminologi adalah mengajak untuk menuju jalan kebenaran, yaitu jalan Allah SWT.
Tujuan Dakwah
Tujuan utamanya adalah menegakkan kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia di dunia sampai akhirat, dakwah sebagai realisasi "amar ma'ruf nahi munkar" yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan tujuan berkhidmah kepada-Nya merupakan ungkapan atas pengakuan sebagai hamba. Dakwah juga sebagai salah satu bentuk dari ibadah, dengan demikian para Da'i mestinya menyadari bahwa dirinya berdakwah semata-mata mencari ridlo Allah, jangan sampai dipengaruhi dengan kepentingan-kepentingan hawa nafsu.
Hukum Dakwah
Allah SWT berfirman ;
1- ولتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر واولئك هم المفلحون . أل عمران : 104
2- فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى الدين ولينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلهم يحذرون . التوبة : 12
Dari ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah yang sebagai bentuk realisasi "amar ma'ruf nahi munkar" hukumnya fardlu kifayah (kewajiban kolektif) bukan merupakan fardlu 'ain (kewajiban indifidu) dengan tujuan untuk menguji ketaatan seorang hamba. Dan yang terpenting adalah hasil tujuan dan cita-cita dari dakwah itu sendiri, bukan dilihat dari siapa pelakunya.
Pencetus (produsen)
Adalah syariat yakni Allah SWT atau Rasulullah SAW, firman Allah ;
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتى هى احسن . النحل : 125
Sabda beliau Rasulullah SAW;
1- بلغوا عنى ولو اية
2- من رأى منكم منكرا فليغير بيده وان لم يستطع فبلسانه وان لم يستطع فبقلبه فهو اضعف الإيمان
رواه مسلم عن ابى سعيد الخدرى
Sasaran/Target الموضوع))
Sasaran dakwah adalah kepada orang-orang yang membutuhkan untuk didakwahi, karena memang realitas perbuatan dan perilakunya yang masih kurang cocok dan belum sesuai dengan jalan Allah, agar mereka mendekat kepada-Nya.
Nisbah (hubungan)
Dakwah merupakan salah satu manifestasi ibadah yang berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, karena manfaatnya yang tidak hanya untuk pribadi (القاصر) tapi untuk orang lain (المتعدى).
Faidah /Hasil
Untuk keselamatan yang berdakwah (da'i) sehingga keluar dari tuntutan khithob (perintah) dan mendapat anugerah gelar keagungan/kemuliaan (عظيما) di hadapan Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW ;
من علم وعمل وعلم يدعى عظيما فى ملكوت السموات والأرض
Dasar Pengambilan (استمداده)
Dari konsep al Qur'an atau al Hadits. Dari al Qur'an seperti firman Allah SWT;
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتى هى احسن . النحل : 125
Adapun dari al Hadits adalah sabda Rasulullah SAW;
من رأى منكم منكرا فليغير بيده وان لم يستطع فبلسانه وان لم يستطع فبقلبه فهو اضعف الإيمان اى اقل ما وجب للمؤمن
رواه مسلم عن ابى سعيد الخدرى
Dari ayat dan hadits di atas dapat dirumuskan bahwa mekanisme berdakwah, yang berdakwah, dan yang didakwahi sangatlah beragam. Hal ini selaras dengan firman Allah SWT;
قال يابني لاتدخلوا من باب واحد وادخلوا من ابواب متفرقة . يوسف : 67
Janganlah masuk dari pintu satu tapi masuklah dari pintu yang beragam dengan melihat situasi dan kondisi juga kapasitas yang didakwahi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW;
كلموا بقدر عقولهم
Juga firman Allah SWT;
وما ارسلنا من رسول الا بلسان قومه ليبين لهم . ابراهيم : 14
Ketika kita dakwah pada komonitas petani maka sampaikan dengan kemampuan dan kegemaran petani, dengan para pedagang sampaikan dengan metode dan pengetahuan pedagang, dengan intelektual sampaikan dengan metode yang dapat diterima intelektual. Namun yang perlu difahami bahwa mekanisme dakwah dari ayat tersebut di atas adalah dengan fase-fase (urutan) yang tertib.
Pertama dengan hikmah. Banyak ulama' menafsirkannya dengan ilmu yang bermanfaat, atau cukup dengan sikap atau perilaku yang dapat memberi kefahaman kepada orang yang didakwahi.
Kedua mauidhoh hasanah, seminar, petunjuk-petunjuk dll.
Ketiga dialog (diskusi) dengan cara-cara yang baik.
Secara simple dari deskriptif bahwa dakwah dapat dilakukan dengan dua dimensi ;
dengan hal (perbuatan/sikap)
dengan lisan (percakapan)
untuk yang pertama dengan hal, ini yang lebih berpotensi mengantarkan kepada keberhasilan, sebagaimana ungkapan Imam al Ghazali;
لسان الحال افصح من لسان المقال
"bahasa sikap lebih mengena daripada bahasa lisan"
kenapa juga Imam al Ghozali mengatakan ;
ان العظة زكاة ونصابها الإتعاظ ومن لانصاب له فلا زكاة له
Syech Azami dalam kitab Tanwir al Qulub mengatakan;
اذا صدر الكلام من القلب تلقاه القلب واذا صدر الكلام من اللسان تلقاه الاذنان
Hal ini disebabkan bahwa kepedulian seseorang dalam melaksanakan ritualitas ataupun aktifitas yang dapat mendekatkan kepada Allah karena faktor hidayah dari Allah semata. Pun demikian hidayah hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki. Orang-orang yang dikehendaki adalah orang-orang yang mendapat ridlo. Orang-orang yang mendapat ridlo adalah orang-orang yang dicintai. Orang-orang yang dicintai adalah orang-orang yang mencintai. Orang-orang yang mencintai adalah orang-orang yang mempertaruhkan nyawa dan hartanya untuk yang dicintai. Orang-orang yang mempertaruhkan nyawa dan hartanya adalah oarng-orang yang melakukan perintah dan menjauhi larangan, bukan karena untuk kepentingan yang kembali pada hawa nafsunya atau keuntungan yang kembali pada kesenangan duniawi. Hal ini senada dengan firman Allah;
وبما رحمة لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك
Dengan demikian yang akan berhasil dan berpengaruh dalam dakwah kepada orang-orang yang diajaknya adalah orang-orang (da'i) yang berdakwah atas dasar panggilan Allah. Orang-orang yang diberi amanat oleh Allah bukanlah yang ambisius menjadi Da'i apalagi menjadikannya sebagai profesi akan tetapi yang terpanggil menjadi Da'i untuk mensyiarkan syariat Allah. Rasulullah pernah bersabda;
يا عبد الرحمن بن سمرة لاتسأل الامارة فانك ان اعطيتها عن غير مسألة اعنت عليها وان اعطيتها عن مسألة وكلت
اليها الحديث . عن ابى سعيد عبد الرحمن بن سمرة متفق عليه
Dengan demikian saya sarankan agar para santri jangan sekali-kali ambisi menjadi Da'i, akan tetapi harus siap untuk menjadi da'i. Imam al Ghozali mengatakan dalam Ihya'nya;
"jangan mudah memberi mauidhoh kepada orang
yang anda mengetahui bahwa dia tidak akan menerima maudhoh dari anda."
Mungkin inilah yang dimaksud Rasulullah dalam sabdanya;
وان لم يستطع فبقلبه فهو اضعف الإيمان رواه مسلم عن ابى سعيد الخدرى
Kurang lebihnya mohon maaf,
اخر الكلام اهدنا الصراط المستقيم وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Dipresentasikan pada Seminar Sehari
"metodologi Dakwah Islam"
Oleh : al Ustadz Azizi Hasbullah
بسم الله الرحمن الرحيم الحمدلله رب العالمين والعاقبة للمتقين ولاعدوان الاعلى الظالمين والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ولاحول ولاقوة الابالله العلى العظيم أما بعد :
Kepada para pembaca dan teman santri kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk menulis makalah dan berdialog tentang metodologi dakwah, dengan penulisan yang begitu acak-acakan karena terdesak waktu dan kesibukan yang begitu padat. Tentunya banyak kekurangan-kekurangan terlebih dari sisi bahasa, namun semoga tidak mengurangi esensi dari makalah ini dan bisa membawa manfaat. Amin.
Sebelum kita berbicara tentang metodologi dakwah, terlebih dahulu kita harus tahu arti dakwah itu sendiri agar mengarah pada sasaran.
Devinisi Dakwah
Secara etimologi (bahasa) adalah mengajak baik untuk kebaikan atau kejelekan, bisa juga berarti memanggil, juga bisa diartikan meminta. Secara terminologi adalah mengajak untuk menuju jalan kebenaran, yaitu jalan Allah SWT.
Tujuan Dakwah
Tujuan utamanya adalah menegakkan kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia di dunia sampai akhirat, dakwah sebagai realisasi "amar ma'ruf nahi munkar" yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan tujuan berkhidmah kepada-Nya merupakan ungkapan atas pengakuan sebagai hamba. Dakwah juga sebagai salah satu bentuk dari ibadah, dengan demikian para Da'i mestinya menyadari bahwa dirinya berdakwah semata-mata mencari ridlo Allah, jangan sampai dipengaruhi dengan kepentingan-kepentingan hawa nafsu.
Hukum Dakwah
Allah SWT berfirman ;
1- ولتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر واولئك هم المفلحون . أل عمران : 104
2- فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى الدين ولينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلهم يحذرون . التوبة : 12
Dari ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah yang sebagai bentuk realisasi "amar ma'ruf nahi munkar" hukumnya fardlu kifayah (kewajiban kolektif) bukan merupakan fardlu 'ain (kewajiban indifidu) dengan tujuan untuk menguji ketaatan seorang hamba. Dan yang terpenting adalah hasil tujuan dan cita-cita dari dakwah itu sendiri, bukan dilihat dari siapa pelakunya.
Pencetus (produsen)
Adalah syariat yakni Allah SWT atau Rasulullah SAW, firman Allah ;
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتى هى احسن . النحل : 125
Sabda beliau Rasulullah SAW;
1- بلغوا عنى ولو اية
2- من رأى منكم منكرا فليغير بيده وان لم يستطع فبلسانه وان لم يستطع فبقلبه فهو اضعف الإيمان
رواه مسلم عن ابى سعيد الخدرى
Sasaran/Target الموضوع))
Sasaran dakwah adalah kepada orang-orang yang membutuhkan untuk didakwahi, karena memang realitas perbuatan dan perilakunya yang masih kurang cocok dan belum sesuai dengan jalan Allah, agar mereka mendekat kepada-Nya.
Nisbah (hubungan)
Dakwah merupakan salah satu manifestasi ibadah yang berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, karena manfaatnya yang tidak hanya untuk pribadi (القاصر) tapi untuk orang lain (المتعدى).
Faidah /Hasil
Untuk keselamatan yang berdakwah (da'i) sehingga keluar dari tuntutan khithob (perintah) dan mendapat anugerah gelar keagungan/kemuliaan (عظيما) di hadapan Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW ;
من علم وعمل وعلم يدعى عظيما فى ملكوت السموات والأرض
Dasar Pengambilan (استمداده)
Dari konsep al Qur'an atau al Hadits. Dari al Qur'an seperti firman Allah SWT;
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتى هى احسن . النحل : 125
Adapun dari al Hadits adalah sabda Rasulullah SAW;
من رأى منكم منكرا فليغير بيده وان لم يستطع فبلسانه وان لم يستطع فبقلبه فهو اضعف الإيمان اى اقل ما وجب للمؤمن
رواه مسلم عن ابى سعيد الخدرى
Dari ayat dan hadits di atas dapat dirumuskan bahwa mekanisme berdakwah, yang berdakwah, dan yang didakwahi sangatlah beragam. Hal ini selaras dengan firman Allah SWT;
قال يابني لاتدخلوا من باب واحد وادخلوا من ابواب متفرقة . يوسف : 67
Janganlah masuk dari pintu satu tapi masuklah dari pintu yang beragam dengan melihat situasi dan kondisi juga kapasitas yang didakwahi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW;
كلموا بقدر عقولهم
Juga firman Allah SWT;
وما ارسلنا من رسول الا بلسان قومه ليبين لهم . ابراهيم : 14
Ketika kita dakwah pada komonitas petani maka sampaikan dengan kemampuan dan kegemaran petani, dengan para pedagang sampaikan dengan metode dan pengetahuan pedagang, dengan intelektual sampaikan dengan metode yang dapat diterima intelektual. Namun yang perlu difahami bahwa mekanisme dakwah dari ayat tersebut di atas adalah dengan fase-fase (urutan) yang tertib.
Pertama dengan hikmah. Banyak ulama' menafsirkannya dengan ilmu yang bermanfaat, atau cukup dengan sikap atau perilaku yang dapat memberi kefahaman kepada orang yang didakwahi.
Kedua mauidhoh hasanah, seminar, petunjuk-petunjuk dll.
Ketiga dialog (diskusi) dengan cara-cara yang baik.
Secara simple dari deskriptif bahwa dakwah dapat dilakukan dengan dua dimensi ;
dengan hal (perbuatan/sikap)
dengan lisan (percakapan)
untuk yang pertama dengan hal, ini yang lebih berpotensi mengantarkan kepada keberhasilan, sebagaimana ungkapan Imam al Ghazali;
لسان الحال افصح من لسان المقال
"bahasa sikap lebih mengena daripada bahasa lisan"
kenapa juga Imam al Ghozali mengatakan ;
ان العظة زكاة ونصابها الإتعاظ ومن لانصاب له فلا زكاة له
Syech Azami dalam kitab Tanwir al Qulub mengatakan;
اذا صدر الكلام من القلب تلقاه القلب واذا صدر الكلام من اللسان تلقاه الاذنان
Hal ini disebabkan bahwa kepedulian seseorang dalam melaksanakan ritualitas ataupun aktifitas yang dapat mendekatkan kepada Allah karena faktor hidayah dari Allah semata. Pun demikian hidayah hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki. Orang-orang yang dikehendaki adalah orang-orang yang mendapat ridlo. Orang-orang yang mendapat ridlo adalah orang-orang yang dicintai. Orang-orang yang dicintai adalah orang-orang yang mencintai. Orang-orang yang mencintai adalah orang-orang yang mempertaruhkan nyawa dan hartanya untuk yang dicintai. Orang-orang yang mempertaruhkan nyawa dan hartanya adalah oarng-orang yang melakukan perintah dan menjauhi larangan, bukan karena untuk kepentingan yang kembali pada hawa nafsunya atau keuntungan yang kembali pada kesenangan duniawi. Hal ini senada dengan firman Allah;
وبما رحمة لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك
Dengan demikian yang akan berhasil dan berpengaruh dalam dakwah kepada orang-orang yang diajaknya adalah orang-orang (da'i) yang berdakwah atas dasar panggilan Allah. Orang-orang yang diberi amanat oleh Allah bukanlah yang ambisius menjadi Da'i apalagi menjadikannya sebagai profesi akan tetapi yang terpanggil menjadi Da'i untuk mensyiarkan syariat Allah. Rasulullah pernah bersabda;
يا عبد الرحمن بن سمرة لاتسأل الامارة فانك ان اعطيتها عن غير مسألة اعنت عليها وان اعطيتها عن مسألة وكلت
اليها الحديث . عن ابى سعيد عبد الرحمن بن سمرة متفق عليه
Dengan demikian saya sarankan agar para santri jangan sekali-kali ambisi menjadi Da'i, akan tetapi harus siap untuk menjadi da'i. Imam al Ghozali mengatakan dalam Ihya'nya;
"jangan mudah memberi mauidhoh kepada orang
yang anda mengetahui bahwa dia tidak akan menerima maudhoh dari anda."
Mungkin inilah yang dimaksud Rasulullah dalam sabdanya;
وان لم يستطع فبقلبه فهو اضعف الإيمان رواه مسلم عن ابى سعيد الخدرى
Kurang lebihnya mohon maaf,
اخر الكلام اهدنا الصراط المستقيم وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Dipresentasikan pada Seminar Sehari
"metodologi Dakwah Islam"
Oleh : al Ustadz Azizi Hasbullah