Recents in Beach

header ads

terjemahsanusiah2

Wahdaniyyah (esa)
Bukti bahwa Alloh itu Maha Esa adalah, seandainya Alloh tidak esa,pastilah alam ini
tidak terwujud sama sekali, karena lemahnya Alloh sendiri ketika itu. Misal seandainya di
situ ada dua tuhan, maka kemungkinan bisa terjadi perselisihan diantara keduanya, yang
satu menghendaki menciptakan sesuatu, sedang yang lain malah menghendaki
meniadakannya, maka ketika itu pasti keduanya lemah, karena tujuan keduanya tak
mungkin terwujud secara bersamaan, karena mengadakan dan meniadakan adalah
perbuatan yang saling berlawanan, tak terwujud pula tujuan salah satunya saja, karena hal
itu menunjukkan lemahnya tuhan yang tujuannya tak terwujud, sedang kedua tuhan itu
harus mempunyai sifat yang sama, sehingga hal itu pula menunjukkan kelemahan yang
lainnya. Diriwayatkan bahwa Ibnu Rusydi pernah berkata : “ketika salah satu tujuannya
terwujud, yang lain tidak, maka yang terwujud tujuannya itulah Tuhan yang sebenarnya
(al-ilah)”.
7.Qudroh (kuasa), Irodah (berkehendak), ‘Ilmu (tahu) dan Khayat (hidup)
Tuhan 4 Tuhan 3 Tuhan 2 Tuhan 1

Dsb Tuhan 6 Tuhan 5

Bukti Alloh bersifat qudroh, irodah, ‘ilmu dan khayat adalah, seandainya Alloh tidak
memiliki salah satu dari keempat sifat itu, maka pasti memiliki sifat kebalikannya,
sehingga tidaklah tercipta seonggok makhluqpun. Maksudnya seandainya Alloh lemah
(‘ajz), terpaksa (tak memiliki kemauan,karohah) atau bodoh (jahl), maka pastilah
penciptaan alam tak akan terwujud. Seandainya Alloh mati (kebalikan dari khayat), maka
pastilah tidak mungkin memiliki sifat yang 20 itu, karena syarat untuk memiliki kedua
puluh sifat itu adalah harus hidup, sehingga pastilah alam ini tak akan bisa terwujud.
8.Sama’ (mendengar), Bashor (melihat) dan Kalam (berfirman)
Buktinya adalah al-Qur’an, sunah dan ijma’. Dan juga seandainya Alloh tidak bersifat
sama’, bashor, dan kalam, maka pastilah bersifat kebalikannya (tuli, buta dan bisu),
sedang sifat kebailkannya itu merupakan kekurangan-kekurangan yang pasti mustahil
bagi Alloh yang maha sempurna.
9. Sifat Jaiz
Bukti bahwa melakukan hal-hal yang mungkin atau meninggalkannya adalah wenang
bagi Alloh yaitu, seandainya melakukan hal itu adalah wajib secara akal atau mustahil
secara akal, pastilah sesuatu yang mungkin itu berbalik menjadi wajib atau mustahil, dan
itu tak masuk akal, bagaimana mungkin suatu hakikat berubah menjadi hakikat yang lain.

SIFAT-SIFAT WAJIB PARA ROSUL

1. Shidhq (benar)
Sesuainya khobar (informasi) dari mereka dengan kenyataan (realitas) yang ada. Ada tiga
macam bentuk sidhq-nya :
1. benar dalam da’wah kerosulan (risalah) yang dibawanya
2. benar dalam dalam hokum-hukum yang mereka sampaikan dari Alloh
3. benar dalam ucapan yang berhubungan erat dengan masalah keduaniaan, misal
mengatakan Zaid telah datang, aku telah makan, aku membelinya dari Umar dsb.
Yangdimaksud disini adalah nomor 1 dan 2, sedang nomor 3 masuk amanah.
2. Amanah (terpercaya)
Tiadanya khianat mereka untuk melakukan perbuatan haram atau makruh : Terjaganya
jiwa-raga mereka dari perbuatan yang dilarang, baik haram maupun makruh. : Sesuatu
yang menancap dengan kuat (dimiliki) dalam hati yang mencegah pemiliknya melakukan
hal-hal yang dilarang. : Terjaga dari berbuat dosa (‘ishmah)
3. Tabligh (menyampaikan)
Menyampaikan apa (wahyu) yang diperintahkan pada mereka untuk disampaikan pada
makhluq (umatnya). Ada tiga macam bentuk wahyu :
1.Apa yang wajib mereka sampaikan
2.Apa yang wajib mereka rahasiakan (simpan)
3.Apa yang mereka diberi pilihan antara disampaikan atau disimpan, terserah.
4. Fathonah (cerdas)
Para rosul pasti bersifat fathonah, yaitu cerdas dan waspada pikirannya, guna mendukung
da’wah risalahnya.
Maksud wajib disini adalah tiada lepasnya sifat-sifat tersebut, meski dengan dalil syara’,
karena wajibnya sfat amanah dan tabligh dengan dalil syara’ (naqliy), sedang wajibnya
shidq dengan dalil akal (‘aqliy), walaupun mu’jizat yang sebagai tanda yang
menunjukkan shidhq, itu berdasar adat kebiasaan (‘adiy).

SIFAT-SIFAT MUSTAHIL PARA ROSUL

1. Kidzb (bohong) : Tidak sesuainya informasi yang diberikan, dengan realitas yang ada.
2. Khianat : Melakukan tindakan (termasuk ucapan) yang dilarang baik haram maupun
makruh, meski pernah diriwayatkan nabi pernah buang air kecil sambil berdiri, basuhan
wudhu berkali-kali pernah dua kali-dua kali, karena itu untuk tasyri’ (memberi pelajaran
syara’) dan menerangkan kebolehannya, dan tasyri’ seperti itu adalah wajib bagi beliau.
3. Kitman (menyembunyikan) : Merahasiakan (menyimpan) sesuatu yang
diperintahkan untuk disampaikan, meskipun lupa. Karena mereka tidak boleh lupa
terhadap hokum-hukum yang harus mereka sampaikan dari Alloh, walaupun dalam
masalah lain mereka boleh lupa. Nabi sendiri pernah lupa untuk mengerjakan sholat,
tetapi disebabkan kesibukan hatinya mengagungkan Alloh. 4.Al-Ghoflah (lalai) &
‘Adamul Fathonah (tidak cerdas)

SIFAT JAIZ PARA ROSUL

Para rosul boleh memiliki atau melakukan kelakuan atau watak manusia biasa (al-
a’roodh al-basyariyyah), yang tidak mengakibatkan berkurangnya martabat mereka yang
luhur, misal sakit, lelah, makan, minum, mengantuk, tidur, beristri dan sebagainya.
BUKTI-BUKTI SIFAT WAJIB DAN JAIZ PARA ROSUL
1. Shidhq Buktinya adalah, seandainya mereka tidak benar, maka pastilah berdusta
(kidzb) akan khobar Alloh, padahal Alloh telah membenarkan mereka dengan penurunan
mu’jizat, sesuai dengan ayat : Shodaqo ‘abdii fii kulli maa yab-lughu ‘annii. Mu’jizat :
sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, bersamaan dengan tantangan da’wah risalah,
tanpa adanya tandingan.
Syarat-syarat mu’jizat :1.Merupakan perbuatan Alloh atau yang serupa (meninggalkan
perbuatan), supaya menggambarkan keadaannya sebagai pembenar dari Alloh bagi orang
yang diberinya. Contoh perbuatan : keluarnya air dari celah-celah jejari Nabi. Contoh
meninggalkan perbuatan : tidak terbakarnya nabi Ibrohim oleh api. 2.Merupakan sesuatu
yang keluar dari adat kebiasaan, karena melemahkan seseorang tak akan terwujud kecuali
dengan hal itu. 3.Munculnya dari tangan orang yang menda’wahkan kenabian, supaya
dimengerti bahwa mu’jizat itu membenarkannya. 4.Bersamaan dengan da’wah, baik
secara hakikat maupun hukumnya, karena mu’jizat merupakan saksi, sehingga tidak
boleh sebelum adanya da’wah itu. 5.Sesuai dengan da’wah (pengakuan), maka yang tidak
sesuai, tidak dihitung membenarkan, seperti terbelahnya gunung ketika pengaku rosul
mengucapkan : mu’jizatku adalah terbelahnya lautan 6.Tidak malah mendustakan
pengakunya, seperti ucapannya : mu’jizatku adalah berbicaranya batu ini, lalu batu itu
berbicara bahwa orang itu tukang mengada-ada dan pendusta. 7.Tidak bisa ditandingi,
kecuali oleh nabi yang semisalnya. 8.Keluarbiasaan-nya itu tidak terjadi ketika waktu
rusaknya aturan adat kebiasaan, sehingga apa yang terjadi ketika hari kiamat tidak
termasuk mu’jizat. Ini merupakan syarat tambahan dari sebagian ulama’
Sesuatu yang luar biasa yang keluar dari adat yang tidak memenuhi syarat di atas, tidak
bisa disebut mu’jizat, tetapi dinamakan sbb :
1. irhaashatau ta’siis : suatu tanda dasar bagi kerosulannya, bila terjadi sebelum masa
kerosulannya. Misal sebelum jadi nabi, nabi kita selalu dibayang-bayangi oleh awan. 2.
karomah : suatu tanda kemuliaan yang berupa hal luar biasa yang muncul dari tangan
seorang yang jelas kebaikan dan keadilannya (wali), tapi tidak mengaku rosul atau nabi.
Misal riwayat karomah Sunan Bonang yang bisa merubah buah aren menjadi emas. 3.
ma’unah : suatu pertolongan dari sisi Alloh yang berupa hal luar biasa yang muncul dari
tangan seorang yang tidak dikenal keadaannya, tidak menampakkan kebaikan tidak pula

kefasikan. Misal si Munir, santri yang kelihatannya biasa-biasa saja, terjun dari lantai
tingkat empat, dan jatuh di lantai halaman pondok dalam keadaan segar bugar. 4. istidrooj
: suatu tanda penghinaan dari Alloh yang berupa hal yang luar biasa yang muncul dari
tangan seorang yang fasik, dalam arti bahwa Alloh meningkatkannya dengan
menampilkan hal itu di tangannya, lantas dia berlarut-larut dalam kefasikan, sehingga
bila Alloh mengambilnya, maka dia tidak dilepaskan-Nya (mati suu-ul khootimah),
na’uudzu billaah min dzaalik. 5. ihaanahatau khidzlan : suatu tanda pendustaan dan
penghinaan dari Alloh yang berupa yang berupa hal yang luar biasa pada tangan seoorang
pembohong. Misal riwayat Musailamah al-Kadzdzab, yang mengaku menjadi rosul di
masa Nabi saw, pernah meludahi mata seorang laki-laki dengan maksud mengobatinya,
namun mata itu malah menjadi buta. 6. sihir : suatu keluarbiasaan yang muncul dari
seseorang, yang bisa dipelajari oleh orang lain dan bisa ditandingi.
2.Amanah dan Tabligh Buktinya adalah, seandainya mereka berkhianat dengan
melakukan keharaman dan kemakruhan, maka pastilah keharaman dan kemakruhan itu
berbalik menjadi ketaatan (tho’ah) bagi mereka. Karena Alloh memerintah kita untuk
mengikuti perkataan dan perbuatan mereka, sehingga Alloh tidak menyuruh mereka
untuk melakukan keharaman maupun kemakruhan. Ini juga bisa dijadikan bukti sifat
wajib tabligh.
3. Fathonah, Buktinya ialah seandainya mereka tidak lalai dan tidak cerdas, niscaya
mereka tidak mungkin dapat mengemukakakan hujjah (bantahan) terhadap lawan bicara
mereka dan tidak mungkin mampu berdebat dengan mereka untuk menanamkan
kebenaran pada mereka, sampai mereka merasa puas. Apabila para rosul tidak cerdas,
maka jelas bertentangan dengan tugas yang diberikan oleh Alloh , yaitu menunjukkan
kepada mahluq tentang kebenaran.
4. Sifat Jaiz, Bukti bahwa para rosul itu bersifat jaiz (boleh berperilaku seperti manusia
biasa) ialah, disaksikannya realitas sifat-sifat itu pada diri mereka dan sifat-sifat itu tidak
mencacatkan atau menjadikan manusia lari dari mereka, misal gila, ayan yang lama,
kusta, sopak dan buta. Ada beberapa alasan mengapa mereka tetap boleh berperilaku
seperti manusia biasa, diantaranya :
- untuk melipatgandakan dan mengagungkan pahala yang mereka raih, seperti sakit. -
untuk tasyri’ (memberi pelajaran hukum syariat) agar umatnya melakukannya - untuk
menurunkan/mewariskan masalah dunia kepada orang lain (keturunannya) - sebagai
peringatan betapa hina derajat dunia di sisi Alloh dan tidak ridhonya Alloh, dunia sebagai
tempat balasan bagi para nabi dan wali- Nya, dengan melihat tingkah laku mereka atas
masalah dunia.

MAKNA SYAHADAT TAUHID DAN SYAHADAT ROSUL

Makna dari keyakinan-keyakinan (‘aaqo-id) ini semuanya terkumpul dalam ucapan : laa
ilaaha illal-lloh muhammadur rosuululloh . Penjelasannya sebagai berikut : 1. Karena
maknauluhiyyah (ketuhanan) adalah tidak butuhnya Tuhan (al-ilaah) dari segala sesuatu
selain-Nya, dan butuhnya segala sesuatu selain-Nya kepada-Nya. Jadi makna laa ilaaha
illal-lloh : Tiada dzat yang tidak membutuhkan segala sesuatu selain-Nya, dan tiada dzat
yang segala sesuatu selain-Nya membutuhkan- Nya, selain Alloh swt. 2. Adapun
ketidakbutuhan (istighnaa’) Alloh swt. dari segala sesuatu selain-Nya, itu mewajibkan
(memastikan) Alloh ituwujud (ada),qidam (dahulu),baqo (kekal), mukholafatul lil
khawadits (beda dengan makhluq), qiyamuhu bi nafsih(berdiri sendiri) dan dibersihkan
dari kekurangan-kekurangan. Dan masuk juga ke dalamnya sifat wajibsama’

(mendengar),bashor (melihat) dankalam (berfirman), karena seandainya sifat-sifat ini
tidak wajib bagi Alloh, maka pastilah Dia membutuhkan pembuat/pembaharu (muhdits),
tempat, atau sesuatu yang menghilangkan kekurang-kurangan itu darinya. 3. Dari
ketidakbutuhan Alloh juga bisa diambil pengertian, bersihnya Alloh dari tujuan-tujuan
(ghordh) pada perbuatan-perbuatan dan hukum-hukum- Nya. Andai tidak bersih, maka
pasti membutuhkan sesuatu yang bisa menghasilkan tujuan- Nya. Bagaimana hal itu
terjadi ? Padahal Alloh swt tidak membutuhkan sesuatu selain diri-Nya. 4.Dari
ketidakbutuhan Alloh juga bisa diambil pengertian bahwa Alloh tidak wajib melakukan
sesuatu yang mumkin dan tidak wajib meninggalkannya, karena seandainya hal itu secara
akal wajib, seperti memberi pahala, maka pastilah Alloh swt membutuhkan hal itu,
supaya sempurna tujuan-Nya, padahal tidak wajib bagi Alloh swt kecuali sesuatu yang
sempurna bagi-Nya. Bagaimana itu terjadi?, padahal Alloh swt tidak butuh segala sesuatu
selain-Nya!. 5.Adapun butuhnya segala sesuatu selain-Nya kepada Alloh swt, maka itu
mewajibkan (memastikan) Alloh bersifat hayat (hidup), qudroh (kuasa), irodah
(berkehendak) dan ilmu (mengetahui), karena seandainya Alloh tidak bersifat seperti itu,
maka tidaklah mungkin untuk bisa mewujudkan makhluq (khawadits) sedikitpun,
sehingga tidak ada sesuatupun yang membutuhkan-Nya. Bagaimana itu terjadi?, padahal
Alloh-lah dzat yang segala sesuatu selain-Nya, sangat membutuhkan-Nya. 6. Dari
butuhnya segala sesuatu selain-Nya pada-Nya, juga mewajibkan Alloh bersifat
wahdaniyyah (esa), karena seandainya ada dzat kedua selain Alloh yang mempunyai sifat
ketuhanan (uluhiyyah), maka pastilah tidak ada sesutupun yang membutuhkan-Nya,
karena lemahnya kedua dzat itu, ketika hal itu terjadi. Bagaimana itu terjadi?, padahal
Alloh-lah dzat yang segala sesuatu selain-Nya, sangat membutuhkan-Nya. 7. Dari
butuhnya makhluq akan Alloh, juga bisa diambil pengertian bahwa tidak ada sesuatupun
yang bisa memberi bekas (pengaruh,ta’tsiir) pada sesuatu yang mumkin, sedikitpun.
Andai ada, maka pastilah bekas itu tidak membutuhkan Alloh swt, padahal Alloh adalah
dzat yang segala sesuatu selain-Nya, membutuhkan- Nya. Ketiadaan pemberian
pengaruh/bekas pada sesuatu yangmumkin, itu terjadi bila kita mengira-ngirakan ada
sesuatu (yangmum kin) yang bisa memberi bekas dengan wataknya (thob’iy). Sedang bila
kita mengira-ngirakan sesuatu itu memberi pengaruh/bekas dengan suatu kekuatan yang
ada padanya, yang berasal dari Alloh, sebagimana sangkaan banyak orang bodoh
(kaummu’tazilah), itu semua mustahil, karena ketika hal itu terjadi, maka Alloh jadi
butuh suatu perantara (waasithoh) dalam penciptaan sebagian perbuatan-Nya. Dan itu
semua batal, berdasar apa yang telah kita ketahui dari wajibnya ketidakbutuhan Alloh
dari segala sesuatu selain diri-Nya. Sudah cukup jelaslah cakupan makna dari ucapan laa
ilaaha illal-lloh, yang mengandung 3 macam hal yang wajib diketahui oleh orang
mukallaf, yakni tentang sifat wajib, mustahil dan jaiz yang hak bagi Alloh swt. 8. Adapun
ucapanm uham ma dur-rosulullo h, maka disitu masuk iman kepada nabi- nabi yang lain,
malaikat, kitab-kitabsamawiy, hari akhir, serta qodho dan qodar. Karena nabi Muhammad
datang dengan membenarkan kesemuanya itu. 9.Dari lafadz itu juga bisa diambil
pengertian : a.wajibnya sifat shidhq bagi para rosul. b.mustahilnya sifat kidzb bagi
mereka, jika tidak begitu maka mereka tidak akan menjadi rosul yang amanah bagi Alloh
yang maha mengetahui hal-hal yang samar. c.mustahilnya mereka melakukan perbuatan
yang dilarang, semuanya, karena mereka diutus supaya manusia tahu perkataan,
perbuatan dan diam mereka, sehingga pasti tidak ada yang menentang perintah Alloh swt,
karena Alloh telah memilih mereka dari semua mahluq, dan memberi mereka amanat atas

rahasia wahyu-Nya. d. bolehnya mereka punya prilaku manusia umumnya (a’roodh al-
basyariyyah), karena hal itu tidak membuat cacat kerosulan mereka dan ketinggian
derajat mereka di sisi Alloh, bahkan semua itu malah menambah derajat dan kemuliaan
mereka. Jelas sudah makna kedua kalimah syahadat itu, dengan jumlah huruf yang
sedikit, mampu mengumpulkan semua hal yang wajib diketahui oleh orangmukallaf,
yakni keyakinan-keyakinan tentang iman pada Alloh dan utusan-utusan- Nya. Mungkin
karena ringkasnya dan kemampuannya mencakup hal itu semua, maka syara’
menjadikannya sebagai terjemahan dari islam yang ada dalam hati, dansyara’ tidak
menerima iman seorangpun, kecuali dengan kalimah syahadat itu. Oleh karenanya,
sebaiknya orang yang berakal (‘aqil) memperbanyak mengucapkan kalimah syahadat
sambil menghadirkan makna ‘aqo-id iman yang terkandung di dalamnya, sampai
maknanya bercampur dengan daging dan darahnya, sebab tak terbilang jumlah rahasia
dan keajaiban/karomah akibat melaksanakan hal itu (memperbanyak dzikir). Menurut
imam Syafi’iy, tidak cukup ucapan : Allohu ahad Muhammadur-rosuul sebagai kalimah
syahadat, akan tetapi disyaratkan : 1. memakai lafadzAsyhadu 2. tahu maknanya, meski
secara garis besar. Sehingga seandainya ada orang non- arab diajari pelafadzan bahasa
arab, lalu ia melafadzkan dua kalimah syahadat (syahadatain) itu, sedang ia tak tahu
maknanya, maka belum dihukumi masuk islam. 3.tertib/berurutan, syahadat tauhid dulu
baru syahadat rosul. Jika terbalik, maka keislamannya belum sah. 4.bersambung (terus-
menerus) antara pelafadzan kedua syahadat itu. Jika setelah membaca syahadat tauhid
dipisah oleh waktu yang lama, baru kemudian membaca syahadat rosul, maka
keislamannya belum sah. 5. yang mengucapkannya adalah orangmukallaf (baligh dan
berakal). Sehingga islamnya anak kecil dan orang gila, itu tidak sah, kecuali karena
mengikuti orang tua (tab’an). 6.tidak terang-terangan secara dzohir melakukan sesuatu
yang bisa menghapus keislamannya. Sehingga islamnya orang yang sedang sujud pada
berhala, itu tidak sah. 7. merupakan kemauannya sendiri (ikhtiar, pilihan pribadi, tidak
dipaksa). Sehingga tidak sah islamnya orang yang dipaksa, kecuali bila ia termasuk
golongan musuh (kharbiy) atau orangmurtad, karena memaksa kedua golongan ini untuk
masuk islam, adalah haq (dibenarkan). 8. mengakui (iqroor) terhadap apa yang pernah ia
ingkari, atau menarik kembali kebolehan suatu hal, apabila kufurnya sebab menentang
sebagian ijma’ yang diketahui dari agama secaradhoruri (spontan, tanpa dipikir). Akan
tetapi qoul mu’tamad madzhab malikiy menyatakan, tidak disyaratkan seperti itu, tetapi
berputar pada lafadz yang menunjukkan pengakuan (iqroor) bahwa Alloh itu Maha Esa,
dan Muhammad itu Rosululloh.
Semoga Allohswt melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw, keluarga dan shahabatnya yang baik dan suci.Allohumma tsabbit qolbii
‘alaa diinik, Wal-hamdu lil-llaahi robbil ‘aalamiin…….
Sekian mudah-mudahan bermanfa’at, Amin..!!