Recents in Beach

header ads

Saya Tidak Suka Politik Jokowi, tapi Ratingnya Sungguh Luar Biasa

Politik bagi saya ibarat matematika, njelimet, tak beraturan, tak bisa ditebak, orang yang suka mengikuti perpolitikan hanya sekumpulan orang-orang bodoh, politik itu sendiri adalah penipuan, kelicikan, perampokan, penghianatan, dan main tusuk belakang. saat para ulama NU berbondong bondong masuk jalur politik, Gus dur melarang mereka, “sudahlah, kalian urus saja umat ini, jangan ikut-ikut dunia politik yang gak jelas ujungnya” saat Gus dur menunjuk Matori Abdul Jalil sebagai ketua Umum PKB pada tahun 1998 para ulama datang kembali memprotes “Gus, sampean gak salah nunjuk Matori sebagai ketua umum PKB ?, bukannya dia itu preman?? Kenapa tidak dari golongan kiai?” dengan enteng Gus dur menjawab, “Matori itu politisi, dan pimpinan partai harus seorang politisi. Kiai tidak memiliki keahlian, karena jagat politik itu penuh dengan preman”.  Dalam sebuah forum, Said Aqil Siradj mongomentari tafsir dari makna “wayas fikuddima (Pertumpahan darah)” saat menceritakan kisah penciptaan Adam sebagai kholifah di Planet ini, malaikat protes, “Tuhan, kenapa engkau jadikan manusia sebagai kholifah, bukankah mereka suka menumpahkan darah? Kenapa tidak kami saja yang selalu taat dan beribdah kepadaMu?” tapi tuhan menjawab “Aku lebih tau sedangkan kalian tidak” Dari sana, timbul sebuah statemen, bahwa dunia ini hanya bisa di urus oleh mereka yang punya unsur ‘menumpahkan darah’, haus kekuasaan, tak mengenal kata lelah, malas, putus asa, pekerja keras untuk mencapai kedudukan setinggi mungkin, dunia tak bisa diurus oleh mereka yang tak punya birahi, syahwat, nafsu yang kejam, kenyataannya dunia selalu dikuasai oleh mereka yang nafsu nya gede-gede. Lihat Amerika, betapa syahwat mereka untuk menguasai dunia begitu nyata, beberapa Negara ditaklukan satu demi satu, Iraq, Libya, Afganistan, Syiria, dan lain lain, lihat pula orang-orang terkaya di dunia, Firaun, Namrud, Qorun, mereka hanya sekumpulan orang-orang tamak akan duniawi sehingga lupa kepada saudara sendiri. Bukan berarti saya menganjurkan anda menjadi bajingan, kenyataannya di DPR MPR itu lah banyak bercokol tikus-tikus kantor, para penguasa zalim, mereka wisata ke luar negri menghamburkan uang rakyat, alasannya sungguh menjijikan “Studi Banding”. Minta gaji dan tunjangan di naikan padahal kinerjanya nol besar, mereka tidak sadar dari mana berasal, berjalan dengan mobil mewah, dasi sepatu rapi dengan harga wah, tak sadar bahwa mereka hanyalah budak, ‘pelayan’ rakyat di negri ini. Baru tiga hari ini saya bergabung dan menulis di kompasiana, ibarat saya bertemu dengan jutaan penulis beken professional dari tingkat wartawan nasional sampai backpacker dunia yang menghabiskan ratusan dollar demi karya tulis bernilai, membuka mata dunia dari seujung pena, awalnya saya menulis ilmu pengetahuan, dengan mengkolaborasikan berbagai sumber buku-buku besar, ratingnya kecil sekali, hati saya bertanya apa tulisan saya kurang menarik, beberapa tulisan saya amati, diantaranya masuk Headline news dan mendapat nilai tertinggi, rata-rata, tulisan itu aktual bernuansa politik, saya mencoba menulis artikel berjudul “PDIP Tidak Perlu Memaksa Jokowi Melakukan Reshuffle Jilid II, Tidak Semua Reshuffle Itu Benar“ hasilnya di luar dugaan, kata ‘Jokowi’ langsung membawa tulisan saya dalam daftar tulisan Populer di Negara Kompasiana ini. Sejujurnya saya tidak menyukai Jokowi, pada pemilu tahun lalu saya sekeluarga mendukung pasangan Prabowo-Hatta, Jokowi bagi saya terlalu polos dan jujur, tidak “wayasfikud dima’” seperti yang di sarankan guru ngaji saya. Jokowi bukan seorang leader diktator yang mampu mengatakan ‘Bantai Malaysia’, ‘Pancung para koruptor’, dan ‘Bakar tikus tikus berdasi di negri ini’, jokowi terlalu polos bagi nalar saya, terlalu mudah ditebak arah politiknya, terlalu berbahaya menghadapi diktator-diktator internasional sekelas yahudi. Politik bagi orang dungu seperti saya, mengutip lirik lagu Iwan Fals, ’Dunia Politik Penuh Dengan Intrik’ ibarat main catur, selangkah dua langkah tahu-tahu langkah ketiga sudah skak mat, itulah politik sebenarnya. Di luar dugaan, diam diam saya mulai menyukai jokowi, meski tidak sepenuhnya suka, setidaknya, dengan menulis jargon Jokowi di kompasiana, tulisan saya lebih populer ketimbang menulis ilmu pengetahuan dan sejarah. Bagi para penulis pemula, jika tulisan anda ingin populer, Jokowi adalah solusi agar rating tulisan anda bertambah tinggi. Benar-benar luar biasa, jargon ‘Jokowi’, mampu menaikan rating artikel bagi para penulis di Negara kompasiana ini. Wallahu a’lam

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/asepbahtiar/saya-tidak-suka-politik-jokowi-tapi-ratingnya-sungguh-luar-biasa_567de74d907e61041a32887e