Recents in Beach

header ads

Wartawan Goblok

Cak Nun, suatu hari bilang begini, “orang yang paling maha tahu setelah tuhan itu adalah wartawan” saat para polisi menjaga sebuah tempat kejadian perkara (TKP), semua warga sipil tidak diperbolehkan masuk, termasuk keluarga tersangka, hanya satu orang yang boleh masuk, dialah wartawan, saat semua orang tak boleh pergi ke Iraq dan afganisthan, karna bahaya perang disana, pemerintah hanya membolehkan satu orang, dialah si maha tau ke dua yang di sebut wartawan, dan saat presiden sedang mengadakan rapat tertutup sekalipun, satu satunya manusia yang boleh tahu, bahkan bisa masuk mendengarkan arah sidang itu, tak lain hanya dia si mahatau wartawan, bagi kawan saya, profesi wartawan memang menyebalkan, apalagi yang ditugaskan jauh ke luar daerah, berpisah dengan keluarga dan jauh dari kampung halaman. para tentara masih mending jika perang membawa senjata, wartawan hanya boleh masuk ke area perang cuma bermodalkan kamera dan kartu identitas, resikonya, nyawa bisa melayang kapan saja di tanah orang. Itu sebabnya, wartawan hampir tahu segalanya, sebab itu pula, beberapa oknum pejabat gila, demi menjaga rahasia selingkuhannya, selundupannya, perampokannya, suka pula memberi “pesangon” kepada wartawan agar menutup mulut mereka,  kalau mulut sekedar mulut, tak jadi soal, tapi mulut seorang wartawan, anda tahu sendiri, tajamnya melebihi pisau dan golok, sekali mereka bicara keburukan oknum tertentu, yang ‘mendengar’ bisa ribuan sampai jutaan telinga. Tak ada yang ditakuti wartawan, bahkan tentara dan polisi saja bisa sedemikian ‘menurut’ kepada mereka, mau apa? Keluarga mereka di dzolimi polisi? Wartawan  dengan gampang menulis “Polisi cuma cari duit”, “nilang motor sana sini, ujung-ujungnya duit”, selanjutnya mati kutulah para polisi itu, bahkan presiden sekalipun bisa hancur reputasinya hanya gara-gara menyinggung perasaan seorang wartawan. Tak ayal, ada pameo, siapa yang memegang media,maka dialah raja di negri ini. Sayang seribu sayang, beberapa wartawan melakukan ‘dosa besar’ yang seharusnya mencari berita malah mencari aib seseorang, itulah mereka yang saya sebut sebagai wartawan goblok, tugas wartawan memang berat, dengan gaji seminimal mungkin, tapi mempertaruhkan nyawa semaksimal mungkin, itu sebabnya pula, mereka kemudian jahil, mencari ‘hiburan’ yang tak lucu, memojokan satu pihak, dengan membela mati-matian pihak-pihak tertentu, uang, itulah akar masalahnya, wartawan juga manusia, mereka butuh uang tambahan memang, demi menghidupi anak istri, beberapa dari mereka kadang menawarkan pula jasa membuat biografi seseorang, dengan menipu masyarakat, menutupi kekurangan dengan mengada-ngada ‘nilai tambah’ si-narasumber, dengan menambah-nambahkan nilai kebenaran seseorang sesempurna mungkin. Kalau anda ingin mengada-ngada, mengkritik, mencari-cari kesalahan orang lain, jadilah penulis lepas, seperti saya sekarang, jangan jadi wartawan, saya boleh mengkritik wartawan, tapi anda, wahai wartawan, diharamkan mengkritik saya, karna tugas anda hanya memberitakan, bukan ‘menilai’ apalagi mencari-cari aib saya. “Ah, wartawan kan bisa saja jadi penulis lepas, membuat artikel demi tambahan uang” ujar wartawan goblok yang bodohnya sudah gak ketulungan, iya, anda boleh menulis artikel, itu hak anda, tapi kalau anda bener-bener kepingin menulis artikel, berhentilah jadi wartawan, karna profesi anda, ke-maha tahuan anda, itu sangat membahayakan publik. Jadilah wartawan yang baik, memberitahukan masyarakat apa adanya sesuai kode etik wartawan, jangan jadi wartawan goblok, membuka rahasia seseorang yang sudah “Off  the record”, mencari-cari aib orang lain, mengada-ngada, membela yang salah, menjerumuskan pihak yang benar. Wallahu A’lam

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/asepbahtiar/wartawan-goblok_567fef893f23bdd2090821e7