SEKAPUR SIRIH
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العلمين الصلاة والسلام علي سيدنا محمد صلي الله عليه وسلم الذي قال "طلب العلم فريضة علي كل مسلم ومسلمة " وعلي أله وأصحابه أجمين
Puji syukur, kami haturkan kepada Allah 'azza wa jalla. Shalawat serta salam dari Allah semoga tercurahkan kepada beliau uswah al-hasanah Muhammad SAW. Al-nabiy, al-rosul 'ala al-alamiin.
Berawal dari sebuah obrolan ma'a ashabiy alias bareng teman-teman sambil ngopi dan nyete 76 diwarung selatan pondok putra Ponpes An-nawawi, kemudian berlanjut pada bahasan yang lebih serius untuk belajar ushul fiqh dengan metode diskusi -walaupun diskusinya belum berjalan seperti yang diinginkan-, kami dan teman-teman mencoba untuk belajar membaca dan memahamui kitab usul fiqh Mabadi' al-Awaliyah. Kemudian kami berniat untuk menterjemahkannya. Termotivasi oleh semangat beliau mas H. M. Khoirul Fata (al-marhum) "ghofara Allah lah" dalam belajar ketika beliau masih bersama-sama kami (fi hayati al-dunya) serta dengan harapan semoga kami dan teman-teman santri PP. An-Nawawi bisa mempunyai semangat seperti beliau dalam belajar. Dan yang pasti beliau KH. Achmad Chalwani beserta zdurriyahnya ridho pada kita sehingga Allah pun ridha pada kita.
Harapan kami, terjemahan kitab Mabadi' al-Awaliyah ini dapat menjadi motivasi para santri khususnya teman-teman di PP. An-Nawawi Berjan Purworejo dalam bwelajar baik dengan metode membaca, menulis atau lainnya. Dan semoga bisa menjadikan washilah bagi kami untuk mendapatkan ilmu yang nafi' fiy al-dunya wa al-akhirat.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penterjemahan ini. Terlebih guru fan kitab Mabadi' al-Awaliyah kami yaitu bapak Sahlan, S.Ag., MSI.dan mustahiq kelas II MDU yang senantiasa memberi suport dan membesarkan hati kami sehingga dengan kemampuan yang kami miliki akhirnya dapat terselesaikan apa yang telah menjadi harapan kami. Terakhir, untuk koreksi, tentunya dalam terjemahan ini tidak sesempurna sesuai apa yang diharapkan. Apabila ditemukan kekurangan sangat kami harapkan masukan dan saran dari para pembaca yang budiman.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Berjan, 9 juni 2009-06-09
TTM
DAFTAR ISI
Halaman Judul I
Sambutan Mustahiq II
Sekapur sirih III
Daftar isi IV
1. Al-Qism al-awwal Ushul al-Fiqh 1
2. Al-Ahkam 2
3. Al-Mabhats al-awwal fiy al-Amr 4
4. Al-Mabhats al-tsani fiy al-Nahyi 5
5. Al-Mabhats al-talits fiy al-'Am 7
6. Al-Mabhats al-al-rabi' fiy al-Khas wa al-Takhshis 8
7. Al-Mabhats al-khamis fiy al-Naskh 12
8. Al-Mabhats al-sadis fiy al-Mujmal 15
9. Al-Mabhats al-sabi' fiy al-Muthlaq wa al-Muqayyad 16
10. Al-Mabhats al-tsamin fiy al-Mafhum wa al-Mantuq 17
11. Al-Mabhats al-tasi' fiy Fi'l shahib al-syari'ah 19
12. Al-Mabhats al-'asyir fiy Iqrar shahib al-syari'ah 20
13. Al-Mabhats al-hadiy 'asyara fiy al-Ijma' 21
14. Al-Mabhats al-tsani 'asyara fiy al-Qiyas 22
15. Al-Mabhats al-tsalits 'asyara fiy al-Ijtihad, al-Ittiba', al-Taqlid 23
16. Al-Qism al-tsani Qawa'id al-Fiqh 25
17. Kaidah ke-1 25
18. Kaidah ke-2 25
19. Kaidah ke-3 25
20. Kaidah ke-4 26
22. Kaidah ke-6 27
21. Kaidah ke-5 26
23. Kaidah ke-7 27
24. Kaidah ke-8 27
25. Kaidah ke-9 28
26. Kaidah ke-10 28
27. Kaidah ke-11 28
28. Kaidah ke-12 29
29. Kaidah ke-13 30
30. Kaidah ke-14 30
31. Kaidah ke-15 30
32. Kaidah ke-16 31
33. Kaidah ke-17 31
34. Kaidah ke-18 31
35. Kaidah ke-19 32
36. Kaidah ke-20 32
37. Kaidah ke-21 33
38. Kaidah ke-22 33
39. Kaidah ke-23 33
40. Kaidah ke-24 34
41. Kaidah ke-25 34
42. Kaidah ke-26 35
43. Kaidah ke-27 35
44. Kaidah ke-28 35
45. Kaidah ke-29 36
46. Kaidah ke-30 36
47. Kaidah ke-31 37
48. Kaidah ke-32 37
49. Kaidah ke-33 37
50. Kaidah ke-34 38
51. Kaidah ke-35 38
52. Kaidah ke-36 38
53. Kaidah ke-37 39
54. Kaidah ke-38 39
55. Kaidah ke-39 39
56. Kaidah ke-40 40
﴿ القسم الأول ﴾
فى اصول الفقه
الأصل لغة ما بني عليه غيره كأصل الشجرة أي أساسه وأصل الشجرة أى طرفها الثابت فى الأرض فأصول الفقه أساسه والفرع ما بني عليه غيره كفروع الشجرة لأصلها وفروع الفقه لأصوله
والأصل إصطلاحا يقال على الدليل والقاعدة الكلية كقولهم أصل وجوب الصلاة الكتاب أي الدليل على وجوبها الكتاب قال الله تعالى أقيموا الصلاة...الاية وقولهم إباحة الميتة للمضطر خلافُ الاصل اي مخالف للقاعدة الكلية وهي كل ميتة حرام قال الله تعالى انما حرم عليكم الميتة...الاية
أصول الفقه دليل الفقه على سبيل الاجمال كقولهم : مطلق الأمر للوجوب ومطلق النهي للتحريم ومطلق فعل النبى صلى الله عليه وسلم ومطلق الاجماع ومطلق القياس حجج
الفقه لغة الفهم فقهت كلامك أى فهمته وﺇصطلاحا العلم بالأحكام الشرعية التى طريقها الاجتهاد كالعلم بأن النية فى الوضوء واجبة ونحو ذلك من المسايل الاجتهادية قال النبي صلى الله عليه وسلم " ﺇنما الأعمال بالنية " رواه البخارى. بخلاف العلم بالأحكام التى ليس طريقها الاجتهاد كالعلم بأن الصلوات الخمس واجبة وأن الزنا محرم ونحو ذلك من المسايل القطعية فلا يسمى العلم بما ذكر فقها.
العلم : صفة ينكشف بها المطلوب ﺇنكشافا تاما
والجهل : عدم العلم بالشيء
والظن : الادراك الراجح لأحد الأمرين
والوهم الادراك المرجوح لأحد الأمرين
والشك : الادراك المستوى بين الأمرين
فتردد فى قيام زيد ونفيه على السواء شك ومع رجحان الثبوت والانتفاء ظن ومع مرجوح فى أحدهما وهم والمراد بالعلم فى تعريف الفقه يشمل الظن
BAGIAN AWAL
USHUL FIQH
Asal (al-ashlu) secara bahasa adalah sesuatu yang menjadi sandaran. Seperti akar yang menjadi dasar tumbuhnya sebuah pohon dan ushul al-fiqh yang menjadi pondasi fiqh. Sedangkan cabang (al-far') adalah sesuatu yang dididrikan diatas sesuatu yang lain. Seperti cabang-cabang pohon (batang dan lainnya) yang berdiri diatas akarnya, dan fiqh yang berdiri diatas ushul-nya.
Menurut istilah asal adalah dalil dan kaidah kulliyat. Seperti perkataan ulama' bahwa dasar wajibnya shalat adalah al-Kitab (al-Quran). Maksudnya dalil yang mewajibkan shalat adalah al-Quran. Allah berfirman dalam QS. al-Baqarah (2): 43.
...الاية
Artinya : “….dan dirikanlah shalat…”
Pendapat ulama' yang menyatakan diperbolehkannya memakan bangkai dalam kondisi darurat (emergency), adalah bertentangan dengan kaidah kulliyat yang berbunyi; "kullu mayyitah harām" artinya : setiap bangkai haram hukumnya. Kaidah ini bersumber dari firman Allah SWT. Yang berbunyi :
" " انما حرم عليكم الميتة
Ushul fiqh merupakan dalil fiqh global. Seperti kemutlakan amr (perintah) menunjukkan makna wajib, mutlaknya nahi (larangan) menunjukkan keharaman, mutlaknya perbuatan Nabi (af'al al-Nabi), mutlaknya ijma', dan mutlaknya qiyas yang kesemuanya itu merupakan hujjah.
lafal “fiqh” dalam bahasa Arab mempunyai arti faham (al-fahm). Sedangkan dalam terminologi syar'iy, fiqh ialah mengetahui hukum-hukum syari'at yang diperoleh dengan jalan ijtihad. Seperti mengetahui bahwa niat dalam wudhu merupakan suatu kewajiban, dan berbagai permasalahan lain yang masuk dalam ranah ijtihadiyah. Fiqh, berbeda dengan hukum-hukum syari'at yang diketahui tanpa menggunakan metode ijtihad. Seperti mengetahui bahwa shalat lima waktu adalah wajib, perbuatan zina adalah haram, dan berbagai permasalahan lain yang ditetapkan dengan dalil qath'iy. Ilmu seperti ini tidak dinamakan fiqih.
Sedangkan ilmu (العلم) adalah sifat yang dengannya sesuatu yang di kehendaki bisa diketahui dengan sempurna. bodoh (الجهل) adalah tidak adanya pengetahuan akan sesuatu perkara. Dzan (الظن) adalah menilai sesuatu yang lebih kuat dari dua perkara. Wahm (الوهم) adalah menemukan sesuatu yang kurang kuat dari dua perkara. Syak (الشك) adalah menemukan persamaan pada dua perkara.
Keraguan yang timbul tentanga antara apakah seseorang bernama Zaid sedang berdiri atau tidak yang sama-sama kuat dinamakan syak, jika lebih unggul salah satunya dinamakan dzan, dan ketika mengunggulkan salah satu antara keadaan Zaid sedang berdiri atau tidak sedang berdiri dinamakan wahm. Dalam kaitan ini, ilmu dalam pengertian fiqih mengandung pengertian dzan (prasangka). Maksudnya, sebagaimana dalam pembahasan selanjutnya, akan diketemukan adanya kaidah yang menyatakan bahwa produk ijtihad sebagai salah satu mekanisme metode penggalian hukum dalam islam masuk dalam kategori zdanniy (prasangka) dan bukannya qath'iy (pasti).
﴿ الأحكام ﴾
الأحكام تسعة : الواجب والمندوب والمباح والحرام والمكروه والصحيح والباطل والرخصة والعزيمة.
فالواجب : مايثاب على فعله ويعاقب على تركه . كالصلوات الخمس وصوم رمضان.
المندوب : مايثاب على فعله ولايعاقب على تركه . كتحية المسجد.
الحرام : مايثاب على تركه ويعاقب على فعله . كالربا وفعل المفسدة
المكروه : مايثاب على تركه ولايعاقب على فعله . كتقديم اليسرى على اليمنى فى الوضوء
المباح : ما لا يثاب على فعله ولايعاقب على تركه . كالنوم فى النهار.
الصحيح : ما يجتمع فيه الركن والشرط
الباطل : ما لا يجتمع فيه الركن والشرط
الركن : ما يتوقف عليه صحة الشيء وكان جزأ منه. كغسل الوجه للوضوء وتكبيرة الاحرام للصلاة
الشرط : ما يتوقف عليه صحة الشيء وليس جزأ منه. كماء مطلق للوضوء وستر العورة للصلاة.
الرخصة : هي الحكم الذى يتغير من سعوبة الى سهولة مع قيام سبب الحكم الاصلي . كجوز الفطر للمسافر لا يجهده الصوم وأكل الميتة للمضطر
العزيمة : هي الحكم كوجوب الصلوابت الخمس وحرمة اكل الميتة لغير المضطر.
PEMBAGIAN HUKUM SYARI'AT
Al-Ahkam al-Syar’iy (hukum-hukum syariat) dibagi menjadi sembilan, yaitu: wajib, mandub, mubah, haram, makruh, sahih, bathil, rukhshah dan 'azimah. Adapun definisi masing-masing sembilan hukum tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wajib, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan ketika ditinggalkan akan disiksa. Seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan.
2. Mandub, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan apabila ditinggalkan tidak akan disiksa. Seperti shalat tahiyat masjid.
3. Haram, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan akan diberi pahala dan apabila dikerjakan akan disiksa. Seperti riba dan melakukan kerusakan.
4. Makruh, yaitu sesuatu yang diberi pahala apabila ditinggalkan, tapi tidak disiksa apabila dikerjakan. Seperti mendahulukan bagian yang kiri dalam wudhu.
5. Mubah, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan dan dikerjakan tidak mendapat pahala dan siksa. Seperti tidur siang hari.
6. Shahih, yaitu sesuatu yang didalamnya mencakup rukun dan syarat.
7. Bathil, yaitu sesuatu yang didalamnya tidak mencakup rukun dan syarat.
Rukun adalah sesuatu yang menyebabakan sahnya sesuatu (pekerjaan) dan ia merupakan bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) itu. Seperti membasuh wajah dalam berwudhu dan takbiratul ihram dalam shalat. Adapun syarat adalah sesuatu yang menyebabkan sahnya sesuatu (pekerjaan), namun ia bukanlah bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) tersebut.
8. Rukhshah, yaitu perubahan hukum dari berat menjadi ringan, sedangkan sebab hukum asalnya masih tetap. Seperti diperbolehkannya membatalkan puasa bagi musafir meskipun ia tidak merasa keberatan untuk melanjutkan puasanya. Dan diperbolehkan memakan bangkai bagi orang yang terpaksa.
9. ‘Azimah, yaitu hukum seperti kewajiban shalat lima waktu dan haramnya memakan bangkai bagi yang tidak terpaksa.
ويتعلق باصول الفقه مباحث
﴿ المبحث الاول في الامر ﴾
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العلمين الصلاة والسلام علي سيدنا محمد صلي الله عليه وسلم الذي قال "طلب العلم فريضة علي كل مسلم ومسلمة " وعلي أله وأصحابه أجمين
Puji syukur, kami haturkan kepada Allah 'azza wa jalla. Shalawat serta salam dari Allah semoga tercurahkan kepada beliau uswah al-hasanah Muhammad SAW. Al-nabiy, al-rosul 'ala al-alamiin.
Berawal dari sebuah obrolan ma'a ashabiy alias bareng teman-teman sambil ngopi dan nyete 76 diwarung selatan pondok putra Ponpes An-nawawi, kemudian berlanjut pada bahasan yang lebih serius untuk belajar ushul fiqh dengan metode diskusi -walaupun diskusinya belum berjalan seperti yang diinginkan-, kami dan teman-teman mencoba untuk belajar membaca dan memahamui kitab usul fiqh Mabadi' al-Awaliyah. Kemudian kami berniat untuk menterjemahkannya. Termotivasi oleh semangat beliau mas H. M. Khoirul Fata (al-marhum) "ghofara Allah lah" dalam belajar ketika beliau masih bersama-sama kami (fi hayati al-dunya) serta dengan harapan semoga kami dan teman-teman santri PP. An-Nawawi bisa mempunyai semangat seperti beliau dalam belajar. Dan yang pasti beliau KH. Achmad Chalwani beserta zdurriyahnya ridho pada kita sehingga Allah pun ridha pada kita.
Harapan kami, terjemahan kitab Mabadi' al-Awaliyah ini dapat menjadi motivasi para santri khususnya teman-teman di PP. An-Nawawi Berjan Purworejo dalam bwelajar baik dengan metode membaca, menulis atau lainnya. Dan semoga bisa menjadikan washilah bagi kami untuk mendapatkan ilmu yang nafi' fiy al-dunya wa al-akhirat.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penterjemahan ini. Terlebih guru fan kitab Mabadi' al-Awaliyah kami yaitu bapak Sahlan, S.Ag., MSI.dan mustahiq kelas II MDU yang senantiasa memberi suport dan membesarkan hati kami sehingga dengan kemampuan yang kami miliki akhirnya dapat terselesaikan apa yang telah menjadi harapan kami. Terakhir, untuk koreksi, tentunya dalam terjemahan ini tidak sesempurna sesuai apa yang diharapkan. Apabila ditemukan kekurangan sangat kami harapkan masukan dan saran dari para pembaca yang budiman.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Berjan, 9 juni 2009-06-09
TTM
DAFTAR ISI
Halaman Judul I
Sambutan Mustahiq II
Sekapur sirih III
Daftar isi IV
1. Al-Qism al-awwal Ushul al-Fiqh 1
2. Al-Ahkam 2
3. Al-Mabhats al-awwal fiy al-Amr 4
4. Al-Mabhats al-tsani fiy al-Nahyi 5
5. Al-Mabhats al-talits fiy al-'Am 7
6. Al-Mabhats al-al-rabi' fiy al-Khas wa al-Takhshis 8
7. Al-Mabhats al-khamis fiy al-Naskh 12
8. Al-Mabhats al-sadis fiy al-Mujmal 15
9. Al-Mabhats al-sabi' fiy al-Muthlaq wa al-Muqayyad 16
10. Al-Mabhats al-tsamin fiy al-Mafhum wa al-Mantuq 17
11. Al-Mabhats al-tasi' fiy Fi'l shahib al-syari'ah 19
12. Al-Mabhats al-'asyir fiy Iqrar shahib al-syari'ah 20
13. Al-Mabhats al-hadiy 'asyara fiy al-Ijma' 21
14. Al-Mabhats al-tsani 'asyara fiy al-Qiyas 22
15. Al-Mabhats al-tsalits 'asyara fiy al-Ijtihad, al-Ittiba', al-Taqlid 23
16. Al-Qism al-tsani Qawa'id al-Fiqh 25
17. Kaidah ke-1 25
18. Kaidah ke-2 25
19. Kaidah ke-3 25
20. Kaidah ke-4 26
22. Kaidah ke-6 27
21. Kaidah ke-5 26
23. Kaidah ke-7 27
24. Kaidah ke-8 27
25. Kaidah ke-9 28
26. Kaidah ke-10 28
27. Kaidah ke-11 28
28. Kaidah ke-12 29
29. Kaidah ke-13 30
30. Kaidah ke-14 30
31. Kaidah ke-15 30
32. Kaidah ke-16 31
33. Kaidah ke-17 31
34. Kaidah ke-18 31
35. Kaidah ke-19 32
36. Kaidah ke-20 32
37. Kaidah ke-21 33
38. Kaidah ke-22 33
39. Kaidah ke-23 33
40. Kaidah ke-24 34
41. Kaidah ke-25 34
42. Kaidah ke-26 35
43. Kaidah ke-27 35
44. Kaidah ke-28 35
45. Kaidah ke-29 36
46. Kaidah ke-30 36
47. Kaidah ke-31 37
48. Kaidah ke-32 37
49. Kaidah ke-33 37
50. Kaidah ke-34 38
51. Kaidah ke-35 38
52. Kaidah ke-36 38
53. Kaidah ke-37 39
54. Kaidah ke-38 39
55. Kaidah ke-39 39
56. Kaidah ke-40 40
﴿ القسم الأول ﴾
فى اصول الفقه
الأصل لغة ما بني عليه غيره كأصل الشجرة أي أساسه وأصل الشجرة أى طرفها الثابت فى الأرض فأصول الفقه أساسه والفرع ما بني عليه غيره كفروع الشجرة لأصلها وفروع الفقه لأصوله
والأصل إصطلاحا يقال على الدليل والقاعدة الكلية كقولهم أصل وجوب الصلاة الكتاب أي الدليل على وجوبها الكتاب قال الله تعالى أقيموا الصلاة...الاية وقولهم إباحة الميتة للمضطر خلافُ الاصل اي مخالف للقاعدة الكلية وهي كل ميتة حرام قال الله تعالى انما حرم عليكم الميتة...الاية
أصول الفقه دليل الفقه على سبيل الاجمال كقولهم : مطلق الأمر للوجوب ومطلق النهي للتحريم ومطلق فعل النبى صلى الله عليه وسلم ومطلق الاجماع ومطلق القياس حجج
الفقه لغة الفهم فقهت كلامك أى فهمته وﺇصطلاحا العلم بالأحكام الشرعية التى طريقها الاجتهاد كالعلم بأن النية فى الوضوء واجبة ونحو ذلك من المسايل الاجتهادية قال النبي صلى الله عليه وسلم " ﺇنما الأعمال بالنية " رواه البخارى. بخلاف العلم بالأحكام التى ليس طريقها الاجتهاد كالعلم بأن الصلوات الخمس واجبة وأن الزنا محرم ونحو ذلك من المسايل القطعية فلا يسمى العلم بما ذكر فقها.
العلم : صفة ينكشف بها المطلوب ﺇنكشافا تاما
والجهل : عدم العلم بالشيء
والظن : الادراك الراجح لأحد الأمرين
والوهم الادراك المرجوح لأحد الأمرين
والشك : الادراك المستوى بين الأمرين
فتردد فى قيام زيد ونفيه على السواء شك ومع رجحان الثبوت والانتفاء ظن ومع مرجوح فى أحدهما وهم والمراد بالعلم فى تعريف الفقه يشمل الظن
BAGIAN AWAL
USHUL FIQH
Asal (al-ashlu) secara bahasa adalah sesuatu yang menjadi sandaran. Seperti akar yang menjadi dasar tumbuhnya sebuah pohon dan ushul al-fiqh yang menjadi pondasi fiqh. Sedangkan cabang (al-far') adalah sesuatu yang dididrikan diatas sesuatu yang lain. Seperti cabang-cabang pohon (batang dan lainnya) yang berdiri diatas akarnya, dan fiqh yang berdiri diatas ushul-nya.
Menurut istilah asal adalah dalil dan kaidah kulliyat. Seperti perkataan ulama' bahwa dasar wajibnya shalat adalah al-Kitab (al-Quran). Maksudnya dalil yang mewajibkan shalat adalah al-Quran. Allah berfirman dalam QS. al-Baqarah (2): 43.
...الاية
Artinya : “….dan dirikanlah shalat…”
Pendapat ulama' yang menyatakan diperbolehkannya memakan bangkai dalam kondisi darurat (emergency), adalah bertentangan dengan kaidah kulliyat yang berbunyi; "kullu mayyitah harām" artinya : setiap bangkai haram hukumnya. Kaidah ini bersumber dari firman Allah SWT. Yang berbunyi :
" " انما حرم عليكم الميتة
Ushul fiqh merupakan dalil fiqh global. Seperti kemutlakan amr (perintah) menunjukkan makna wajib, mutlaknya nahi (larangan) menunjukkan keharaman, mutlaknya perbuatan Nabi (af'al al-Nabi), mutlaknya ijma', dan mutlaknya qiyas yang kesemuanya itu merupakan hujjah.
lafal “fiqh” dalam bahasa Arab mempunyai arti faham (al-fahm). Sedangkan dalam terminologi syar'iy, fiqh ialah mengetahui hukum-hukum syari'at yang diperoleh dengan jalan ijtihad. Seperti mengetahui bahwa niat dalam wudhu merupakan suatu kewajiban, dan berbagai permasalahan lain yang masuk dalam ranah ijtihadiyah. Fiqh, berbeda dengan hukum-hukum syari'at yang diketahui tanpa menggunakan metode ijtihad. Seperti mengetahui bahwa shalat lima waktu adalah wajib, perbuatan zina adalah haram, dan berbagai permasalahan lain yang ditetapkan dengan dalil qath'iy. Ilmu seperti ini tidak dinamakan fiqih.
Sedangkan ilmu (العلم) adalah sifat yang dengannya sesuatu yang di kehendaki bisa diketahui dengan sempurna. bodoh (الجهل) adalah tidak adanya pengetahuan akan sesuatu perkara. Dzan (الظن) adalah menilai sesuatu yang lebih kuat dari dua perkara. Wahm (الوهم) adalah menemukan sesuatu yang kurang kuat dari dua perkara. Syak (الشك) adalah menemukan persamaan pada dua perkara.
Keraguan yang timbul tentanga antara apakah seseorang bernama Zaid sedang berdiri atau tidak yang sama-sama kuat dinamakan syak, jika lebih unggul salah satunya dinamakan dzan, dan ketika mengunggulkan salah satu antara keadaan Zaid sedang berdiri atau tidak sedang berdiri dinamakan wahm. Dalam kaitan ini, ilmu dalam pengertian fiqih mengandung pengertian dzan (prasangka). Maksudnya, sebagaimana dalam pembahasan selanjutnya, akan diketemukan adanya kaidah yang menyatakan bahwa produk ijtihad sebagai salah satu mekanisme metode penggalian hukum dalam islam masuk dalam kategori zdanniy (prasangka) dan bukannya qath'iy (pasti).
﴿ الأحكام ﴾
الأحكام تسعة : الواجب والمندوب والمباح والحرام والمكروه والصحيح والباطل والرخصة والعزيمة.
فالواجب : مايثاب على فعله ويعاقب على تركه . كالصلوات الخمس وصوم رمضان.
المندوب : مايثاب على فعله ولايعاقب على تركه . كتحية المسجد.
الحرام : مايثاب على تركه ويعاقب على فعله . كالربا وفعل المفسدة
المكروه : مايثاب على تركه ولايعاقب على فعله . كتقديم اليسرى على اليمنى فى الوضوء
المباح : ما لا يثاب على فعله ولايعاقب على تركه . كالنوم فى النهار.
الصحيح : ما يجتمع فيه الركن والشرط
الباطل : ما لا يجتمع فيه الركن والشرط
الركن : ما يتوقف عليه صحة الشيء وكان جزأ منه. كغسل الوجه للوضوء وتكبيرة الاحرام للصلاة
الشرط : ما يتوقف عليه صحة الشيء وليس جزأ منه. كماء مطلق للوضوء وستر العورة للصلاة.
الرخصة : هي الحكم الذى يتغير من سعوبة الى سهولة مع قيام سبب الحكم الاصلي . كجوز الفطر للمسافر لا يجهده الصوم وأكل الميتة للمضطر
العزيمة : هي الحكم كوجوب الصلوابت الخمس وحرمة اكل الميتة لغير المضطر.
PEMBAGIAN HUKUM SYARI'AT
Al-Ahkam al-Syar’iy (hukum-hukum syariat) dibagi menjadi sembilan, yaitu: wajib, mandub, mubah, haram, makruh, sahih, bathil, rukhshah dan 'azimah. Adapun definisi masing-masing sembilan hukum tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wajib, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan ketika ditinggalkan akan disiksa. Seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan.
2. Mandub, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan apabila ditinggalkan tidak akan disiksa. Seperti shalat tahiyat masjid.
3. Haram, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan akan diberi pahala dan apabila dikerjakan akan disiksa. Seperti riba dan melakukan kerusakan.
4. Makruh, yaitu sesuatu yang diberi pahala apabila ditinggalkan, tapi tidak disiksa apabila dikerjakan. Seperti mendahulukan bagian yang kiri dalam wudhu.
5. Mubah, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan dan dikerjakan tidak mendapat pahala dan siksa. Seperti tidur siang hari.
6. Shahih, yaitu sesuatu yang didalamnya mencakup rukun dan syarat.
7. Bathil, yaitu sesuatu yang didalamnya tidak mencakup rukun dan syarat.
Rukun adalah sesuatu yang menyebabakan sahnya sesuatu (pekerjaan) dan ia merupakan bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) itu. Seperti membasuh wajah dalam berwudhu dan takbiratul ihram dalam shalat. Adapun syarat adalah sesuatu yang menyebabkan sahnya sesuatu (pekerjaan), namun ia bukanlah bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) tersebut.
8. Rukhshah, yaitu perubahan hukum dari berat menjadi ringan, sedangkan sebab hukum asalnya masih tetap. Seperti diperbolehkannya membatalkan puasa bagi musafir meskipun ia tidak merasa keberatan untuk melanjutkan puasanya. Dan diperbolehkan memakan bangkai bagi orang yang terpaksa.
9. ‘Azimah, yaitu hukum seperti kewajiban shalat lima waktu dan haramnya memakan bangkai bagi yang tidak terpaksa.
ويتعلق باصول الفقه مباحث
﴿ المبحث الاول في الامر ﴾